One stop Camera Analog Solution !
Cara Memilih Film yang Tepat untuk Kamera Analog

Cara Memilih Film yang Tepat untuk Kamera Analog

Read Now
Size :
(262 customer review)
 
price/Read Nowsize/Small/Medium/Large/X Large




Salam kokang dan jepret Analogers. Kali ini admin akan memberikan tips bagaimana cara memilih film yang tepat untuk kamera analog sobat. Ini admin tulis karena banyak masuk pertanyaan ke admin tentang film apa yang bagus untuk kamera analog atau film apa sih yang cocok untuk kamera ini min. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk sobat, jangan lupa kita diskusi dengan meninggalkan komentar di postingan ini.

Setelah sobat sudah tahu kamera analog mana yang cocok untuk sobat, selanjutnya adalah sobat harus mengetahui film apa yang akan sobat gunakan untuk kamera analog sobat tersebut. Sebenarnya film yang sobat pilih untuk kamera analog sobat itu tidak jauh lebih penting dibandingkan dengan memilih kamera dan lensanya. Karena film yang sobat pilih ini pun akan berpengaruh langsung dengan hasil gambar yang akan didapatkan. 

Kamera analog menggunakan media film atau klise untuk menangkap cahaya. Lensa akan memfokuskan cahaya dan shutter (hordeng) akan terbuka sesuai shutter speed yang digunakan sehingga dihasilkan bayangan sesuai ukuran film. 

Film atau klise ini menggunakan pita seluloid atau sejenisnya dimana terdapat butiran silver halida yang menempel pada pita dan sangat sensitif dengan cahaya. Pada saat proses pencucian film, butiran silver halida yang telah terekspos oleh cahaya akan menghitam dengan ukuran yang tepat, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan larut bersama cairan pengembang (developer).

Berdasarkan jenis bahan yang digunakan dan tingkat kesensitifannya, terdapat 3 (tiga) jenis film yang digunakan untuk kamera analog:

1. Film hitam-putih tradisonal (B&W)
2. Film  negatif warna (color)
3. Film Positif (E-6 slide)

Ketiga jenis film ini memiliki kelebihan masing-masing di setiap tempat (place atau scene) dan situasi cahaya yang berbeda-beda. Tidak semua jenis film sangat cocok untuk setiap situasi pemotretan. Namun sobat bisa mendapatkan hasil yang bagus jika sobat menggunakannya dengan tepat. 

Pilihlah satu atau beberapa jenis film yang menurut sobat sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini langkah-langkah yang bisa dipertimbangkan dalam memilih film yang tepat untuk kamera analog sobat.


Cara Memilih Film untuk Kamera Analog



1. Pahami antara ketiga jenis film utama yang berbeda tersebut

Kebanyakan orang seringnya hanya mengetahui atau menggunakan satu jenis film saja. Biasanya kita hanya mengetahui film berwarna (color) dan menggunakannya untuk semua situasi pemotretan. Atau yang lainnya lebih suka memakai film hitam-putih (B&W) untuk semua situasi, walaupun itu ketika cuaca mendung atau malam hari. Dan saat ini jarang sekali fotografer analog yang memakai film positif atau E-6 slide.

a. Film negatif warna (color)
Film ini disebut juga print film. Kebanyakan orang di negara kita lebih familiar dengan jenis film ini. Dulu kalau kita beli film jenis ini, biasanya kita akan minta Kodak atau Fuji atau yang lebih netral film warna. Oleh sebab itu, orang mengenal kamera analog dengan sebutan 'Kodak', padahal kamera analog memiliki banyak merk. Begitu pula dengan merk film, banyak sekali. Selain Kodak dan Fuji, merk film warna yang paling diandalkan dahulu dan mungkin sampai sekarang, antara lain Agfa, Ilford, Konica, Mitsubishi dan lain sebagainya. 

Admin dulu pernah sharing dengan seorang fotografer senior ketika beliau sedang membutuhkan kamera analog. Kami sharing-sharing mengenai perbedaan film Kodak dan Fuji (karena dua merk film tersebut yang paling familiar di negara kita), juga mengenai kecondongan fotografer Barat (baca: Bule) menggunakan film Kodak dibandingkan Fuji. 

Singkat kata mengapa fotografer Bule lebih sering menggunakan Kodak dibanding Fuji adalah karena kedua film tersebut telah disesuaikan oleh kondisi cuaca atau musim masing-masing negara oleh pabriknya. Kita tahu kalau Kodak dibuat di USA dan Fuji di Jepang. Kodak telah disesuaikan dengan cuaca atau musim di belahan dunia Barat yang kebanyakan memiliki empat musim. Sedangkan Fuji lebih disesuaikan untuk negara-negara beriklim tropis dan sub-tropis. 

Itulah mengapa kata Beliau Kodak berwarna kuning dan Fuji berwarna hijau. Hal tersebut pun dapat terlihat di kertas foto kedua merk tersebut jika kita nge-print. Bila Kodak biasanya akan kekuning-kuningan dan Fuji kehijau-hijauan. Tidak ada yang tahu hal ini benar atau tidak. Namun semoga saja hasil diskusi tersebut bisa dijadikan refrensi. 

Kembali lagi mengenai film negatif warna, gambar yang dihasilkan akan terlihat berwarna Orange di klise dan terbalik setelah dicuci. Untuk mencuci jenis film ini, biasanya menggunakan developer C-41. Oleh karena itu, film jenis ini pun sering disebut film C-41. 

film negatif warna
Contoh klise film negatif warna

b. Film Positif (E-6 Slide)
Film jenis ini juga disebut dengan reversal film karena film ini merupakan kebalikan dari jenis film negatif. Bila film negatif klisenya akan menghasilkan gambar terbalik, pada film positif posisi hasil gambarnya akan sama seperti yang difoto. Untuk film positif biasanya diproses menggunakan E-6. Tepi frame film slide atau positif biasanya berupa plastik atau semacam kertas karton. 

klise film slide
Contoh film slide



c. Film Hitam-Putih Tradisional (B&W)
Jika dari namanya sobat pasti sudah tahu bedanya jenis film ini. Film ini sebenarnya adalah film negatif juga. Namun yang membedakannya dengan film warna(color) yakni dari warnanya yang Black and White (B&W). Dalam proses pencuciannya pun bisa menggunakan developer C-41 seperti film warna, contoh menggunakan Ilford XP2 atau Kodak BW400CN.  

Ketika pemberian warnanya itulah yang berbeda. Gambar yang dihasilkan pada klise pun juga terbalik dari objek yang difoto. Jenis film Hitam-Putih ini hasilnya lebih bagus ketika cahaya matahari sedang terik atau ketika cahaya menembus dan jatuh di suatu objek dalam ruangan. 

klise film BW
Contoh klise film B&W
 

2. Pertimbangkan Format Film yang Dibutuhkan

Kebanyakan dari kita memang lebih  sering menggunakan film dengan format 135mm. Di samping harganya terjangkau, ketersediaan filmnya pun masih banyak dijumpai. 

Namun tidak menutup kemungkinan suatu saat ketika pemotretan, kita membutuhkan format film yang lebih besar lagi (medium atu large format) seperti 120mm dan 160mm atau mungkin lebih kecil seperti 110, 126 dan 24mm. 

Misal sobat ingin membuat sebuah baliho dengan media kamera analog, tentunya film medium atau large format bisa andalkan. Atau ketika sobat melihat sebuah kamera analog dan ingin membelinya, terlebih dahulu sobat harus mengetahui format film yang dipakai. Mengetahui format film yang dipakai, akan mempermudah sobat menentukan arah dari hasil pemotretan sobat.

3. Pertimbangkan Cara dan Tempat Pencucian Film

Setelah film digunakan tentunya kita ingin cepat-cepat melihat hasilnya. Ini merupakan salah satu nikmatnya menggunakan kamera analog. Kita tidak bisa langsung melihat hasilnya, butuh proses pencucian terlebih dahulu. Di saat seperti itu, sobat pasti akan merasa berdebar-debar membayangkan bagaimana hasilnya nanti terutama sobat yang baru menggunakan kamera analog. 

Ada dua pilihan untuk mencuci film. Pertama sobat bisa meluangkan waktu sendiri untuk mencucinya dengan membuat darkroom sederhana. Namun sobat harus membeli sendiri bahan-bahan kimianya dan juga enlarger

Kedua untuk sobat yang tidak memiliki waktu untuk mencucinya sendiri, sobat bisa membawanya ke tempat cuci film yang terdapat di daerah sekitar tempat tinggal sobat. Untuk di kota-kota besar masih banyak terdapat tempat cuci film yang beroperasi. Biasanya di pinggir-pinggir jalan bila sobat kebetulan melihat tempat cetak Kodak atau Fuji, mereka masih mau menerima cuci film. 

Lalu bagaimana bila sudah dicari-cari di sekitar tempat tinggal sobat namun tidak ada. Solusinya adalah sobat bisa mencarinya via online. Saat ini banyak sekali jasa-jasa cuci lensa dan cuci film yang bertebaran via online. Namun sobat harus menunggunya sampai sudah terkumpul beberapa roll dan kirimkan via jasa pengiriman. Nanti apabila sudah selesai, film akan dikirim balik ke alamat sobat. Jadi jangan khawatir untuk tempat pencucian film.

4. Putuskan Berapa Banyak Exposure Compensation yang Dibutuhkan

Sobat pasti sering mendengar istilah 'kebakar' dalam menggunakan kamera analog. Hasil kebakar sendiri merupakan kesalahan dalam menentukan segitiga exposure (ASA, speed dan aperture) pada kondisi cahaya yang berbeda-beda atau bisa juga terjadi karena kesalahan teknik yang digunakan oleh sobat. 

Kebakar bisa berarti cahaya yang masuk berlebih sehingga menghasilkan gambar yang terlalu terang (over exposure) dari semestinya. Bisa pula sebaliknya, yakni cahaya yang masuk kurang dan menghasilkan gambar yang terlalu gelap (under exposure). Oleh karena itu, penggunaan metering sangat diperlukan untuk sobat yang masih baru belajar. 

Kesalahan dalam menggunakan metering pun bisa mengakibatkan hal serupa. Untuk meminimalisir hal ini, sobat bisa menggunakan exposure compensation yang terdapat pada beberapa kamera analog dan juga bisa dilakukan pada saat develop film. Kebanyakan kamera analog yang telah memiliki teknologi exposure compensation adalah kamera analog jenis SLR elektro, misalnya pada Olympus OM-2 dan Nikon FE. 

Dengan menggunakan exposure compensation ini, bila cahaya yang masuk berlebih atau sebaliknya tanpa harus merubah pengaturan awal kamera analog, sobat tinggal menaikan atau menurunkannya satu atau dua stop. Namun demikian, setiap jenis film memiliki toleransi yang berbeda terhadap hal tersebut. Film slide hampir tidak ada toleransi untuk over dan under exposure. Karena film ini bersifat positif, apa yang sobat foto itulah hasilnya. Jika sobat ingin menggunakan film jenis ini, ada baiknya sobat tes terlebih dahulu satu atau dua frame. Kecuali jika sobat memang bertujuan untuk suatu hal yang bersifat artistik. 

Lain halnya dengan film slide, Jenis film negatif warna dan Hitam-Putih (B&W) memiliki toleransi yang besar untuk over dan under exposure. Sobat paling tidak bisa menaikan (over) atau menurunkan (under) satu stop. Kesalahan exposure dalam menggunakan kedua jenis film ini, bisa dikoreksi pada saat developing maupun printing

exposure compensation nikon FE
Exposure Compensation Nikon FE

exposure compensation olympus om-2n
Exposure Compensation Olympus OM-2n

5. Tentukan Film Speed atau ASA

Setelah sobat tahu jenis film apa yang akan dipakai, selanjutnya sobat harus menentukan film speed atau ASA (atau biasa dikenal dengan ISO pada kamera digital). ASA adalah sebuah indeks kecepatan film yang menentukan kesensitifan film. Semakin tinggi ASA yang sobat gunakan, semakin sensitif sebuah film terhadap cahaya. 

Pada kamera analog, sensitif dan kurang sensitifnya film masing-masing disebut dengan 'film cepat dan film lambat'. Lalu apakah ASA yang digunakan boleh diganti dari ASA yang diberikan pada kotak film? Pertanyaan ini sering diajukan kepada admin. Sobat boleh merubahnya dan tidak harus mengikuti ASA yang diberikan pada kotak film. Intinya, ASA yang diberikan pada kotak film menunjukan mulai sensitifnya suatu film terhadap cahaya. 

Misal sobat membeli film dengan ASA 200. Hal ini menunjukan bahwa film tersebut mulai sensitif terhadap cahaya di ASA 200 dan kita boleh merubahnya lebih tinggi atau lebih rendah. Namun perlu sobat ingat ketika sobat merubah ASA, sobat pun harus menyeimbangkannya dengan speed dan aperture pada situasi dan cahaya saat pemotretan. Tidak semua ASA dikatakan tepat untuk keselurahan situasi pemotretan. Sobat tetap harus menentukan berapa ASA film yang digunakan pada situasi dan cahaya tertentu. 

a. Film Cepat (Faster Film). ASA film yang tinggi akan lebih sensitif terhadap cahaya. Hal tersebut akan memungkinkan sobat untuk menangkap objek walaupun dalam keadaan cahaya yang buruk. Namun efek yang ditimbulkannya adalah hasil yang akan sobat dapat akan sedikit lebih grain atau menimbulkan tekstur seperti bintik-bintik bila sobat memotret di outdoor pada saat cahaya yang terang. 

Banyak orang mengatakan hasil foto yang demikian dianggap kurang bagus. Terutama pada kamera digital hal ini akan disebut noise. Tidak demikian untuk kamera analog. Menurut admin, fotografi bukanlah selalu mengenai ilmu tapi juga seni. 

Misal sobat ingin memotret sebuah pertandingan olahraga lari. Tentunya sobat harus menggunakan ASA tinggi seperti ASA 1600 agar objek pelarinya tertangkap. Oleh karena itu admin berikan penekanan bahwa ASA yang sobat gunakan disesuaikan dengan situasi pemotretan. Hasil grain atau berbintik pun mungkin akan terlihat bagus bila sobat menggunakan film Hitam-Putuh (B&W). 

grain picture
Contoh Grain dengan ASA tinggi

b. Film Lambat (Slower Film). ASA film lambat atau rendah merupakan kebalikan dari situasi penggunaan ASA cepat atau tinggi. ASA rendah biasanya digunakan untuk kondisi pencahayaan yang kurang terutama untuk outdoor. Efek grain akan berkurang bila menggunakan ASA rendah, namun sobat harus menyeimbangkannya dengan shutter speed yang rendah pula. 

ASA rendah akan memberikan hasil yang baik untuk landscapes photography atau memotret benda-benda langit. Tidak jarang ASA rendah pun digunakan untuk memotret sunset dengan long exposure memakai speed Bulb (B). Bila sobat memakai speed rendah terutama bulb, umumnya kamera analog sobat akan bergetar sehingga menjadi shake atau goyang. Biasanya kamera-kamera analog buatan jerman yang memiliki bahan material yang berat akan sudah bergetar pada speed 1/8s. 

Untuk mengantisipasinya, sobat bisa menggunakan tripod agar tidak mengganggu konsentrasi. Namun ASA rendah akan menjadi masalah bila sobat memotret dalam ruangan (indoor) atau memotret objek-objek yang bergerak cepat. Sebenarnya sobat bisa menggunakan ASA rendah sesuka sobat, selama sobat bisa mengontrol kondisi cahaya pada saat pemotretan. 

6. Film Expired 

Lalu bagaimana dengan film yang sudah expired min, apa masih bisa digunakan? Film expired bisa dilihat di kotak bungkusnya terdapat tanggal kadarluarsanya. Film expired ini memang salah satu solusi terutama untuk yang baru pakai kamera analog karena harganya yang lebih murah. Jadi sobat tidak takut untuk menghabiskan berol-rol film untuk latihan. terutama saat ini agak sedikit sulit mendapatkan film yang masih fresh dengan harga miring, apalagi film dengan ASA di atas 200. 

Namun admin tekankan bahwa saat ini film fresh yang ASA 200 masih diproduksi seperti Fujifilm. Sobat bisa cek di postingan admin yang lain tentang film yang saat ini masih diproduksi. Film-film merk lain pun sebenarnya masih diproduksi seperti Agfa dan Ilford, namun saat ini importir film di Indonesia masih kurang. Untuk mudahnya, sobat bisa mencari via online. Bila sobat cari banyak sekali yang menjualnya dengan berbagai merk dan ASA. 

Film expired benar-benar masih bisa digunakan sobat. Namun sobat harus mendapatkan film expired dengan kondisi bungkus kotaknya masih rapi dan bagus. Kalau bisa carilah film expired yang rentang kadarluarsanya di atas tahun 2000-an. Di samping itu jangan membeli film expired di atas ASA 400 karena semakin tinggi ASA semakin cepat film tersebut memburuk termakan usia. 

Pada semua kotak film tertulis dianjurkan untuk sesegera mungkin memproses film apabila telah digunakan. Namun terkadang kita tidak memiliki cukup waktu untuk mencucinya atau pergi ke tempat jasa cuci film. Simpan film fresh atau expired di kulkas atau tempat yang tidak lembab. Dalam keadaan dingin, film akan tetap terjaga kualitasnya. 

Terkadang bila sobat menggunakan film expired, akan tercipta pergesaran warna yang unik untuk tujuan efek artistik. Namun demikian, usahakan jangan menggunakan film expired apabila sobat ingin memotret yang merupakan pekerjaan sobat, misalnya foto wedding. Bila memang ingin digunakan, pastikan pada penjualnya bahwa hasilnya masih tetap bagus. 

TOTAL : Rp0.00
SHIPPING FEE : Rp0.00
GRAND TOTAL : Rp0.00

Thank you . Your order has been received.

Payment Method
Order ID
Date order 04/06/2025
Total

Make your payment directly via UPI transfer by scaning our below QR codes. Use your Order ID as the payment reference. Your order won't be shipped until the funds have cleared in our account.

Make your payment directly into our bank account. Use your Order ID as the payment reference. Your order won't be shipped until the funds have cleared in our account.

Bank Name: Bank OCBC NISP
Branch: Jakarta
Swift Code: NISPIDJA

Order detail:

Product Name:
Quantity:
Size:
Price:

Customer's detail:

Full name:
Email:
Phone number:
City:
Address:
Postal code:

Contact Form

Name

Email *

Message *