Salam kokang dan jepret sobat analog. Akhirnya admin memiliki kesempatan kembali untuk berbagi informasi seputar dunia fotografi, khususnya fotografi kamera analog. Pada kali ini admin masih akan mengulas seputar film atau klise yang lebih difokuskan kepada
roll film atau klise apa saja yang saat ini diproduksi kembali. Bila sobat sebelumnya sudah bisa menentukan film yang tepat untuk kamera analog sobat (baca:
Di sini).
Kemudian sobat juga sudah mencoba untuk
take a shoot tapi setelah dicuci ternyata hasilnya kosong atau kebakar, tentunya sobat membutuhkan roll film yang baru untuk persediaan. Terkadang sobat sering bertanya-tanya dimana saya bisa beli roll film karena di daerah saya tinggal sudah tidak ada yang jual. Dan juga muncul pertanyaan 'apa jaman sekarang film atau klise masih ada yang jual a.k.a masih diproduksi lagi'. Tenang saja sobat, admin pastikan bahwa ketersediaan stock film untuk kamera analog sobat masih banyak. Tidak percaya? Coba baca ulasan admin berikut ini.
(Baca Juga: film setelah dicuci kok hasilnya kosong)
Roll Film di era modern
Sebagian orang saat ini mungkin masih ragu untuk memulai belajar menggunakan kamera analog karena pertimbangan masalah ketersediaan film atau klise di era modern ini. Setelah memasuki era digital, kamera analog mulai terpinggirkan. Hanya segelintir orang yang tetap bertahan menggunakannya termasuk admin. Hal tersebut berpengaruh secara langsung kepada penjualan roll film atau klise, alat dan bahan kimia untuk proses pencucian film.
Kita Sebut saja The Eastman Kodak Company, produsen film Kodak yang memegang posisi dominan bidang photographic film di abad ke-20, dikabarkan menghentikan penjualan film Kodak di Eropa dan Amerika Utara di tahun 2004.
Kemudian tahun-tahun selanjutnya, Kodak fokus untuk mulai mengembangkan produk-produk digital. Lalu di tahun 2009, Kodak menghentikan produksi dan penjualan film Kodakchrome. Namun di tahun 2012, perusahaan Kodak dikabarkan bangkrut.
Admin sempat mengikuti perkembangan beritanya dan sempat terkejut karena admin pada saat itu masih bisa mendapatkan film Kodak Colorplus 200 di pasaran dalam negeri. Ternyata ketika admin cek bagian belakang kotak kardus filmnya, lisensi penjualan untuk wilayah Asia dipegang oleh Thailand. Kemudian dengan kerja keras membenahi semua manajemen perusahaan, menjual aset perusahaan dan mendapatkan suntikan dana dari beberapa perusahaan, Kodak masih bertahan sampai saat ini.
Dengan semakin pesatnya penggunaan kamera analog sekarang ini, produsen-produsen film atau klise yang sudah berdiri sejak jaman dahulu maupun produsen baru melihat angin segar bagi pangsa pasar penjualan film atau klise. Mereka mulai berlomba-lomba untuk memproduksi dan menyediakan kembali roll film walaupun masih dalam jumlah terbatas dan hanya beberapa format film.
Brand film yang diproduksi kembali
Berikut ini adalah film atau klise yang diproduksi kembali di era digital.
1.
Kodak
Seperti yang sudah admin jelaskan sebelumnya, Kodak yang bisa bertahan dari kebangkrutan, akhirnya pada tahun 2018 memproduksi dan menjual kembali film Kodak
Ektachrome format 135 dan super 8. Hal ini bukan berarti produksi jenis film brand Kodak lainnya dihentikan. Karena perusahaan Kodak hanya menyatakan menghentikan produksi dari jenis film Kodakchrome di tahun 2009, sedangkan jenis film Kodak lainnya tetap diproduksi sampai saat ini. Seperti
Kodak Colorplus ASA 200,
Kodak Gold ASA 200 (dengan kotak kardus didisain baru), Kodak
Ultramax ASA 400,
Kodak Portra 400 dan 800,
Kodak TX 400 dan lain sebagainya.
|
Kodak Ektachrome E100 |
|
Kodak Super 8
|
2.
Yashica
Berita yang mengejutkan di awal April 2019 datang dari salah satu produsen kamera yang legendaris, yaitu Yashica. Siapa yang tidak kenal dengan brand kamera yang satu ini yang telah berdiri dari tahun 1949. Produk kameranya sampai sekarang masih laris digunakan oleh pecinta kamera analog, seperti Yashica FX-3 Super 2000.
Yashica sendiri pada tahun 2008 dibeli oleh produsen kamera Hongkong bernama MF Jebsen Group. Sebelumnya pada tahun 2017, Yashica telah berinovasi dengan memproduksi kamera bernama
Yashica Y35, sobat bisa langsung cek di web resminya, yakni sebuah kamera hybrid yang menggabungkan kamera digital dengan sensasi fotografi film secara teknis. Dari fisiknya kamera ini mengambil desain Yashica Electro 35 dan menggunakan film khusus bernama Digifilm.
Terlepas dari komentar miring mengenai produk kamera ini, admin secara khusus sangat mengapresiasi Yashica yang mencoba mengenalkan kembali kamera analog dan berani berinovasi. Admin pun menunggu-nunggu inovasi dari brand Nikon yang sudah lama membuat
blueprint kamera sejenis, tapi benar-benar menggunakan roll film atau klise. Kita tunggu saja ya sobat kelanjutan dari rencana Nikon tersebut.
Di lansir dari media sosialnya, Yashica pada awal April 2019 memperkenalkan produksi roll film barunya bernama
Yashica 400 color negative film C-41 dengan format 35mm. Film ini kabarnya sudah dites oleh fotografer Kerry Jeffrey menggunakan Pentax Spotmatif F dan Lensa SMC Takumar 50mm f1.4. Tapi tidak diketahui apakah film ini sudah dijual bebas atau belum.
|
Yashica 400 |
3.
ADOX Untuk brand film yang satu ini mungkin sobat semua agak kurang familiar. Importir terdekat di Asia untuk brand film ini berada di jepang. Untuk di Indonesia sendiri mungkin belum ada importir resminya. Namun untuk sobat yang suka memakai film expired pasti tahu dengan merk film B&W Adox KB14, Adox KB17, dan Adox KB21.
Pasalnya perusahaan pembuat film, bahan kimia untuk proses film fotografi dan kertas foto ini merupakan perusahaan tertua sebagai produsen material fotografi film. Di samping itu, pada tahun 1950-an perusahaan ini juga memproduksi kamera analog yang cukup terkenal pada masanya yaitu ADOX Polo.
ADOX berdiri sejak tahun 1860 berbasis di German dengan nama Fotowerke DR. C. Schleussner Gmbh of Frankfurt am Main. Kemudian pada tahun 1962 dijual kepada perusahaan Amerika bernama DuPont. Tahun 1970an, Dupont menjual formula film B&W Adox kepada Fotokemika di Yugoslavia (sekarang Crotia) dan tahun 1972 meneruskan memproduksi film B&W Adox dengan nama brand Efke.
Selanjutnya tahun 1999, Adox dikembalikan lagi ke tanah asalnya di German setelah di beli oleh Agfa. Namun Agfa tidak menggunakan trademark Adox. Nama jual Adox sendiri di tahun 2003 diakusisi oleh beberapa perusahaan dan salah satunya oleh Fotoimpex perusahaan German. Di tahun 2015, Adox membeli mesin dari Ilford untuk mengkoting film dan kertas foto. Kemudian dimulailah film merk Adox diproduksi kembali.
Jadi bisa sobat bayangkan kalau film Adox merupakan gabungan dari teknologi Adox sendiri, Agfa dan Ilford. Di website resminya, Adox mengklaim bahwa film B&W yang dihasilkannya merupakan film tertajam di dunia dan masih diproduksi handmade secara tradisional.
4. Arista EDU
Brand film 135mm yang satu ini datang dari salahsatu perusahaan supplier perlengkapan kamera analog asal negeri Paman Sam, Los Angles, USA bernama Freestyle Photographic. Diproduksi oleh Foma Bohemia, sebuah perusahaan fotografi yang berbasis di Hradec Kralove, Republik Ceko. Foma Bohemia sudah berdiri sejak tahun 1921 dan memiliki brand filmnya sendiri bernama FOMAPAN. Oleh karena itu, design kotak kardus film Arista EDU mirip dengan FOMAPAN.
Film Arista EDU yang beredar saat ini dijual dengan nama brand Arista EDU ultra dan memiliki tiga pilihan ASA, yaitu ASA 100, 200 dan 400. Namun film ini tidak support DX-Code. Film ini hanya diproduksi dalam satu warna yakni black and white. Kelebihan dari brand film ini yakni memiliki spectral panchromatic dan fine grain. Sangat cocok dicoba bagi penikmat black and white fotografi.
|
Arista EDU Ultra ASA 100 |
|
Arista EDU Ultra ASA 400 |
|
Arista EDU Ultra ASA 200 |
5. ILFORD
Siapa yang tidak kenal dengan brand film yang satu ini. Ilford bisa dikatakan sebagai salah satu brand film black and white ternama yang sudah berkecimpung diproduksi film, kertas foto dan bahan kimia dark room lebih dari 140 tahun. Ilford Photo berdiri pada tahun 1879 dan berbasis di Mobberley, Cheshire, UK. Pada awalnya Ilford didirikan oleh Alfred Hugh Harman dengan nama The Britannia Work Company.
Beberapa brand film yang kita kenal sejak dahulu kala telah bekerjasama dengan Ilford di bawah Harman Technology untuk memproduksi film dengan harga jual yang lebih terjangkau, seperti Kenmerke, APX AgfaPhoto, RPX Rollei dan Oriental Seagull.
Bila sobat menginginkan kepuasan hasil jepretan kamera analog sobat terutama untuk black and white fotografi, admin sangat merekomendasikan Ilford untuk sobat gunakan walaupun kocek yang sobat keluarkan lumayan.
Kontras dan ketajaman yang dihasilkan dari film ini sangatlah bagus. Harga jual di Indonesia sendiri untuk format 135mm sekitar 90-100rb lebih per roll dan untuk format 120mm sekitar 100rb-200rb lebih per roll. Berikut beberapa film merk Ilford yang masih diproduksi.
|
Ilford XP2 Super 400/135mm/120mm Black & white Street Photography |
|
Ilford SFX 200/135mm/120mm Black & White Infra-red and Creative Photography |
|
Ilford Ortho Plus 80/135mm/120mm/sheet Black & white landscape
|
|
Ilford PANF Plus 50/135mm/120mm Black & White Studio Photography |
|
Ilford HP5 Plus 400/135mm/120mm/Sheet Black & White journalism, documentary, travel, sport, action and indoor photography |
|
Ilford FP4 Plus 125-135mm/120mm/Sheet Black & White all scenario photography |
|
Ilford Delta 3200 Pro/135mm/120mm Black & White Fast action & low light photography |
|
Ilford Delta 400 Pro/135mm/120mm Black & White All genre photography
|
|
Ilford Delta 100 Pro/135mm/120mm/Sheet Black & White All genre photography |
15 comments:
Mau nanya :
1. Saya punya foto klise jadul & pengen cetak ulang dengan berbagai ukuran, kalo mau cetak ulang foto yg udah ke develop masih bisa nggak (cetak di lab)?
2. Kalo misal nggak bisa, di scan analog ke digital dan dicetak, hasil fotonya dari segi tone warna, kontras, cahaya apakah bisa se-natural kaya film aslinya? (soalnya sekarang banyak tuh alat2 scan film ke digital, cuma nggak tau kalo dicetak bisa asli & tajam kaya film aslinya nggak, begitu). Terimakasih
Terima kasih mas Randi sudah berkunjung. Sebuah film yang sudah dipakai motret, hanya sekali dicuci kemudian bisa dicetak di kertas foto atau dalam bentuk digital. Selama kita masih memiliki klise negatifnya, kita bisa mencetaknya berkali-kali dan berbagai ukuran. Bila kita hanya memiliki fotonya/klisenya langsung kita scan digital kemudian kita print otomatis akan mengurangi tone dan kontrasnya karena berbeda prosesnya dengan di lab. Semoga membantu
Terimakasih. Oh ya di blog ini membahas cara pemeliharaan penyimpanan klise juga kah? Soalnya foto2 klise lama ibu saya ada yg luntur ntah karna jamur/gimana bahkan nempel di plastik gara2 disimpan di lemari terlalu lama (jarang dilihat). Rekomendasi mungkin tempat yg baik untuk penyimpanan dokumentasi dalam waktu selama mungkin
Terima kasih atas masukkannya. Next kita akan bahas mengenai cara merawat film negatif/klise yang sudah dicuci atau foto-foto lama hasil jepretan kamera analog. Untuk film negatif/klise ada baiknya beberapa bulan sekali dibersihkan dari debu dan kotoran agar tidak menimbulkan jamur. Usahakan jangan menaruhnya di dalam plastiknya karna bahan plastik akan mempengaruhi zat kimia yang ada pada klise yang sudah dicuci sehingga menempel. Sebaiknya disimpan di kotak berbahan metal dan disimpan pada suhu rendah. Hindari terkena cahaya langsung. Begitu juga foto-foto lama. Dibersihkan dari kotoran, simpan ditemperatur rendah terutama klise atau foto berwarna. Untuk black and white biasanya lebih kuat dibanding yang berwarna. Bisa puluhan tahun tidak akan rusak. Semoga membantu
Kalo untuk kamera, olympus mju II (bukan yg zoom) ada mode self timer nya kah?
Terima kasih sudah berkunjung kembali mas Randi. Hampir semua kamera pocket analog auto focus sudah dibekali dengan self timer mas, begitu juga dengan Olympus seri Mju. Semoga membantu
Kok di PnS suka ada Light leaks (cahaya vertikal) sebelah kanan, olympus, akica & bbrp merek jga gitu. Itu ngaruh nggak ya ke cetak? Rekomended juga dong PnS yg gk light leaks klo memungkinkan
Tidak selalu kamera pocket/PnS analog terjadi light leaks mas Randi karena saya punya beberapa kamera pocket berbagai merk dan saya jual juga tidak ditemukan light leaks. Mungkin memang kebetulan mas Randi menemukannya demikian. Light leaks bisa terjadi di semua jenis kamera analog dan muncul di beberapa bagian, seperti di backdoor, dekat lensa, body, chamber dsb. Light leaks itu terjadi karena seal/segel antar part kamera yang sudah rusak, menghilang atau sudah tidak rapat lagi karena termakan usia. Bila hal ini terjadi karena cacat pabrik, biasanya ada recall produk. Tentunya light leaks akan berpengaruh ke hasil karena adanya kebocoran cahaya yang tidak kita inginkan. Saya sudah sempat menulis mengenai ini dibagian cara perawatan kamera analog dan lensa manual. Cara cek light yang mudah sebelum kita membeli kamera analog, pertama dengan melihat hasil jepretan, kedua dengan menyenteri bagian dalam kamera dengan lampu LED/flash headphone di tempat yang gelap. Bila ada light leaks akan terlihat cahaya keluar dari mana. Kategori dan cara penanganannya juga bermacam-macam. Ada karena hanya mur yang kendor, lem bagian partnya yang sudah berkurang kerekatannya, dan ada juga karena seal backdoor yang sudah tidak ada. Semoga membantu
1. Maksud "akan terlihat cahaya keluar dari mana" itu kaya semacam keluar percikan disebuah celah body kameranya atau lensa? Jelasnya kita melihat ada light leaks secara fisik (bukan hasil foto) tersebut disebelah mana
2. Tolong minta rekomendasi PnS Manual Flash mas?
Coba Mas Randi bayangkan. Bawa kameranya ke tempat gelap. Buka backdoor kamera. Kemudian mas senter kameranya katakan pakai lampu senter. Bila cahayanya tembus atau bocor sampai ke depan, itu indikasi ada light leaks. Mas lihat dibagian mana saja tembusnya. Cahaya tidak akan tembus melalui lensa karena bagian lensa ada covernya. Ketika kita release, baru akan terbuka. Biasanya di bagian mounting lensa pada kamera tipe SLR yang sering ditemukan light leaks. Recommend Olympus mju-i dan mju-ii, yashica T2 dan T3, Fuji Klasse, Nikon 35Ti, Nikon 28Ti, Contax T2 dan T3, Ricoh R1 dan R1s dsb. Banyak mas recommended Pns, tinggal siapkan budgetnya saja. Semoga membantu
Maaf mas Randi, komentarnya ke hapus. Karena muncul double comment. Silahkan meninggalkan komentar yang baru. Terima kasih
1. Film fresh 35mm dilihat mata biasa tampilannya masih blank ya, nah itu secara pabrikan setiap frame nya udah ada template ukurannya sekian kah atau film itu menangkap gambar menyesuaikan setting layar setiap kamera (custom)? (Soalnya beberapa waktu lalu lihat ada adaptor 135mm ke 120mm) dan hasil yg ditampilkan over ukurannya (di film 35mm), ditambah ada orang berhasil capture sampe 39 exposure padahal dia pakai film standar 36.
2. Jika film frame nya memang custom menyesuaikan hasil dari layar kamera, niatnya mau saya potong beberapa frame untuk kebutuhan. Bisakah itu?
3. Saya pernah ukur klise lama dengan penggaris, kok rata2 ukurannya malah 36mm ya, itu filmnya merek Konica asa 100 & kameranya saya yakin tipe SLR soalnya ada foto di studio, dan ada foto yg lain background'a tetap terang, tajam, & grain halus walau flash over menerangi objek dalam jarak setengah meter. Terimakasih (Maaf kebanyakan)
kak kalau mau usaha jual beli roll film gitu, suplaynya dari mana ya ? mungkin ada info
Terima kasih sudah berkunjung. Coba temukan distributor atau supplyer langsung dari pabriknya yang ada di dalam negeri. Bisa cari info di website brand-brand film. Atau bisa juga menggunakan jasa titip untuk langsung beli di negara produsen. Semoga membantu
Terima kasih mas Randi sudah mampir kembali. Film itu punya format masing-masing mas seperti misalnya film 35mm dan 120mm. Kamera pun demikian menyesuaikan format filmnya. Misalnya ada SLR 35mm, berarti kamera tersebut menggunakan format film 35mm. Atau muat untuk catrige film 35mm. Satu frame film 35mm itu ukurannya 24mmx36, akan menghasilkan exposure sebanyak 36 buah. Demikian juga dengan kamera 120mm menggunakan format film 120mm sekitar 7-8 frame (tergantung kameranya karena ada yang dapat lebih dari 9 frame). Bila kita menggunakan film 120mm di kamera 35mm, catrige tidak akan masuk. Berbeda dengan kamera 120mm, kita bisa menggunakan film 35mm dengan bantuan catrige adaptor bisa dapat lebih banyak exposure. Biasanya untuk hal ini kita gunakan di kamera jenis TLR. Film 120mm bisa kita pakai di kamera 35mm tapi ukurannya kita potong menyesuaikan ukuran catrige 35mm. Format, ukuran dan jumlah frame pada beberapa kamera medium format terkadang tidak teratur. Misalnya pada medium format SLR Mamiya RB67 (6x7) dan TLR Yashica Mat 44 (4x4). Semoga membantu.
Post a Comment