Salam kokang dan jepret Analogers. Kali ini admin akan memberikan tips
bagaimana cara memilih film yang tepat untuk kamera analog sobat. Ini admin tulis karena banyak masuk pertanyaan ke admin tentang film apa yang bagus untuk kamera analog atau film apa sih yang cocok untuk kamera ini min. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk sobat, jangan lupa kita diskusi dengan meninggalkan komentar di postingan ini.
Setelah sobat sudah tahu kamera analog mana yang
cocok untuk sobat, selanjutnya adalah sobat harus mengetahui film apa yang akan sobat gunakan untuk kamera analog sobat tersebut. Sebenarnya film yang sobat pilih untuk kamera analog sobat itu tidak jauh lebih penting dibandingkan dengan memilih kamera dan lensanya. Karena film yang sobat pilih ini pun akan berpengaruh langsung dengan hasil gambar yang akan didapatkan.
Kamera analog menggunakan media film atau klise untuk menangkap cahaya. Lensa akan memfokuskan cahaya dan shutter (hordeng) akan terbuka sesuai shutter speed yang digunakan sehingga dihasilkan bayangan sesuai ukuran film.
Film atau klise ini menggunakan pita seluloid atau sejenisnya dimana terdapat butiran silver halida yang menempel pada pita dan sangat sensitif dengan cahaya. Pada saat proses pencucian film, butiran silver halida yang telah terekspos oleh cahaya akan menghitam dengan ukuran yang tepat, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan larut bersama cairan pengembang (developer).
Berdasarkan jenis bahan yang digunakan dan tingkat kesensitifannya, terdapat 3 (tiga) jenis film yang digunakan untuk kamera analog:
1. Film hitam-putih tradisonal (B&W)
2. Film negatif warna (color)
3. Film Positif (E-6 slide)
Ketiga jenis film ini memiliki kelebihan masing-masing di setiap tempat (place atau scene) dan situasi cahaya yang berbeda-beda. Tidak semua jenis film sangat cocok untuk setiap situasi pemotretan. Namun sobat bisa mendapatkan hasil yang bagus jika sobat menggunakannya dengan tepat.
Pilihlah satu atau beberapa jenis film yang menurut sobat sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini langkah-langkah yang bisa dipertimbangkan dalam memilih film yang tepat untuk kamera analog sobat.
Cara Memilih Film untuk Kamera Analog
1. Pahami antara ketiga jenis film utama yang berbeda tersebut
Kebanyakan orang seringnya hanya mengetahui atau menggunakan satu jenis film saja. Biasanya kita hanya mengetahui film berwarna (color) dan menggunakannya untuk semua situasi pemotretan. Atau yang lainnya lebih suka memakai film hitam-putih (B&W) untuk semua situasi, walaupun itu ketika cuaca mendung atau malam hari. Dan saat ini jarang sekali fotografer analog yang memakai film positif atau E-6 slide.
a. Film negatif warna (color)
Film ini disebut juga
print film. Kebanyakan orang di negara kita lebih familiar dengan jenis film ini. Dulu kalau kita beli film jenis ini, biasanya kita akan minta Kodak atau Fuji atau yang lebih netral
film warna. Oleh sebab itu, orang mengenal kamera analog dengan sebutan 'Kodak', padahal kamera analog memiliki banyak merk. Begitu pula dengan merk film, banyak sekali. Selain Kodak dan Fuji, merk film warna yang paling diandalkan dahulu dan mungkin sampai sekarang, antara lain Agfa, Ilford, Konica, Mitsubishi dan lain sebagainya.
Admin dulu pernah sharing dengan seorang fotografer senior ketika beliau sedang membutuhkan kamera analog. Kami sharing-sharing mengenai perbedaan film Kodak dan Fuji (karena dua merk film tersebut yang paling familiar di negara kita), juga mengenai kecondongan fotografer Barat (baca: Bule) menggunakan film Kodak dibandingkan Fuji.
Singkat kata mengapa fotografer Bule lebih sering menggunakan Kodak dibanding Fuji adalah karena kedua film tersebut telah disesuaikan oleh kondisi cuaca atau musim masing-masing negara oleh pabriknya. Kita tahu kalau Kodak dibuat di USA dan Fuji di Jepang. Kodak telah disesuaikan dengan cuaca atau musim di belahan dunia Barat yang kebanyakan memiliki empat musim. Sedangkan Fuji lebih disesuaikan untuk negara-negara beriklim tropis dan sub-tropis.
Itulah mengapa kata Beliau Kodak berwarna kuning dan Fuji berwarna hijau. Hal tersebut pun dapat terlihat di kertas foto kedua merk tersebut jika kita nge-print. Bila Kodak biasanya akan kekuning-kuningan dan Fuji kehijau-hijauan. Tidak ada yang tahu hal ini benar atau tidak. Namun semoga saja hasil diskusi tersebut bisa dijadikan refrensi.
Kembali lagi mengenai film negatif warna, gambar yang dihasilkan akan terlihat berwarna Orange di klise dan terbalik setelah dicuci. Untuk mencuci jenis film ini, biasanya menggunakan developer C-41. Oleh karena itu, film jenis ini pun sering disebut film C-41.
|
Contoh klise film negatif warna |
b. Film Positif (E-6 Slide)
Film jenis ini juga disebut dengan reversal film karena film ini merupakan kebalikan dari jenis film negatif. Bila film negatif klisenya akan menghasilkan gambar terbalik, pada film positif posisi hasil gambarnya akan sama seperti yang difoto. Untuk film positif biasanya diproses menggunakan E-6. Tepi frame film slide atau positif biasanya berupa plastik atau semacam kertas karton.
|
Contoh film slide
|
|
c. Film Hitam-Putih Tradisional (B&W)
Jika dari namanya sobat pasti sudah tahu bedanya jenis film ini. Film ini sebenarnya adalah film negatif juga. Namun yang membedakannya dengan film warna(color) yakni dari warnanya yang
Black and White (B&W). Dalam proses pencuciannya pun bisa menggunakan developer C-41 seperti film warna, contoh menggunakan Ilford XP2 atau Kodak BW400CN.
Ketika pemberian warnanya itulah yang berbeda. Gambar yang dihasilkan pada klise pun juga terbalik dari objek yang difoto. Jenis film Hitam-Putih ini hasilnya lebih bagus ketika cahaya matahari sedang terik atau ketika cahaya menembus dan jatuh di suatu objek dalam ruangan.
|
Contoh klise film B&W |
2. Pertimbangkan Format Film yang Dibutuhkan
Kebanyakan dari kita memang lebih sering menggunakan film dengan format 135mm. Di samping harganya terjangkau, ketersediaan filmnya pun masih banyak dijumpai.
Namun tidak menutup kemungkinan suatu saat ketika pemotretan, kita membutuhkan format film yang lebih besar lagi (medium atu large format) seperti 120mm dan 160mm atau mungkin lebih kecil seperti 110, 126 dan 24mm.
Misal sobat ingin membuat sebuah baliho dengan media kamera analog, tentunya film medium atau large format bisa andalkan. Atau ketika sobat melihat sebuah kamera analog dan ingin membelinya, terlebih dahulu sobat harus mengetahui format film yang dipakai. Mengetahui format film yang dipakai, akan mempermudah sobat menentukan arah dari hasil pemotretan sobat.
3. Pertimbangkan Cara dan Tempat Pencucian Film
Setelah film digunakan tentunya kita ingin cepat-cepat melihat hasilnya. Ini merupakan salah satu nikmatnya menggunakan kamera analog. Kita tidak bisa langsung melihat hasilnya, butuh proses pencucian terlebih dahulu. Di saat seperti itu, sobat pasti akan merasa berdebar-debar membayangkan bagaimana hasilnya nanti terutama sobat yang baru menggunakan kamera analog.
Ada dua pilihan untuk mencuci film. Pertama sobat bisa meluangkan waktu sendiri untuk mencucinya dengan membuat darkroom sederhana. Namun sobat harus membeli sendiri bahan-bahan kimianya dan juga enlarger.
Kedua untuk sobat yang tidak memiliki waktu untuk mencucinya sendiri, sobat bisa membawanya ke tempat cuci film yang terdapat di daerah sekitar tempat tinggal sobat. Untuk di kota-kota besar masih banyak terdapat tempat cuci film yang beroperasi. Biasanya di pinggir-pinggir jalan bila sobat kebetulan melihat tempat cetak Kodak atau Fuji, mereka masih mau menerima cuci film.
Lalu bagaimana bila sudah dicari-cari di sekitar tempat tinggal sobat namun tidak ada. Solusinya adalah sobat bisa mencarinya via online. Saat ini banyak sekali jasa-jasa cuci lensa dan cuci film yang bertebaran via online. Namun sobat harus menunggunya sampai sudah terkumpul beberapa roll dan kirimkan via jasa pengiriman. Nanti apabila sudah selesai, film akan dikirim balik ke alamat sobat. Jadi jangan khawatir untuk tempat pencucian film.
4. Putuskan Berapa Banyak Exposure Compensation yang Dibutuhkan
Sobat pasti sering mendengar istilah 'kebakar' dalam menggunakan kamera analog. Hasil kebakar sendiri merupakan kesalahan dalam menentukan segitiga exposure (ASA, speed dan aperture) pada kondisi cahaya yang berbeda-beda atau bisa juga terjadi karena kesalahan teknik yang digunakan oleh sobat.
Kebakar bisa berarti cahaya yang masuk berlebih sehingga menghasilkan gambar yang terlalu terang (over exposure) dari semestinya. Bisa pula sebaliknya, yakni cahaya yang masuk kurang dan menghasilkan gambar yang terlalu gelap (under exposure). Oleh karena itu, penggunaan metering sangat diperlukan untuk sobat yang masih baru belajar.
Kesalahan dalam menggunakan metering pun bisa mengakibatkan hal serupa. Untuk meminimalisir hal ini, sobat bisa menggunakan exposure compensation yang terdapat pada beberapa kamera analog dan juga bisa dilakukan pada saat develop film. Kebanyakan kamera analog yang telah memiliki teknologi exposure compensation adalah kamera analog jenis SLR elektro, misalnya pada Olympus OM-2 dan Nikon FE.
Dengan menggunakan exposure compensation ini, bila cahaya yang masuk berlebih atau sebaliknya tanpa harus merubah pengaturan awal kamera analog, sobat tinggal menaikan atau menurunkannya satu atau dua stop. Namun demikian, setiap jenis film memiliki toleransi yang berbeda terhadap hal tersebut. Film slide hampir tidak ada toleransi untuk over dan under exposure. Karena film ini bersifat positif, apa yang sobat foto itulah hasilnya. Jika sobat ingin menggunakan film jenis ini, ada baiknya sobat tes terlebih dahulu satu atau dua frame. Kecuali jika sobat memang bertujuan untuk suatu hal yang bersifat artistik.
Lain halnya dengan film slide, Jenis film negatif warna dan Hitam-Putih (B&W) memiliki toleransi yang besar untuk over dan under exposure. Sobat paling tidak bisa menaikan (over) atau menurunkan (under) satu stop. Kesalahan exposure dalam menggunakan kedua jenis film ini, bisa dikoreksi pada saat developing maupun printing.
|
Exposure Compensation Nikon FE
|
|
Exposure Compensation Olympus OM-2n |
5. Tentukan Film Speed atau ASA
Setelah sobat tahu jenis film apa yang akan dipakai, selanjutnya sobat harus menentukan film speed atau ASA (atau biasa dikenal dengan ISO pada kamera digital). ASA adalah sebuah indeks kecepatan film yang menentukan kesensitifan film. Semakin tinggi ASA yang sobat gunakan, semakin sensitif sebuah film terhadap cahaya.
Pada kamera analog, sensitif dan kurang sensitifnya film masing-masing disebut dengan 'film cepat dan film lambat'. Lalu apakah ASA yang digunakan boleh diganti dari ASA yang diberikan pada kotak film? Pertanyaan ini sering diajukan kepada admin. Sobat boleh merubahnya dan tidak harus mengikuti ASA yang diberikan pada kotak film. Intinya, ASA yang diberikan pada kotak film menunjukan mulai sensitifnya suatu film terhadap cahaya.
Misal sobat membeli film dengan ASA 200. Hal ini menunjukan bahwa film tersebut mulai sensitif terhadap cahaya di ASA 200 dan kita boleh merubahnya lebih tinggi atau lebih rendah. Namun perlu sobat ingat ketika sobat merubah ASA, sobat pun harus menyeimbangkannya dengan speed dan aperture pada situasi dan cahaya saat pemotretan. Tidak semua ASA dikatakan tepat untuk keselurahan situasi pemotretan. Sobat tetap harus menentukan berapa ASA film yang digunakan pada situasi dan cahaya tertentu.
a. Film Cepat (Faster Film). ASA film yang tinggi akan lebih sensitif terhadap cahaya. Hal tersebut akan memungkinkan sobat untuk menangkap objek walaupun dalam keadaan cahaya yang buruk. Namun efek yang ditimbulkannya adalah hasil yang akan sobat dapat akan sedikit lebih grain atau menimbulkan tekstur seperti bintik-bintik bila sobat memotret di outdoor pada saat cahaya yang terang.
Banyak orang mengatakan hasil foto yang demikian dianggap kurang bagus. Terutama pada kamera digital hal ini akan disebut noise. Tidak demikian untuk kamera analog. Menurut admin, fotografi bukanlah selalu mengenai ilmu tapi juga seni.
Misal sobat ingin memotret sebuah pertandingan olahraga lari. Tentunya sobat harus menggunakan ASA tinggi seperti ASA 1600 agar objek pelarinya tertangkap. Oleh karena itu admin berikan penekanan bahwa ASA yang sobat gunakan disesuaikan dengan situasi pemotretan. Hasil grain atau berbintik pun mungkin akan terlihat bagus bila sobat menggunakan film Hitam-Putuh (B&W).
|
Contoh Grain dengan ASA tinggi |
b. Film Lambat (Slower Film). ASA film lambat atau rendah merupakan kebalikan dari situasi penggunaan ASA cepat atau tinggi. ASA rendah biasanya digunakan untuk kondisi pencahayaan yang kurang terutama untuk outdoor. Efek grain akan berkurang bila menggunakan ASA rendah, namun sobat harus menyeimbangkannya dengan shutter speed yang rendah pula.
ASA rendah akan memberikan hasil yang baik untuk landscapes photography atau memotret benda-benda langit. Tidak jarang ASA rendah pun digunakan untuk memotret sunset dengan long exposure memakai speed Bulb (B). Bila sobat memakai speed rendah terutama bulb, umumnya kamera analog sobat akan bergetar sehingga menjadi shake atau goyang. Biasanya kamera-kamera analog buatan jerman yang memiliki bahan material yang berat akan sudah bergetar pada speed 1/8s.
Untuk mengantisipasinya, sobat bisa menggunakan tripod agar tidak mengganggu konsentrasi. Namun ASA rendah akan menjadi masalah bila sobat memotret dalam ruangan (indoor) atau memotret objek-objek yang bergerak cepat. Sebenarnya sobat bisa menggunakan ASA rendah sesuka sobat, selama sobat bisa mengontrol kondisi cahaya pada saat pemotretan.
6. Film Expired
Lalu bagaimana dengan film yang sudah expired min, apa masih bisa digunakan? Film expired bisa dilihat di kotak bungkusnya terdapat tanggal kadarluarsanya. Film expired ini memang salah satu solusi terutama untuk yang baru pakai kamera analog karena harganya yang lebih murah. Jadi sobat tidak takut untuk menghabiskan berol-rol film untuk latihan. terutama saat ini agak sedikit sulit mendapatkan film yang masih fresh dengan harga miring, apalagi film dengan ASA di atas 200.
Namun admin tekankan bahwa saat ini film fresh yang ASA 200 masih diproduksi seperti Fujifilm. Sobat bisa cek di postingan admin yang lain tentang
film yang saat ini masih diproduksi. Film-film merk lain pun sebenarnya masih diproduksi seperti Agfa dan Ilford, namun saat ini importir film di Indonesia masih kurang. Untuk mudahnya, sobat bisa mencari via online. Bila sobat cari banyak sekali yang menjualnya dengan berbagai merk dan ASA.
Film expired benar-benar masih bisa digunakan sobat. Namun sobat harus mendapatkan film expired dengan kondisi bungkus kotaknya masih rapi dan bagus. Kalau bisa carilah film expired yang rentang kadarluarsanya di atas tahun 2000-an. Di samping itu jangan membeli film expired di atas ASA 400 karena semakin tinggi ASA semakin cepat film tersebut memburuk termakan usia.
Pada semua kotak film tertulis dianjurkan untuk sesegera mungkin memproses film apabila telah digunakan. Namun terkadang kita tidak memiliki cukup waktu untuk mencucinya atau pergi ke tempat jasa cuci film. Simpan film fresh atau expired di kulkas atau tempat yang tidak lembab.
Dalam keadaan dingin, film akan tetap terjaga kualitasnya.
Terkadang bila sobat menggunakan film expired, akan tercipta pergesaran warna yang unik untuk tujuan efek artistik. Namun demikian, usahakan jangan menggunakan film expired apabila sobat ingin memotret yang merupakan pekerjaan sobat, misalnya foto wedding. Bila memang ingin digunakan, pastikan pada penjualnya bahwa hasilnya masih tetap bagus.
262 comments:
misi mas, ada buku panduan utk yashica ezview? terima kasih sebelumnya.
kuncangmubaroq12@gmail.com
Trims mas Febby sudah mampir. Kebetulan untuk Yashica EZ View tidak ada buku manualnya. Tapi bisa mas cari di youtube, banyak yang review. Semoga membantu
Halo mas, saya masih newbie, saya ingin membeli ricoh 500gx, tapi saya masih bingung, antara ricoh atau yashica 35gsn. Kira-kira perbedaan keduanya apa ya mas dan lebih baik yang mana? terimakasih mas
Halo vanessa trims sudah mampir. Kedua kamera tersebut memiliki kelebihan masing-masing. Ricoh 500gx hampir sama dengan ricoh gx-1 dan canonet QL, bisa digunakan secara manual dan autoexposure. Yashica electro 35 GSN pun sebenarnya bisa digunakan secara manual tapi kurang maksimal, lebih baik menggunakan autoexposurenya kita hanya mainkan ASA dan diafragma, shutter diatur oleh kameranya. Kembali lagi ke pengguna karena tiap orang memiliki selera dan keperluan masing-masing. Semoga membantu.
Malam mas bekti. Saya Owen. Kebetulan baru banget main kamera analog. Tapi masih minim info soal Minolta X-300. Jikalau mas bekti ada referensi boleh dishare ke saya mas owenmhmmd@gmail.com. Terimakasih :)
Sudah diemail mas buku manual Minolta X-300. Semoga membantu
Mas Bekti, kamera nikon fm saya terakhir pakai roll film merk kentmere tp kokakangannya jadi berat malah kadang harus kokang 2x krn stop ditengah lalu teruskan kokang. Itu kenapa ya? Apa krn roll filmnya atau penyakit di kamera?
Trims mas/mba anonymous sudah mampir. Coba dicek ditempat gelap dan buka belakangnya sambil kokang, apakah film sudah masuk dengan benar di sprocketnya. Bila sudah benar, berarti kondisi tersebut ada pada kameranya. Buka plate atau bagian bawahnya biasanya ada kotoran atau karat yang mengganjal. Bersihkan dan beri pelumas secukupnya. Semoga membantu
mohon maaf mas saya mau tanya barangkali mas punya buku panduan fujifilm mdl-5 dan referensi bacaan untuk belajar memfoto menggunakan kamera analog serta spesifikasi masing-masing merk roll film ? berikut email saya barangkali ada referensinya rahmafiansriperdana@gmail.com . terimakasih banyak dan mohon maaf. semoga barokah
halo mas, aku mau nanya, saya pake olympus mjuii zoom 80, tapi kadang tiap saya mau shoot itu gabisa gitu ada tanda ijo merah. soalnya biasanya langsung cekrek. itu ga fokus atau gimana ya? mohon bantuannya thankuu
Trims mba Nadya S sudah mampir. Bila tanda lampu hijau kecil mumcul di olympus mju ii zoom 80, hal tersebut menandakan kamera dalam keadaan fokus dan siap untuk dijepret. Akan tetapi bila lampu merah menyala, itu berarti tanda ngelock auto exposure. Untuk mengembalikannya lagi coba diarahkan terlebih dahulu ke objek yang berbeda, lalu kembalikan lagi ke objek sebelumnya biasanya akan langsung jepret. Semoga membantu
min novacam frizz kan gaada setting asa nya, kalo pake roll film expired apa ada kemungkinan tidak menghasilkan gambar?
Trims sudah mampir mas Tri Bima. Betul sekali di novacam frizz, shutter speed dan ASA tidak ketahuan. Pada jenis kamera ini kita hanya jepret saja, tidak perlu memikirkan apa-apa lagi. Bila menggunakan film expired usahakan yang kondisinya masih kelihatan baik dan jangan terlalu tua umurnya. Di postingan ini, sudah saya jelaskan cara pemilihan filmnya. Semoga bermanfaat.
terimakasih mas infonya
Mas Bekti, saya ingin minta sedikit review pocket kamera ricoh af 66 dan olympus trip af 20 dong mas
Kedua kamera ini seperti pada umumnya kamera point and shoot, mekanis autoexposure programed dengan DX code. Namun bila dilihat dari lensanya, olympus trip af20 dengan FL 31mm, lebih memungkinkan kita untuk menangkap gambar lebih lebaf atau wide. Di samping itu keduanya pun praktis digunakan.
Halli mas saya juga pakai kamera analog yashica electro 35 gsn minta dong ilmu tentang buku panduan pemakaiannya kitim ke email saya abangbewok@gmail.com
Sudah diemail Abang Bewok. Trims sudah mampir. Semoga membantu.
Salam sejahtera mas saya masih pemula di kamera analog. Apa boleh saya minta manual bloknya mas email : rizalachiruladi@gmail.com terimakasih
Hallo mas, saya masih pemula dan saya mau tanya kamera saya olympus trip md3st apakah bisa untuk isi roll film pake lomo roll?
Ini buku manualnya untuk kamera apa mas Rizal? Trims sudah mampir
Trims sudah mampir mba/mas RellaLeeR. Selama itu formatnya 135mm untuk olympus trip md3, roll film apa saja bisa digunakan. Semoga membantu
mas saya mau numpang nanya, kalo orang bilang misal film asa 200 "bisa ditarik sampe 400 800" maksudnya apa ya mas?
Trims sudah mampir mas Jose Elmartha. ASA pada film memang sebenarnya bisa dinaik turunkan tergantung kondisi cahaya dan tujuan dari hasil yang ingin dicapai. ASA pada film merupakan tingkat sensitifitas film terhadap cahaya. Misal ASA 200, berarti film tersebut mulao sensitif di ASA 200. Semakin tinggi ASA yang kita gunakan dari ASA filmya, semakin terang yang hasil dari gambarnya. Bisa kita sesuaikan dengan aperture dan speed tergantung kondisi cahaya. Namun bila cahaya sudah terang dan kita tetap menaikan ASA di kamera, hasil yang didapat adalah gambar menjadi bintik-bintik dan bisa juga menjadi putih atau kebakar. Semoga membantu
Untuk kamera fujifilm mdl-5 apa bisa menggunakan film kodak 35mm 200?
Trims sudah mampir mba Ulfa Setyawati. Fujifilm mdl-5 bisa pakai merk film apa saja baik black and white atau color, yang penting format filmnya 135mm/35mm. Semoga membantu
Halo mas bekti, saya mau nanya, kalo roll film nya didiamkan di dalem kamera nya apa gapapa? Atau harus langsung dihabiskan semua? Oh iya mas punya panduan yashica minitec af?
Halo mba/mas unknown trims sudah mampir. Alangkah baiknya klise atau roll film segera dihabisakan karena lama kelamaan klise bisa lembab dan nempel diruang filmnya. Tapi untuk jangka waktu tertentu masih tidak masalah. Silahka. Meninggalkan alamat email untuk buku manualnya. Semoga membantu.
Ini emailnya mas, mulyaningsiheneng8@gmail.com
Makasih mas hehe
Buku manualnya sudah diemail mas/mba unknown. Semoga membantu.
Halo kak bekti boleh minta tolong share buku panduan braun sr2000 ke ramadhani830@gmail.com ? terimakasih..btw, informasinya bermanfaat sekali buat pemula seperti saya hehehe
Buku panduannya sudah diemail mas/mba Unknown. Semoga membantu
Permisi mas bekti, numpang tanya. Antara pentax k1000 dan fujica mpf105x, buat pemula enaknya yg mana ya? Dan lensa yg bokehnya bagus buat objek orang, ukuran berapa ya mas? Terima kasih..
Trims mas Israndy sudah mampir. Dua-duanya enak kok mas. Bedanya speed di pentax K1000 sampai 1/1000s dan fujica mpf105x hanya sampai 1/700s. Biasanya untuk foto potret bokeh lensanya yang digunakan ukuran fix seperti 50mm, 85mm dan 135mm untuk aperture disesuaikan. Semoga membantu
Malam mas Bekti, apakah punya manual book fuji mdl-105 super? Saya ada sudah cari seantero google ga ketemu2 hehe
Ini email saya biqable@gmail.com , terima kasih
Terimakasih mas/mba Sabiq sudah berkunjung. Kebetulan kita juga tidak punya buku manual Fuji MDL-105 Super. Tapi coba lihat di youtube, sudah mulai banyak yang review. Semoga membantu
Halo mas, boleh minta buku manualnya juga . Kamera saya sebenarnya fuji mdl-80. Tapi kalau punya manual fuji zoom date 1000 juga tidakapaapa. anasnurdin02@gmail.com trims
Sudah dibalas via WA ya mas Annas. Semoga membantu
Mas Bekti apakah punya manual book untuk Yashica FX-3 ?
Mas , saya baru banget beli Braun SR2000 kalo masih ada manual nya boleh dikirim ya msandivalfajri@gmail.com . Thanks
Mau nanya nih mas , pernah pakai fuji film zoom date 1000 gk ? , kalo di lcd gk ada tulisan nya , cara perbaiki nya gmna ya
Permisi mas Bekti, kebetulan saya newbi. Saya beli kamera akica 800. Bisa minta buku panduannya gak ya ? Makasih
( nurilmaulidya2003@gmail.com )
Trims mas Deni sudah mampir. Bila LCD tidak nyala ada dua penyebab. Bisa karena batre dan konektor batre di kameranya atau karena memang LCD nya sudah tidak berfungsi. Semoga membantu
Trims sudah mampir mba Nuril. Kebetulan untuk kamera Akica kita tidak punya buku manualnya. Coba mba cek di youtube biasanya ada yang meriview. Semoga membantu
Trims sudah mampir mas Sam. Buku manual yashica fx-3 ada. Silahkan meninggalkan alamat email
Halo mas, saya mau tanya buku panduan manual buat kamera jadul warisan saya Konica Pop AF-800 adakah? Dan minta info untuk kamera tsb pakai roll film yg tipe apa? *maaf pemula jadi ga begitu paham dengan kamera/roll film analog. Terima kasih.
Halo kaa. Aku mau minta buku panduan untuk fujifilm mdl-9 jika masih ada? Terima kasih
Kak ada manual fuji mdl5g gak? Sama cara kita tau kalau kamera ini masih berfungsi selain masih bisa di kokang terus di jepret apa aja kak? Thnkyou
Trims mas Unknown sudah mampir. Sudah dijawab via chat WA ya. Semoga bermanfaat
Kebetulan untuk Fujifilm mdl-9 buku manual manualnya tidak tersedia mba/mas unknown. Terima kasih sudah berkunjung
Halo mas Bekti, boleh minta buku panduan fujifilm Axxi motor? Kalo ada kirim ke email ini ya mas rohmattaufiq1234@gmail.com terimakasih 🙏
Trims sudah mampir mas Rohmat Taufiq. Kebetulan untuk Fujifilm Axxi motor buku manualnya tidak tersedia. Tapi penggunaan kamera tersebut cukup mudah karena termasuk kamera analog pocket autofocus. Tinggal dipasangkan baterainya saja. Sisanya tinggal jepret. Semoga membantu
halo kak, jadi aku baru dapet sebuah warisan kamera wkwk sayang kalo ga dipake, nah kak apa punya pdf manual book nya kodak star 300md? tolong di email ya kak...
Terima kasih sudah berkunjung mba atau mas Unknown. Kebetulan untuk kamera tersebut kita tidak punya buku manualnya. Tapi kamera itu termasuk mudah dipakainya karena tipe kamera pocket analog, tinggal masukkan baterai, bidik dan jepret. Semoga membantu
Mas msh bisa minta pdf panduannya? Kalo bisa tolong emaol cawanwanti1@gmail.com
Trims sudah mampir mas/mbs unknown. Buku manualnya untuk kamera apa?
Mas, saya ingin tanyakan untuk semua jenis roll film, apa bisa digunakan di semua tipe kamera analog?
Terima kasih sudah berkunjung mba Aprianty. Kita harus menyesuaikan format film dengan kameranya. Ada film format 135mm/35mm, 120mm, 160 dst. Begitu juga dengan kameranya. Ada kamera SLR, RF atau pocket 35mm, berarti menggunakan film 135mm/35mm. Ada kamera medium format seperti Hasselblad dan mamiya 67 yang menggunakan format film 120mm. Untuk merk filmnya bebas mau pakai yang mana. Semoga membantu
halo mas, saya baru saja membeli yashica fx-3 nih, boleh mas share manual booknya ke email? dengan marshyel2121@gmail.com . thks
Trims sudah berkunjung mba/mas Marsheyl. Buku manualnya sudah diemail. Semoga membantu
thx buat info yang sangat bermanfaat.
saya punya nikon af400 (one touch 300), apakah mas nya punya manual booknya? saya sudah berusaha nyari tapi tidak menemukannya.
ini email saya : alfianrizkianto90@gmail.com
terimakasih
Mas saya mau tanya, saya pemula untuk bermain kamera seperti ini, untuk Kamera Analog Fujifilm ZO NOS baiknya menggunakan roll apa ya untuk hasil yang oke, harga terjangkau, namun tetap estetik hahaha.. Mohon infonya mas, terima kasihh🙏
Post a Comment