-->
Dasar-dasar Teknik Belajar Kamera Analog (Mengontrol Eksposur)
Belajar kamera analog pakai rumus Einstein


  Setelah beberapa waktu lalu admin membahas jenis-jenis kamera analog dan bagaimana memilih kamera analog yang pas untuk kita pada artikel Di sini. Sekarang admin akan coba berbagi pengetahuan soal dasar-dasar teknik pengambilan gambar menggunakan media kamera analog. Dasar-dasar teknik kamera analog ini terutama diperuntukkan bagi pemula yang baru belajar menggunakan kamera analog dan masih binggung cara mengoperasikan kameranya. 

Kritik, saran, sharing serta pendapat sobat-sobat sangat admin harapkan di artikel ini. Supaya kita bisa saling sama-sama belajar. Yang belum punya kamera analog, silahkan order. Admin kasih gratis tutorial penggunaan kameranya supaya sobat tidak terlalu bingung. 

Sebenarnya ada beberapa hal yang harus sobat pelajari terlebih dahulu sebelum mulai take a shoot. Walaupun kamera analog memiliki jenis yang berbeda, akan tetapi untuk teknik dasar pengambilan gambar hampir secara keseluruhan sama. Apa sajakah dasar-dasar teknik kamera analog yang harus sobat ketahui???


 Exposure Controls

    Apa sih exposure itu admin? Exposure adalah kemampuan sebuah kamera dalam menangkap dan mengatur intensitas cahaya yang masuk ke medium film. Biasanya untuk membantu fotografer mendapatkan exposure yang tepat digunakan lightmeter (dapat berupa jarum/lampu indikator). Selanjutnya kamera akan melihat scene/frame dan mengatur exposure untuk setiap scene/frame yang digunakan. 

Exposure juga dipengaruhi oleh aperture, shutter speeds dan ASA. Ketiga komponen ini nantinya akan membentuk yang disebut dengan exposure. Pada kamera analog, terdapat dua mode eksposure. Ada kamera analog yang menggunakan mode exposure manual dan exposure otomatis (AE=automatic exposure, AE program, aperture priority dan shutter speeds priority).  Coba lihat mode exposure apa yang kamera sobat pakai. 

Jadi sobat, exposure itu adalah gabungan dari aperture, shutter speeds dan ASA yang sobat gunakan dalam satu scene/frame. Beda lagi kalau double/multi-exposure, satu scene/frame lebih dari satu exposure. Nanti kita juga akan membahasnya.

Pada dasarnya ada dua kontrol utama untuk fotografi exposure. Pertama yaitu "f/stop" atau aperture/bukaan diafragma. Apakah itu? Yakni bilah-bilah logam yang mengatur intensitas cahaya melalui lensa. Kalau sobat mengubah aperture, maka berubah pula intensitas cahaya yang jatuh pada film. Kontrol lainnya adalah shutter speeds yang bertugas mengatur durasi exposure.

Satuan untuk f/stop/aperture/bukaan diafragma adalah diameter bukaan bilah-bilah logam. Biasanya ditulis dengan f/X atau 1/X, dimana X adalah angka aperture-nya. Nantinya aperture ini akan berakibat pada terang-gelapnya intensitas cahaya pada film setiap "1 stop" perubahan pada aperture

Misalnya sobat pakai aperture f/5.6, hasilnya akan dua kali intensitas f/8 dan setengah intensitas f/4 dan lain-lain. Makin besar angka aperture yang sobat gunakan, maka hasil gambarnya akan semakin gelap. Begitu juga dengan perhitungan shutter speeds dalam sepersekian detik.

 Rumus Exposure

   Nih sobat analog, admin kasih rumus yang selama ini admin pakai dalam menentukan exposure. Semoga bisa ngalahin rumusnya Einstein.

Belajar menggunakan kamera analog dengan rumus Einstein



Exposure Formula 
E= I x T 

Ket:
E= Exposure
I= Intensity (Aperture)
T= Timing (Shutter speed)

       Seperti yang admin bilang di atas bahwa exposure adalah kombinasi dari intensitas dan waktu untuk mencapai sebuah gambar dari film. Kombinasi f/stop/aperture/diafragma dan shutter speeds ditentukan oleh kondisi cahaya, kecepatan film dan maksud dari fotografer (misal menambahkan efek tertentu).

Contoh Aperture atau diafragma lensa kamera analog


        f/        1.4         2     2.8     4     5.6     8       11    16   22

Skala f/stop di atas  menunjukkan penurunan intensitas (I) jika dibaca dari kiri ke kanan

sec. 1/1000  500 250 125  60  30   
15   8  4    2    1

               Skala  Shutter speeds di atas menunjukkan peningkatan waktu (T) kalau sobat baca dari kiri ke kanan. Jika sobat menempatkan skala f/stop dan shutter speeds bersamaan, maka waktu (T) akan meningkat tetapi intensitas menurun dan sobat akan menemukan bahwa sobat memiliki beberapa pilihan opsi yang semuanya akan menghasilkan exposure yang sama.

Sebagai Contoh:

f/ 1.4    2   2.8    4  5.6    8   11   16    22
1/1000  500   250  125   60   30   15    8     4    2    1   sec.
 
           Jika sobat memaksudkan exposure yang tepat untuk 1/60 pada f/5.6, maka setiap kombinasi pengaturan yang berdekatan di atas juga merupakan exposure yang tepat. Pada saat 1/125 sec itu berarti adalah setengah waktu (T) dan f/4 adalah dua kali intensitas yang dihasilkan, sehingga exposure-nya menjadi sama. 1/4 sec di f/22 juga exposure yang tepat untuk situasi ini. 

Jadi pada saat sobat meningkatkan waktu dalam proporsi yang sama, secara bersamaa sobat juga akan menurunkan intensitas. Coba sobat geser-geser skala f/stop+shutter speed pada tingkat cahaya yang berbeda, sobat akan menemukan beberapa pilihan opsi mana kemungkinan exposure yang tepat:

              1.4    2  2.8    4  5.6    8     11   16   22
1/1000  500   250  125   60   30   15    8      4    2    1   sec.

        Contoh skala di atas disesuaikan dari 1/60 di f/2.8  (seperempat jumlah cahaya dari contoh sebelumnya). Nah sobat akan dengan mudah melihat bahwa exposure yang tepat dihasilkan jika sobat menggunakan 1/250 sec di f/1.4 dan 1/8 sec di f/8 atau kombninasi yang berdekatan lainnya. 

Pemilihan kombinasi exposure yang akan digunakan oleh sobat-sobat itu juga tergantung pada objek dan efek yang diinginkan. Ketika sobat memotret objek yang bergerak, sobat mungkin biasanya akan memakai shutter speed yang lebih tinggi untuk menangkap pergerakan objek tersebut. Tetapi saat sobat memotret landscape atau closeup sebuah objek kecil, mungkin sobat perlu bantuan tripod dan menggunakan aperture yang kecil untuk memaksimalkan kedalaman field.

 Film Speed

Ada satu variabel lagi yang sangat penting sobat dalam menentukan exposure. Variabel tersebut adalah kecepatan (kepekaan terhadap cahaya) film. Film speed pada kamera analog biasanya ditulis ASA (ISO) dan dinyatakan dalam angka. Satuan ASA adalah angka. Coba cek kamera sobat dan lihat tulisan yang ada ASA-nya. 

ASA ini nantinya berfungsi untuk meningkatkan level sensitivitas peningkatan cahaya yang langsung terlihat pada angka-angka ASA di kamera sobat. Setiap kamera analog memiliki angka ASA yang berbeda-beda (cek seberapa sensitifkah kamera sobat). Penggunaan angka ASA ini sangat tergantung dengan kondisi cahaya yang sobat rasakan, dimana nantinya setiap ASA yang sobat pakai langsung berpengaruh ke tingkat kecerahan tiap scene/frame film. 

Makin tinggi ASA yang sobat pakai, makin sedikit cahaya yang sobat butuhkan untuk mencapai tingkat kecerahan tertentu. Faktor pengali "satu stop" adalah 2x. Sehingga ASA 64 dua kali lebih sensitif terhadap cahaya dibandingkan ASA 32 dan sekitar setengah sensitif ASA 125. ASA 800 akan lebih terang dua kali dibandingkan ASA 400. 

Jadi semakin tinggi ASA, semakin brightness gambar yang sobat dapatkan. Jika sobat menggunakan light meter, pastikan untuk mengatur meter ke ASA yang sobat gunakan sebelum mengambil gambar. Nah kalau kamera sobat ada DX kode itu akan memudahkan sobat untuk mengatur ASA yang tepat untuk kemera sobat. Sobat tinggal cari film yang ada DX coded film-nya. Jadi kamera akan tahu ASA berapa yang harus digunakan. Masalah ini nanti akan admin bahas lebih dalam pada pembahasan film dan format film. Kira-kira seperti gambar di bawah ini bentuknya.


Contoh DX kode



bagian belakang DX kode di roll film kamera analog



Menentukan Exposure tanpa Light Meter

    Dalam tulisan berikut ini, admin akan coba mengulas soal menentukan exposure yang tepat dimana berkaitan dengan penggunaan light meter atau tanpa menggunakannya. Untuk sobat yang baru belajar atau sudah bisa menentukan exposure tanpa light meter tapi masih bingung, semoga tulisan ini bisa memberikan inspirasi. 

Bila sobat kebetulan sedang berada di luar ruangan (outdoor), terus tiba-tiba light meter kamera analog sobat mati, sobat sekalian tidak usah bingung dalam menentukan exposure. Masih ada cara lain agar exposure yang kita inginkan tepat pada tujuan. caranya adalah dengan menggunakan "Sunny day 16 rule". Apa sih Sunny day 16 rule itu admin? Berikut ini contohnya sobat.

contoh sunny 16 rule


contoh sunny 16 rule dengan kondisi awan

                
   "Sunny day 16 rule" ini bisa sobat buat sendiri. untuk menggunakannya, sobat tinggal lihat patokan ASA film yang dipakai sebagai shutter speed dan f/16 sebagai f/stop (aperture) dimana kondisi cahaya matahari ketika sobat ingin mengambil gambar cerah dengan bayangan yang jelas dan tajam. Hal ini terlihat dengan posisi matahari berada di belakang fotografer. 

Silahkan lihat gambar di atas sobat. Jika Matahari sudah agak kabur tetapi masih ada bayangan, sobat harus membuka 1f/stop misal menjadi f/11. Lain lagi jika cuaca mendung tapi masih terang (tidak ada bayangan) dan matahari tertutup awan, sobat membutuhkan 2f/stop yakni f/8. Kalau cuacanya mendung tapi teduh aperture-nya adalah 3f/stop yaitu f/5.6. Intinya sobat harus belajar mengenal dan peka terhadap perubahan cuaca dan matahari. Seru kan belajar pakai kamera analog???

Light Meter

Mengenal Bentuk Light Meter

     Apa sih light meter itu admin? Jadi sobat-sobat yang disebut light meter adalah sebuah alat bantu yang ada di kamera analog untuk mengukur intensitas cahaya. Light meter pada kamera analog tipe SLR umumnya terbagi menjadi dua bentuk, ada yang berbentuk jarum dan ada yang berbentuk lampu indikator. Di mana letaknya admin? Coba sobat lihat saja melalui viewfinder kamera analog sobat, letaknya biasanya ada di sisi kiri atau sisi kanan. 

Sedangkan pada kamera jenis rangefinder (RF), light meter kebanyakan menggunakan selenium meter atau selenium cell, akan tetapi ada juga yang sudah berbentuk jarum. Nah taukah sobat kamera SLR film 35mm apa yang pertama kali menggunakan light meter? dan siapakah pembuatnya? Apa bedanya dengan light meter pada kamera SLR 35mm yang lain? 

Kamera SLR 35mm yang pertama kali menggunakan light meter adalah Nikon F yang diproduksi pada tahun 1959-1974 oleh Nippon Kogaku K.K (sekarang Nikon Corporation sejak 1988). Nikon F pertama yang telah dirancang  menggunakan light meter yakni Nikon F Photomic T, Photomic Tn dan Photomic FTn. Metering yang digunakan Nikon F adalah sebuah exposure meter yang menggunakan sensor eksternal. Perbedaan metering Nikon F dengan kamera SLR 35mm lainnya adalah apabila pembuat kamera lainnya pada saat itu membuat sensor eksternal yang hanya terhubung dengan shutter speed, untuk mengoptimalkan utilitas, Nikon merancang sistem sensor eksternal yang dihubungkan dengan aperture dan shutter speed

Setelah teknologi metering pindah ke sistem TTL (melalui lensa), Nikon mengembangkan sistem  "Center-Weighted Metering" yang berkonsentrasi pada sensitivitas di pusat frame, sehingga gambar contohnya tidak akan terlalu dipengaruhi oleh kondisi langit. Sistem ini akhirnya menjadi standar sistem metering TTL dan diikuti oleh kamera-kamera lain. 

contoh lightmeter kamera analog berupa jarum
contoh lightmeter berupa lampu indikator pada kamera analog

Contoh Bentuk Light Meter




Light Meter Menurut Pengukuran Cahayanya

  Selanjutnya sobat, admin akan coba jelaskan bagaimana menentukan exposure yang tepat dengan menggunakan bantuan light meter. Untuk sobat-sobat yang baru belajar menggunakan kamera analog, admin sangat merekomendasikan penggunaan light meter. Kenapa? karena di sini sobat nantinya akan belajar mana shutter speed/ASA/aperture yang digunakan dalam menentukan exposure untuk kondisi cahaya yang berlainan. 

Setelah sobat telah menguasai teknik penggunaan light meter, cobalah untuk mengambil gambar tanpa menggunakannya atau matikan saja light meter kamera analog sobat dengan mencabut baterainya. Kemudian gunakanlah feeling sobat di setiap kondisi cahaya yang berbeda. Sobat akan menemukan asyiknya memakai kamera analog full manual. Di samping itu sobat, rata-rata fotografer kamera analog yang sudah handal tidak akan pernah lagi menggunakan light meter karena felling mereka benar-benar sudah terasah. "Just use your felling to make a true exposure"

     Untuk menjadi fotografer kamera analog yang handal, sobat harus bersabar dan mulailah dahulu dengan menggunakan light meter. Penggunaan light meter untuk pemula juga membantu sobat untuk mengirit roll film. Tapi jangan takut menghabiskan ber-roll-roll film kalau sobat mau handal nantinya.

1. Mengenal karakteristik cahaya

    Terus gimana admin cara pakai light meter yang benar? Sabar dulu sobat, sebelum kita menggunakan light meter ada baiknya kita mengenal dulu berbagai macam karakteristik cahaya. Kok jadi cahaya sih admin? Karena fotografi itu sesungguhnya adalah "seni dalam proses menghasilkan  gambar/foto oleh aksi dari energi radiasi dan terutama cahaya pada permukaan objek yang sensitif". 

Untuk menjelaskan hal ini, admin akan coba mengkombinasikannya dengan Teoti Quantum. Menurut teori ini, cahaya adalah nama untuk berbagai radiasi elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Jadi, artinya bahwa cahaya itu partikel dan gelombang yang bergerak melalui ruang dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berikut karakteristik cahaya:

a. Panjang gelombang, hal ini akan menghasilkan warna cahaya yang berbeda-beda;
b. Amplitudo, akan mempengaruhi kecerahan cahaya;
c. Polarisasi, sudut cahaya.


  Ketiga karakteristik cahaya di atas  nantinya akan mempengaruhi light meter kamera analog sobat. Misalkan sobat memotret jalanan di siang hari, light meter akan menunjukan exposure yang berbeda dengan ketika sobat mengambil gambar di pegunungan pada siang hari juga. Mengenal Tingkat kecerahan, sudut cahaya dan warna cahaya juga akan mempengaruhi nuansa/efek gambar yang sobat hasilkan. Hal ini pun akan berguna ketika sobat sudah tidak memerlukan bantuan light meter.

2. Mengukur cahaya dan mengontrol eksposure

   Selanjutnya yang perlu kita perhatikan saat menggunakan light meter, yakni kita harus bisa mengukur cahaya. Wah admin, berarti yang pakai kamera analog hebat dong bisa mengukur cahaya. Di dunia ini kan tidak ada yang bisa mengalahkan kecepatan cahaya, bagaimana ngukurnya admin? 

Dalam menggunakan kamera analog mengukur cahaya itu penting sobat. Namanya juga Light Meter, alat bantu untuk mengukur cahaya yang masuk ke kamera analog. Karena hal ini yang akan menentukan shutter speed, aperture dan ASA yang sobat gunakan untuk mendapatkan exposure yang tepat. Secara umum, terdapat dua pengukuran cahaya yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan:

1. Incident metering, Untuk mengukur cahaya yang jatuh ke objek dengan menggunakan light meter menghadap ke kamera. Metering ini tidak peduli seberapa banyak cahaya yang dipantulkan dari objek. Sobat harus mengukur cahaya yang berasal langsung dari matahari (bila outdoor) dan membias ke objek. 

a. Kelebihannya, memberikan pengukuran cahaya yang lebih akurat karena menangkap jumlah pasti cahaya yang datang dari sumber cahaya yang menerangi objek.

b. Kekurangan,  pengukuran ini sangat tergantung dengan jarak sobat (distance). Light meter harus berada pada posisi yang sama dan objek foto menjadi acuan jarak yang digunakan. Hal ini sangat sulit bila kita berada dalam situasi pemotretan atau sedang melakukan fotografi landscape dimana jarak dari objek terbatas.
Contoh proses incident metering
(Gambar hanya contoh. Analog tidak membutuhkan tambahan light meter luar!)


2. Reflective Metering, mengukur cahaya yang dipantulkan oleh objek foto. Semua kamera TTL (Through The Lens), termasuk analog menggunakan prinsip reflective metering

a. Kelebihan, memberikan pengukuran cahaya yang cepat dan mudah dari objek foto untuk mendapatkan exposure umum dengan kamera analog sobat.

b. Kekurangan, Objek yang memiliki warna lebih terang pada light meter sobat, mencerminkan terlalu banyak cahaya. Sehingga sobat akan mengalami overexposure. Jika terdapat sejumlah cahaya yang mendominasi atau objek dengan warna terang, reflective metering akan "tertipu" dan tidak akan memperhitungkan perbedaan pantulan antara warna terang dan warna gelap, maka sobat akan mengalami underexposure dan hasilnya agak datar. 

ccontoh pengukuran cahaya dengan reflective metering

contoh proses reflective metering pada kamera analog

       Reflective metering inilah yang akan menggerakkan light meter kamera analog sobat dengan menganalisis jatuhnya cahaya di objek yang menjadi fokus sobat. Kemudian reflective metering dapat dibagi lagi menjadi 4 (empat) jenis opsi reflective metering TTL yang ada di kamera SLR analog sobat. 

Setiap jenis memiliki spesialisasi sendiri yang mempengaruhi jatuhnya cahaya. Dalam keadaan sadar, kita sering kali tidak memperhatikan keempat jenis reflective metering ini. Kenapa admin? karena letaknya ada di viewfinder dan mengarah langsung ke lensa. Yang kita perhatikan biasanya hanya melihat metering, atur zooming, bukaan, speed dll. Padahal masing-masing kamera SLR analog memiliki reflective metering yang berbeda-beda.

1. Evaluative

    Evaluative, terkadang disebut juga pattern, multi-segment atau matrix metering. Pembacaan matering ini bekerja dengan membagi scene menjadi banyak segmen yang berbeda-beda dan menganalisis pembacaan cahaya dari masing-masing segmen untuk mencapai exposure terbaik. Contoh kamera analog yang menggunakan reflective metering jenis ini, yaitu Nikon FA dan kamera-kamera analog yang memiliki shutter honeycomb

a. Pembacaan metering ini adalah reflective metering standard yang ada di hampir semua kamera analog yg sudah ada elektroniknya, sebelum Nikon membuat Center Weighted Metering, karena paling mudah untuk digunakan. 

b. Reflective metering ini mempertimbangkan intensitas cahaya di beberapa titik dalam scene, dan kemudian menggabungkan hasilnya untuk exposure terbaik. 

c. Pada kamera analog pembacaan ini  terkait dengan titik fokus pada saat kita ingin mengambil gambar dari sebuah objek. Sehingga kamera nantinya akan membias metering menuju daerah di sekitar titik fokus. 

d. Evaluative metering sangat mampu dalam melakukan pembacaan, bahkan dapat memperhitungkan warna dan jarak objek. Akan tetapi terkadang salah melakukan pembacaan dalam kebanyakan situasi.  

e. Kamera analog dengan pembacaan ini sangat bagus untuk landscape dan portrait.  
Kapan waktu yang tepat menggunakan jenis metering ini? Evaluative/matrix metering baik digunakan jika sobat mendapatkan momen dimana cahaya terlalu mencolok sehingga sobat agak bingung dalam menggunakan light meter

Jenis reflective metering ini juga sangat baik digunakan jika sobat membutuhan pembacaan metering dan menangkap gambar dengan cepat, karena evaluative metering bekerja menggunakan zona-zona.
Contoh kamera analog dengan evaluative metering ditemukan di:

1. Canon FT, FT QL, FTB, A-1, AT-1, AE-1 dll
2. Nikon FA, Nikon FM2 honeycomb, FM3A honey comb, F4, F5, F100 dan semua Nikon SLR AF
3. Leica R8 
contoh matrix matering pada kamera analog
Contoh Evaluative/matrix metering

contoh pembacaan pada matrix matering kamera analog
Pembacaan Evaluative/Matrix metering


2. Center Weighted Metering 

     Seperti yang telah admin jelaskan di atas, bahwa Nikon adalah pelopor dari kamera analog yang menggunakan Center Weighted Metering sejak tahun 1960-an dan diikuti oleh kamera-kamera analog lainnya. Terutama kamera analog full manual yang menggunakan pembacaan jenis ini. 

Dengan sistem ini, exposure dihitung berdasarkan intensitas cahaya di pusat area gambar. Pembacaan ini sangat handal bila menggunakan lensa standar, dengan asumsi objek menempati daerah pusat frame. Pembacaan ini hampir sama dengan matrix metering, tetapi pembacaannya dilakukan dari area yg lebih kecil/sempit. 

a. Pembacaan reflective metering ini memfokuskan diri sekitar 60-80% pada bagian pusat viewfinder, sisanya area yang berada di pinggir frame akan dikesampingkan.

b. Keuntungannya adalah pembacaan ini tidak dipengaruhi oleh kedaan langit dan area kecil di sekitar tepi ftrame yang memiliki tingkat kecerahan beragam.

c. Gunakan kamera dengan pembacaan jenis ini bila sobat ingin mengambil gambar close-up atau objek yang relatif besar/lebar yang berada di tengah frame.
Kapan harus menggunakan Center-weighted metering?

       Center-weighted metering sangat baik digunakan bila sobat ingin mengambil gambar close-up dan portrait dimana objek relatif lebar. Sehingga metering melakukan pembacaan dengan menitik-beratkan langsung pada objek dan mengurangi pengeksposan pada background

Reflective metering jenis ini lebih mudah untuk diprediksi daripada evaluative/matrix metering sehingga sobat akan mendapatkan hasil yang loebih konsisten. Misal contoh momennya, bila objek yang sobat ingin ambil tertembak oleh cahaya penuh dari matahari dan sobat ingin fokuskan hasilnya di objeknya, seketika pula kontras yang tinggi akan sobat dapatkan di objeknya dari background-nya.
Contoh kamera analog dengan center weighted metering ditemukan di:

1. Nikon FM, Nikon FM2 non honeycomb, Nikon F2 Photomic, FG, FE, F3, F4, F5 
2. Canon T70, Canon A-1

contoh Center weighted metering kamera analog
Contoh Center Weighted Metering

contoh pembacaan Center weighted metering kamera analog
Pembacaan Center Weighted Metering


 3. Partial Metering

a. Pengukuran cahaya dengan jenis reflective metering ini menganalisis dan mempertimbangkan cahaya di daerah yag lebih besar dari objek sobat, sekitar 10 atau 15 % dari frame. Berawal dari pusat bagian depan dan melebar ke luar.

b. Reflective metering jenis ini sangat bagus bila sobat gunakan ketika mendapatkan momen dengan kontas yang tinggi. Misalnya, objek yang sobat foto adalah orang yang berdiri membelakangi sunset dimana berarti menghadap sobat dan sunset sebagai background. Dalam situasi demikian, cahaya sunset akan ekstra terang dan sebaliknya wajah objek foto sobat akan jauh lebih gelap karena back light

Bila sobat menggunakan kamera analog yang menggunakan partial metering, sobat akan bisa  mendapatkan pembacaan di wajah objek tanpa metering kamera sobat dipengaruhi oleh cahaya sunset yag terlalu cerah.  

Contoh kamera analog yang menggunakan partial metering ditemukan di:

1. Nikon N50, N55, N60, N65
2. Partial Metering paling banyak ditemukan pada Canon, seperti Canon F-1, Canon Elan II E, Elan 7 E dll

contoh partial metering kamera analog
Contoh Partial Metering


4. Spot Metering

           Selanjutnya sobat ada spot metering. Sobat pasti tahu kamera analog apa yang menggunakan jenis metering ini, yaitu Pentax Spotmatic SP, Spotmatic SP II dan Spotmatic SPF. Kamera analog Pentax dengan lensa screw mount (ulir) ini diproduksi pada tahun 60an dan 70an, sebelum Pentax K mount bayonet (K1000, KM, K2, KX) muncul. 

Namanya diambil dari reflective metering yang digunakannya. Sebenarnya Partial metering dan Spot metering beroperasi dengan basic yang sama, yaitu cahaya di bagian yang jauh lebih kecil dari objek gambar (biasanya tengah) diukur dan exposure diatur berdasarkan bacaan tersebut. 

a. Spot metering mengukur cahaya di daerah yang sangat kecil dari frame. Umumnya mungkin 1-5% tepat di pusat gambar, sedangkan partial 10-15%. Hanya itu perbedaan di antara keduanya.

b. Keunggulan reflective metering jenis ini adalah mengukur cahaya yang sangat akurat karena tidak akan dipengaruhi oleh cahaya lain di dalam frame.  

c. Bila sobat menggunakan kamera dengan jenis metering ini, sobat akan mendapatkan kontras yang tinggi/bagus dan exposure yang lebih spesifik. 

d. Oleh karena itu, bila sobat memotret bulan atau benda-benda yang ada di langit lainnya menggunakan kamera dengan jenis metering ini, hasilnya akan bagus karena exposure yang dihasilkan sangat akurat.
Kapan menggunakan Spot metering?

       Spot metering biasanya banyak digunakan oleh fotografer profesional, terutama dalam keadaan back lit tanpa hasilnya menjadi silhouette (siluet). Spot metering juga digunakan untuk objek yang relatif berjarak jauh atau biasanya digunakan untuk fotografi makro, terutama jika objek tidak mengisi seluruh frame. 

Akan tetapi sobat harus benar-benar memperhatikan jika menggunakan jenis reflective metering ini, karna walaupun sobat mendapatkan gambar dengan objek yang terekspos dengan baik, sobat juga bisa kehilangan sisa dari jepretan. Beberapa contoh momen yang baik jika menggunakan spot metering akan admin berikan. Cahaya pada objek sobat merata dan menyala tetapi lebih bagus jika objek sobat kontras warnanya. 

Misal, sobat memotret anjing berwarna putih dengan background gelap atau orang memakai pakaian hitam berdiri di depan gedung berwarna putih. Contoh yang paling baik, yakni terang bulan pada malam hari dengan latar belakang langit yang sangat gelap. Jika sobat menggunakan matrix metering untuk menangkap bulan dalam situasi demikian, yang akan sobat dapatkan adalah lingkaran putih terang tanpa detail apapun. 
      
Contoh kamera analog yang menggunakan spot metering dapat ditemukan di: 

1. Pentax Spotmatic SP, SPII, SPF, ZX-5N, MZ-S
2. Minolta Auto Spot 1, Minolta SR-T 102, XG-1
3. Nikon F4, F5, F100, N70, N75, N80, N90
4. Canon A2E, Canon T90
5. Olympus Om-4
6. Soligor
7. Seconic  
8. Gossen.

contoh Spot metering kamera analog
Contoh Spot Metering

contoh pembacaan Spot metering kamera analog
Pembacaan Spot Metering

      Jadi secara keseluruhan kamera analog memiliki empat pembacaan reflective metering yang berpengaruh di dalam penggunaan light meter dan mendapatkan exposure yang baik. Pembacaan tersebut adalah evaluative, center weighted, partial dan spot metering.

macam-macam reflective maatering kamera analog


       Center-weighted, partial dan spot metering, ketiganya mengambil pembacaan exposure dari pusat frame. Hal tersebut mengingat bahwa kebanyakan fotografer selalu menempatkan objek mereka di tengah frame. Bila sobat ingin belajar mendapatkan komposisi yang bagus, mungkin ketiga pembacaan tersebut bisa diandalkan. 

Untuk mendapatkan komposisi yang bagus tidaklah mudah sobat. Akan tetapi sobat jangan sampai terjebak dan selalu menempatkan objek di pusat frame, karena sobat masih dapat mengeksplor kemampuan sobat dengan menempatkan objek di lain tempat. Sedangkan evaluative metering dikembangkan oleh produsen kamera untuk memudahkan kita mendapatkan exposure dengan objek di tengah frame. Kamera akan membagi viewfinder menjadi zona-zona dan membandingkan pembacaan exposure dari setiap zona dan menyarankan pengaturan exposure yang harus digunakan.

Pendiri Eternal Light Camera dan Eternal Light Digital Marketing Services. Seorang professional digital marketing, fotografer kamera analog, penulis, content creator, kolektor, pemopuler kembali kamera film di Indonesia dan distributor kamera analog. Saat ini bertempat tinggal di Depok

149 comments:

Anonymous said...

gan Bekti... gimana cara dan setting (aperture & speed) untuk membuat foto double exposure menggunakan kamera film slr.
makasih sebelumnya gan....

Bekti Supriadi said...

Halo Anonymous trims sudah mampir. Caranya mudah untuk double/multi exposure pakai SLR analog. Pertama, tembak dulu objek yang mau difoto dan set aperture, speed serta ASA untuk menghasilkan exposure yang tepat. Bila sudah silahkan kokang dan jepret. Di sini gambar pertama telah terekam. Kedua, kokang kembali dan tekan tombol film rewind dibagian bawah agar film/klise yang terjepit di sprocket dan take up spool ngelos. Ketiga, putar rewind knob kembali ke frame sebelumnya dimana objek pertama tadi telah terekam setelah itu jepret. Alhasil gambar telah menjadi double exposure. Usahakan ketika pengambilan exposure gambar pertama dan kedua kondisi cahaya sama agar tidak merubah setingan speed, asa dan aperture. Bila ingin dirubah terserah Mas/Mba ingin efek seperti apa. Jika ingin multi exposure (lebih dari dua), lakukan hal yang sama. Namun jangan terlalu banyak membuat multi exposure karena bisa menyebabkan kebakaran pada film. Rekomendasi cukup 3-4 exposure. Ini adalah teknik double/multi exposure dengan menumpuk gambar. Sebenarnya ada bermacam-macam jenis double/multi exposure, nanti admin akan membahasnya lebih lanjut di postingan lain. Gunakan Olympus pen bila tidak ingin ribet, karena kamera tersebut half frame 72 exposure (satu frame dibagi dua jadi satu frame menghasilkan dua gambar). Ini juga merupakan jenis double exposure yang lain dan bisa dihasilkan dengan SLR. Semoga membantu.

Dwi Anggrea said...

Pak, ini yashica GSN saya mati LM nya. Bagaimana cara menentukan diafragma utk kondisi cahaya yg berbeda2? bisa pake rule sunny of 16? secara kamera ini gak ada pengaturan shutter speed. terima kasih.

Bekti Supriadi said...

Halo pak Dwi Anggrea trims sdh mampir. GSN bisa dipakai manual kok pak sebenarnya tanpa baterai. Pengaturan diafgragma sudah ada di ring aperturenya. Bila indoor pkai f/2-f/1.7, cuaca berawan 8-2.8, dan terik 11-16. Bila lampu tidak nyala tapi mode auto hidup tidak masalah pak karena speed diatur sendiri oleh kameranya, tinggal mainkan aperture dan ASA pkai 16 rules sunny. Bila auto mati atau tanpa baterai speed hanya main di 1/30 utk low dan 1/500 utk high.

Eko Wahyu Budiagung said...

Terima kasih min ilmunya.
Bermanfaat sekali

Arif Abdurahman said...

Wah akhirnya nemu juga bahasan soal Sunny 16. Baru beli Canonet ql17 kemarin, dan udah nyoba jepret ini itu. Kemarin ngitung ekposurenya pake app lightmeter di android.
Lagi nunggu scanan film sama servis kamera, viewfindernya kotor soalnya, jadi kemarin cuma pake trik zone focusing.

Request bahas push film sama zone focusing dong bang. Makasih nih ilmu-ilmunya.

Bekti Supriadi said...

Halo mas Arif Abdurahman. Trims sudah mampir. Saya tampung dulu requestnya. Semoga ilmunya bermanfaat dan jangan lupa berbagi dengan yang lain.

Piqar W. Gins said...

wuidiiiihhh ternyata masih banyak yaaa penggila kamera analog d jaman digital,, jadi pengen ngerasain lagi sensasinya tapi masih nunggu tabungan cukup dulu neh..

btw oom bekti,, double eksposure (ato multi) itu sama dengan hdr kalo d kamera digital bukan yaaa..??
mohon pencerahannya..

Bekti Supriadi said...

Halo mas/mba S13 trims sdh mampir. Pada radar konsepnya sama antara HDR/HDRI atau High Dynamic Range Imaging pada kamera digital dgn double/multi exposure di kamera analog. Perbedaannya mungkin terletak pada jumlah objek yang difoto, cara membuatnya dan tujuan akhirnya. HDR pada digital objek yang difoto hanya satu namun kita membuatnya lebih dari satu foto dgn exposure yg berbeda-beda kmudian pindahkan ke software HDRI/photoshop dan edit dari ketiga exposure foto tadi agar menghasilkan sebuah foto yang lebih baik. Klo kameranya ada mode HDR, kamera akan menangkap gambar agak lbh lama karna membuat 3 gambar dgn exposure yang berbeda sekaligus. Tinggl pilih mana yg mau diedit. Klo double/multi exposure objek yang difoto bisa lebih dari satu (double) atau lebih dari dua (multi) tergantung mau dijadikan seperti apa. Gambar pertama kita jepret dgn exposure tertentu kmudian pencet rewind knop, putar rewind crack agar krmbali ke frame sblumnya kmudian jepret gambar/scene yg beda lg dgn exposure sama/beda. Begitu seterusnya mau dibuat berapa. Namun intuisi kita pada cahaya, kreatifitas, dan mengukur tata letak objek pada frame sdh terasa. Intinya double/multi objek/scene bisa Berbeda, natural tanpa edit dan seni juga kreatifitas fotografer karena teknik dan selera yg berbeda-beda. Semoga menjawab.

Piqar W. Gins said...

saya cwo mas bekti..

sangat menjawab n lengkap banget mas..
semoga saya bisa cepet2 ngerasain lagi sensasi n deg2an nya kamera analog..

ondeaelock said...

Mas Bekti canonet ql19 saya lightmeter'nya hanya nyala jika pake mode A, 28,20,14. Kalo saya pake manual seting bukaan 1.9 sampai 16 kok jarum light meternya tetap di atas ya (gak gerak). Apa lightmeternya rusak? kalau memang rusak tolong rekomendasi tempat service. terima kasih

Bekti Supriadi said...

Halo mas ondeaelock trims sdh mampir. Canon Canonet ql17, 19 dan seterusnya adalah jenis rangefinder yang bisa digunakan secara manual yakni dgn meyetel ASA, speed Dan aperture oleh kita sendiri. Juga bisa digunakan secara auto exposure, yaitu dgn menggunakan baterai utk menggerakan jarum meteringnya dan aperture set di A. Bila kita pakai manual otomatis jarum metering tdk gerak. Di samping itu bila kita set di A dan cahaya yg masuk kurang, tombol release akan ketahan/tdk mau kejepret, jarumpun tdk begerak. Coba mas pindah ke tmpat cukup cahaya atau seimbangkan ASA, aperture dan speednya. Semoga membantu.

Chris said...

wah bagus sekali om tulisannya, kebetulan saya hobi foto2 juga, dulu pas sma sempet pake warisan ortu yashica fx-3 super sama ricoh kr-5.. sampe sekarang pakai DSLR dan camdig.. tahun ini rencana mau menghidupkan kembali kamera analog, sayang yg ricoh udah rusak parah, baru tau sunny 16, dulu foto karena gada light meter cuma ikutin manual di bungkus filmnya aja hehe... oya om kalo film jual juga ? makasih :)

Bekti Supriadi said...

Mantap mas Chrismahargia H. Film jual mas, silahkan

Anonymous said...

Salam sejahtera mas bekti, saya kebetulan newbie di dunia fotografi, senjata yang saya gunakan kebetulan Mamiya 645j medium format, untuk pengambilan multiple exposure, kira2 caranya seperti apa? terimakasih. lalu untuk lensa yang digunakan saya menggunakan lensa tipe wide

Bekti Supriadi said...

Salam mas/mba Anonymous. Wah kalau senjatanya Mamiya 645j buka newbie lagi, sudah expert. Mamiya 645j secara keseluruhan sama dengan Mamiya 645, hanya perbedaannya Mamiya 645 tidak ada Mirror Lockup dan hanya dijual untuk di export. Untuk multiple exposure pada Mamiya 645 dan Mamiya 645 sebenarnya sudah tersedia tuas switch on/off nya pada bagian bawah body dekat dengan mount grip/winder. Namun biasanya kehalangan gripnya tersebut. Di sana ada tulisan 'M'. Tapi memang agak rancu, karena tuas tersebut juga ada pada bagian bawah gripnya sendiri. Semoga membantu.

Unknown said...

Bisa minta kontaknya min? Mau tanya tanya seoutar RICOH XR500 hehe

Bekti Supriadi said...

Kontak sudah ada di tiap postingan mas Bimo Agus. Trims sudah mampir.

Unknown said...

mau tanya kok sehabis cekrek kok viewfinder kamera saya jadi hitam/gelap ngga keliatan yaa? kamera yashica fx3 2000 asa 200? thx

Bekti Supriadi said...

Halo mas Faiz Sudrajat trims sudah mampir. Bila kondisinya demikian, coba cek mirror atau kaca di dalam bodinya. Biasanya posisinya nutup tidak mau balik lagi. Itu berarti ada yang nyangkut. Bila tidak mengerti ada baiknya ke tukang servis. Semoga membantu.

Unknown said...

saya ada roll film masih fresh tapi kemarin keponakan saya narik roll itu sampe keluar semua -_- ditarik nya dibawa lampu kamar aja sih bkn diluar. apa masih bisa dipake atau udah kebakar&gabisa dipake lagii? thank you...

Bekti Supriadi said...

Halo mas Faiz, roll film selama tidak kena langsung cahaya matahari dan kondisinya tidak cacat masih bisa dipakai. Semoga membantu.

Unknown said...

kalau dipegang tangan saja & kena lampu kamar aja gakpapa jadinya yaa? makasih ya mas sangat membantu :)

jody said...

keren banget mas tulisannya, banyak membantu! :D

Sitibarkah siwan said...

Selamat pagi mas Bekti,
Saya baru aja pegang kamera analog Nikon FE, dan motret perdana pake film BW Pro Xl 135. Setelah selesai 2 roll dan di cuci, hasilnya blank semua. Akhirnya saya buka website ini buat baca2. Dan ketemu masalah eksposure (tadinya saya gak merhatiin ini). Setelah agak mengerti ASA, shutter speed dan aperature, saya cek ulang komposisinya ASA=50, Shutter speed=1000, f/22. Dan saya mengabaikan light metter.
Apa gara2 komposisi saya yg salah itu makanya hasilnya blank? Soalnya dr lab cuci nya bilang katanya film yg saya pake yg jelek.
Terima kasih sebelumnya.

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mba SitiBarkah Siwan. Saya juga sebelumnya sempat menulis tentang film yang sudah expired. Intinya bila kondisi film tesebut masih dalam kondisi baik dan belum pernah terpapar cahaya matahari langsung, masih bisa digunakan. Saya juga pernah menggunakan BW pro xl dan hasilnya lumayan bagus. Bila melihat komposisi exposure yang mba gunakan, hasilnya wajar bila gelap karena under exposure bila komposisi exposure demikian. Aperture f22 digunakan biasanya bila cahaya benar-benar terik. ASA pun demikian, semakin tinggi semakin cerah dan speed 1/1000 biasanya digunakan untuk objek yang bergerak cepat. Semoga membantu.

Anonymous said...

Slamat siang mas bekti. Sy anton..sy pnya mainan baru peninggalan ortu. Yashica fx3 super 2000. Nah skrng sy mw pape senjata udh lengkap hehe. Pertanyaan sy gmn cara settingnya supaya hasilnya bagus di siang hari dan sore. Mhon petunjuk mas bekti.thx

Bekti Supriadi said...

Halo mas Anton trims sudah mampir. Yashica fx-3 super 2000 itu kamera analog SLR full manual. Untuk settingnya mudah. Tinggal set speed, ASA dan aperture kemudian sesuaikan dengan kondisi cahaya. Bila ada meteringnya bisa dilihat bagaimana kombinasi yang tepat untuk exposure yang tepat juga. Semoga membantu.

Unknown said...

Mohon pencerahan mas,saya baru pake analog fujica mpf105x kondisi lighmeter mati. Di kondisi siang atau sore biar expossure nya pas saya harus setting speed berapa, kalou saya pengen pake f/1.9 dengan asa 400? Terimakasih sebelum nya.

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Deni Hadian. Fujica MPF105X itu speed maksimal hanya 1/700s. Sebenarnya saya sendiri jarang menggunakan ASA 400 pada kamera analog karena sering menimbulkan efek grain (bintik-bintik), kecuali film yang digunakan memiliki kualitas yang bagus seperti Kodak Gold ASA 400. Bila mas menggunakan 16 rules sunny, untuk ASA 400 aperture bukaan maksimal terbesar f1.9 pada siang hari, biasanya hasilnya akan overexposure karena terlalu banyak cahaya yang masuk dan ditambah ASA tinggi yang mas gunakan. Cocoknya pada siang hari pakai ASA 100 atau 200, speed dari 1/30s-1/700s (untuk fujica mpf105x) dan aperture f16-f22 tergantung kondisi cahaya dan objek yang difoto. Untuk sore hari disesuaikan dengan kondisi cahaya. Aperture f1.9 lebih cocok digunakan dalam keadaan cahaya yang redup/cahaya kurang/indoor agar cahaya bisa masuk dan speed yang digunakan pun speed lambat 1/2s-1/8s, ASA bisa disesuaikan ingin seperti apa hasilnya. Semoga membantu.

Unknown said...

Terimakasih sarannya saya akan mencoba

Unknown said...

Mas bekti, sya pakai canonet ql17. Disamping Viewfinder itu kan ada tombol merah kecil, itu gunanya untuk apa ya? Trus sya pencet tidak ada pengaruh apa2 dan lampu di atas tombol juga tidak menyala?

Bekti Supriadi said...

Trims udah mampir mas Rizki Hari. Tombol merah yang di belakang itu untuk cek baterai. Bila berfungsi nanti lampu birunya nyala. Bila tidak berfungsi tidak jadi masalah selama autonya berfungsi.

Unknown said...

Mas kamera saya fujica ger, cara untuk menentukan gn number untuk flashnya gimana ya? Kamera saya full automatic. Trus di viewfinder ada lampu oranye yg menyala di sebelah kanan atas saat tahan shutter setengah, aps itu light meter? Bagaimana cara menentukannya? Sementara gak ada simbol simbol seperti yg dijelaskan di atas. Mohon bantuannya mas

Unknown said...

Gan, mau nanya dong. Saya ada kamera yashica fx3 (slr) kalau digunakan tanpa baterai apa bisa? Makasih.

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir kembali mas Noordin M Top. Yashica FX-3 bisa digunakan tanpa baterai karena mekanisnya full manual. Baterai digunakan hanya untuk menghidupkan metering. Semoga membantu.

Unknown said...

mas mau tanya sy kan pgn beli kamera fujica mpf auto 5. kata seller mekanik normal sm flash nyala. tp untested film. kl misalkan mekanik normal sm flash nyala pas pake film itu kamera udh pasti bisa digunakan mas? soalnya sy pernah beli kamera yg mekanik normal tp pas sy coba pake film hasil nya banyak yg lost hehehe. mohon informasi nya ya mas hehehe thankyou :)

Bekti Supriadi said...

Halo mas Al Ghif trims sudah mampir. Bila memang mekanis normal pasti kamera tersebut bisa digunakan. Untuk hasil banyak faktornya seperti yang sudah saya pernah bahas di postingan lain. Tapi perlu dicek kembali kamera tersebut, misal apakah hordeng/shutter ada yang robek, speed bermain ditiap kecepatan, aperture bermain ditiap bukaan. Semoga membantu.

Unknown said...

makasih mas info nya :) kl mas punya manual book nya utk kamera fujica mpf auto 5 ga? hehe

Bekti Supriadi said...

Fujica mpf auto 5 kebetulan tidak ada mas Al Ghif. Trims

Unknown said...

mas.. saya bingung nih.. viewfider yashica mg-1 kan di pojok kiri atas.. lensa nya di tengah.. itu gimana cara nya kita ngeliat cahaya nya pas atau enggak nya gitu..

Bekti Supriadi said...

Thanks mas Dikko Pramudya sudah mampir. Yashica MG-1 merupakan kamera analog Rangefinder. Walaupun bisa berfungsi secara manual, namun untuk lebih maksimalnya harus menggunakan baterai. MG-1 memiliki metering parallax berupa lampu. Terdapat di dalam metering berbentuk tanda panah dan di bagian atas kamera berbentuk bulat. Kamera akan menyesuaikan sendiri dengan cahaya yang masuk, aperture dan ASA yang kita pakai. Bila lowlight lampu berwarna merah hidup dan sebaliknya. Semoga membantu.

Anonymous said...

bang kalo ASA film dan ASA kamera diset beda itu gimana hasilnya? bedanya itu bukan sengaja, tapi karena saya kelupaan. dan biasanya saya pake sunny 16 rule. kamaren saya atur ASA 200 shutter speed 1/250 padahal saya pake film ASA 100. apakah saya harus nge-pull pas nyucinya mas?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba anonymous. Tidak menjadi masalah bila kita menggunakan ASA yang berbeda di kamera dan di film selama hal tersebut masih ditataran exposure yang tepat. Kembali lagi kita menyesuaikan dengan kondisi dan situasi ketika potretan. Bagaimana objek yang kita potret dan situasi cahaya ketika itu. Bila siang hari dengn kondisi cahaya lumayan cerah, saya rasa pakai speed 1/250 ASA 200 masih masuk apalagi untuk objek yang bergerak. Semoga membantu.

Anonymous said...

Permisi mas, saya baru pertama kali menggunakan canon AV-1, bisa di sharing ngga gimana cara menggunakannya dan cara menggunakan light meterny?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mba/mas anonymous. Silahkan tinggalkan alamat email untuk buku manual canon AV-1

Unknown said...

ecol9846@gmail.com

Bekti Supriadi said...

Sudah diemail mas Dhiky buku manualnya. Trims

rynoo said...

halo mas, aku pake Olympus Trip 35, skrg lagi pakai film ASA 400, kalau mau foto malam hari dengan objek lampu2 mobil itu settingan gmn ya mas ? hehe aku baru main analog lagi

Bekti Supriadi said...

Olympus trip 35 itu hanya memiliki dua speed 1/40 dan 1/200. Speed ini diatur secara otomatis oleh kameranya. Kita hanya memainkan aperture, focus dan ASA. Untuk amannya jangan pkai ASA 400 karena pasti over kcuali malam hari dimana cahaya hanya dari lampu jalanan misalnya. Klo cahaya sangat terik ASA 400, speed 1/200 dan aperture f22 masih masuk. Kalau kondisi cahaya terang tapi agak teduh, pakai 1/40 f2.8. Trip 35 itu bisa dibilang cahaya sensitif pada cahaya matahati terang dan kondisi cahaya teduh. Bila kita pakai aperture paling kecil di kondisi lowlight, kamera akan otomatis set speed di 1/40. Biar gak goyang pakai ASA 400 Aman.

Anonymous said...

Bang kenapa hasil foto bisa kebakar ya? Padahal udah pake filter uv.

Anonymous said...

Mas saya pake kamera point and shot, ricoh yf20. Saya pake film fresh. Situasi cahaya saat saya moto juga lumayan cerah. Tapi hasilnya itu fade, seperti pake film expired. Gimana ya bang?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba anonymous. Ricoh YF-20 memang ciri khasnya demikian, hasilnya agak fade terkesan lebih vintage. Mengingat lensanya memiliki bukaan f4 dan hanya satu speed 1/125s. Namun demikian, fade effect sendiri pun bisa kita buat sendiri pada kamera analog, ada tekniknya. Semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Banyak hal yang menyebabkan hasil foto bisa kebakar. Bisa karena hal teknis dan kesalahan exposure. Hal teknis misal disebabkan oleh klise atau film terpapar cahaya matahari langsung ketika kita memasukkan film atau kita sering buka-buka bagian belakang kamera ketika ada film di dalam kamera. Kesalahan exposure, kita salah pakai kombinasi speed, aperture dan ASA sehingga menjadi over atau under exposure. Bisa juga karena kondisi cahaya yang terlalu terang atau gelap ketika pemotreran. Semoga membantu.

Anonymous said...

Maaf mas saya pemula di analog, kemarin dapat barang Pantacon Praktica MTL5, punya tutorial untuk menggunakan juga settingan yang pas untuk kamera saya, saya pingin coba film bw lebih dulu untuk belajar

Bekti Supriadi said...

Halo mas/mba anonymous trims sudah mampir. Manual book praktica MTL5 ada. Silahkan meninggalkan alamat email.

Deno said...

Maaf mas saya mau tanya. Case roll film saya hilang. Apa ada alternatif buat tempat penyimpanan roll saya? Terima kasih

Anonymous said...

Bingung mas haha kalo cuman baca. Bikin vlog mas buat jelasin ini..!!!

Unknown said...

Terima kasih banyak mas bekti artikelnya sangat membantu, saya kebetulan pemula,saya pakai canonet 28. Jika ada dan boleh saya minta buku panduan kameranya, averous48@gmail.com
Terima kasih

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba anonymous. Sebenarnya tidak sulit dipahami bila kita sambil pegang senjatanya dan dipraktekan.

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Averous Mutahari. Buku manualnya sudah diemail, semoga membantu.

Unknown said...

Mas Bekti, sy pk Canon AT-1. Kalau sy mau ambil foto indoor (cahaya cukup terang) dengan film asa 200, utk hasil foto (tidak bergerak) yg oke baiknya sy atur speed& apperture di brapa y? tks Mas

Unknown said...

mas bekti..ane punya nikon fm..wktu q pasang batrei lightmeter gk nyala tp wktu tutup batrei q kendor'n sedikit dviewfinder trlihat nyala lampu merah..itu knpa ya mass

Bekti Supriadi said...

Trims mas Daniel R sudah mampir. Sebenarnya bila meteringnya hidup bisa sambil dicek-cek mas sambil belajar. Tapi memang lebih baik mengandalkan 16 rules sunny bila metering tidak ada. Untuk indoor dan cahaya cukup terang bisa pakai speed 1/4-1/30s dan aperture di f5.6 tapi bila cahaya berubah menjadi agak gelap, pakai speed lebih rendah lagi atau pakai flash dan aperture di bukaan yang paling besar. Misal lensanya paling besar f1.8 dan seterusnya. Semoga membantu.

Unknown said...

Maaf Mas saya baru punya kamera analog yashica electro 35 gsn kebetulan saya pemula jika ada boleh sya minta buku panduan kamerenya ke pauziaminn@gmail.com
Terimakasih banyak mas

Bekti Supriadi said...

Sudah diemail mas Pauzi amin buku manualnya. Semoga membantu.

Anonymous said...

halo mas! sangat informatif sekali bacaannya terima kasih:) saya punya yashica fx 3 super 2000, tapi di led dalam nya selalu menunjukkan (-) alias under-exposure saya sudah coba merubah-rubah shutter speed dan aperture nya tapi tetap saja begitu mas, biar menunjukkan dot hijau bagaimana ya mas? saya bingung sekali, sekarang sedang pakai film kodak gold iso 200, mohon bantuannya ya mas, terima kasih banyak:)

Anonymous said...

Mas kamerq saya nikon fm2,waktu itu saya cuci scan,terus yg di roll film nya itu yg jadi nya hanya 1 mas,itu kenapa yaa?

Bekti Supriadi said...

Trims mba/mas anonymous sudah mampir. Kemungkinan besar hal itu terjadi karena kesalahan exposure. Bisa under atau overexposure. Jadi setingan kamera tidak pas dengan kondisi cahaya ketika motret. Istilahnya kebakar. Semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Halo mas/mba anonymous trims sudah mampir. Coba sekali lagi disesuaikan aperture, speed dan ASA denga kondisi cahaya yang masuk. Bila tetap stay minus (-) meteringnya, kemungkinan besar lightmeternya error tapi masih bisa diservis. Semoga membantu.

Unknown said...

Saya newbie banget di fotografi, saya ingin bertanya, waktu saya nyoba ngefokusin gambar kan di lensanya itu ada bulatan gitu yg ada di tengah, nah waktu liat ke dalem bulatan tersebut gambar yg saya fokusin terlihat jelas, sedangkan gambar yg tidak terkena bulatan tersebut malah ngeblur. Jadi waktu mau motret gambar yg dijadikan acuan dan seharusnya dilihat itu yg di dalem bulatan apa yg di luar bulatan mas?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Weby Ulul Albab. Bila kita ingin fokus hanya kepada satu titik objek, kita lihat dari microprism yang bulatan kecil itu. Otomatis sisa dari objeknya seperti background dan kanan kirinya ngeblur. Itu yang disebut dengan bokeh. Tapi bila sebaliknya bila kita ingin satu frame terlihat semua, fokus satu viewfinder penuh. Semoga membantu.

Unknown said...

hal mas bekti, saya punya konica s1 body semua masih mulus semua. cuma patch kuning ga kelihatan, apakah patch kuning bisa di service?
dan tempat service yg murah dan bagus dimana yaa ??

Unknown said...

Mas klo untuk kamera fujica mpf105xn klo tanpa baterai bisa digunakan atau tidak?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas firdaus. Bila patch kuning pada kamera analog rangefinder sudah pudar atau bahkan hilang, bisa diservis. Tapi harus cari kanibalan yang sejenis. Jadi bagian patch kuningnya bisa dimasukkan ke kamera yang ingin diganti. Semoga membantu

Unknown said...

Maaf mas saya mau tanya tanya. Sayakan beli kamera canonet 28 apakah jika autonya mati banyak dampaknya. Dan jika auto mati dipasangin flash bisa nga ya soalnya saya mau beli juga flasnya hehe.

Bekti Supriadi said...

Fujica mpf105xn masuk kamera analog full manual mas Fitrah Ramadhan. Baterai hanya digunakan untuk menyalakan metering. Mekanis tanpa baterai bisa digunakan.semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Halo mba Dhian Tri trims sudah mampir. Canonet ql28 bisa digunakan secara autoexposure dan manual sama seperti jenis canonet ql lainnya. Bila autonya tidak berfungsi, dampaknya hanya tidak bisa pakai autoexposure. Selama mekanisnya normal tidak ada masalah dan tidak pengaruh ke flash. Semoga membantu.

Anonymous said...

saya kurang paham tentang merubah ASA Mas... kan ASA sudah terkunci di film yang terpasang.. Apa masih bisa dirubah-rubah lagi mengikuti seting yg lain

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba anonymous. ASA difilm merupakan patokan bahwa film tersebut mulai sensitif terhadap cahaya di ASA tersebut. Kita bisa menaikan atau menurunkan ASA sesuai keinginan kita hasilnya mengikuti kondisi cahaya. Semoga membantu.

Anonymous said...

Maaf mas mau bertanya, saya pake kamera yashica ninjastarII. Kalau mau take foto, blitznya nggak bisa dimatikan. Kira2 itu gmn ya mas? Makasih.

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba anonymous. Coba pastikan terlebih dahulu tombol atau tuas untuk flashnya dalam keadaan off. Bila sudah dan masih nyala flashnya, coba buat beberapa range atau jarak ke objek ketika memotret. Beberapa kamera point and shoot dengan auto focus memiliki lock auto exposure sehingga ketika kita motret dan pembacaan cahaya menurut kameranya harus menggunakan flash, otomatis flash pada kamera menyala. Semoga membantu.

Raka said...

Mas saya baru belajar kamera manual kamera yg saya punya sekarang ricoh gx 500 dulunya saya main compact camera canon top twin yg cuma point and shoot. Mau nanya nih mas kalo kita set mode auto shutter speed sama asanya kita set berapa ya terus untuk pembagian shoot di light meternya gimana?

Anonymous said...

Mas maaf mau tanya cara ngatur fokus yashica35me gimana ya? soalnya banyak foto saya yang jadi salah fokus. maklum baru belajar banget nih hehe.

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba anonymous. Yashica 35 ME menggunakan skala zone focusing dimana untuk fokusnya memakai tanda gambar seperti kelapa orang, kepala orang berkelompok dan gambar gunung untuk landscape. Speed dan aperture diatur oleh kamera dan bisa dilihat di viewfinder melalu metering. Jangan lupa sediakan baterai. Semoga membantu

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Raka. Ricoh 500Gx penggunaan sama seperti canonet QL. Mode auto pada meteringnya hanya menunjukkan aperture sedangkan kita masih bisa set speed dan ASA. Di sini pun kita sudah harus hafal segitiga exposure tergantung kondisi cahaya. Misal jarum metering menunjukkan aperture sekian, harus kita imbangi dengan speed dan ASA ketika motret. Semoga membantu.

Anonymous said...

Mas saya mau tanya kalau misalnya saya nyalain kamera saya ketika sudah nyala lampu kuning yang dmn itu sudah siap di shoot tapi tbtn muncul lampu merah di depan berkali2 apa saya harus ganti batre atau gmn ya mas tolong infonya ya mas bekti

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba anonymous. Maaf bisa diperjelas kameranya merk apa ya?

Anonymous said...

Maaf mas mo tny, kalau saya pakai film asa 400 di Nikon FM 2. Apakah tuas ISO ny kita geser ke 400?

Bekti Supriadi said...

Halo mas/mba anonymous trims sudah mampir. Untuk amannya, ASA pada kamera diset mengikuti ASA pada film yang digunakan. Namun bisa juga kita ubah mengikuti situasi dengan kondisi ketika pemotretan. Semoga membantu

Unknown said...

Mas bekt mohon infonya dong saya newbee,kamera yg saya gunakan yashica electro 35 gtn,saya memiliki masalah di rana,saat saya klik shutter rana tidak mau buka tutup jadi harus di kokang 2x agar bisa buka tutup bagaimana solusinya apakah masalah ini berada di setting dll?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Dimas Iqbal. Bila kondisinya demikian sepertinya kondisi POD (patch off death) sudah mulai jelek. Biasanya dibarengi dengan bunyi ketika kita kokang. Solusinya bawa ketempat servis dan cari kanibalan untuk POD-nya. POD pada seri yashica 35 electro memang memiliki masa pakainya. Semoga membantu.

Unknown said...

Halo salam kenal, mas bisa ga di kasih cintoh penggunaan rumus exposure formula nya... koq saya gagal paham ya dengan rumus itu.... thanks sebelumnya...

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Denny Chryzt. Seperti yang sudah dibahas bahwa exposure itu hasil dari kalkulasi antara speed, aperture dan ASA yang disebut segitiga exposure di tiap kondisi cahaya yang berbeda-beda saat kita motret. Biasanya berpatokan pada 16 rules sunny untuk mudahnya yaitu menggunakan aperture f16 pada kondisi cahaya terik matahari (siang hari). Selanjutnya speed dan ASA tinggal menyesuaikan. Contoh kita bisa pakai speed 1/60s, aperture f5.6 dan ASA 200 atau 1/125s aperture f4 dan ASA 200. Kombinasi yang bedekatan naik atau turun speed dan aperture masih dalam exposure yang tepat. Kita juga bisa merubahnya tergantung fotografer ingin memberikan efek seperti apa. Intinya menyesuaikan kondisi cahaya ketika motret, ukuran lensa yang dipakai, objek dqn jarak. Semoga membantu

no name said...

Bang, mau Tanya
Klo pengaturan asa d kamera beda ma asa di film
Trus LM d kamera gak Bergerak
Itu kenapa bang
Trus solusi nya gimana

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba no name. Ini kameranya apa? Coba disetting aperture dan speednya karena keduanya pun yang membentuk exposure. Semoga membantu.

Unknown said...

Terima kasih banyak mas bekti artikelnya sangat membantu, saya kebetulan baru main analog,saya pakai canonet ql17 Jika ada dan boleh saya minta buku panduan kameranya. heheee syahrulmh.flo@gmail.com
Terima kasih mas

Bekti Supriadi said...

Terima kasih sudah mampir mas Syahrul MH. Buku manualnya sudah diemail. Semoga membantu.

Unknown said...

Misi om mau tanya, ini LM saya mati saya pake ricoh f10 trs. Solusinya gmn om? Biar bisa tetep jebret

Bekti Supriadi said...

Trims mas/mba Unknown sudah mampir. Ricoh F-10 memang untuk fungsi maksimalnya memakai baterai karena shutter speed dan difragma berfungsi secara autoexposure. Namun tanpa baterai pun masih bisa digunakan, tapi hanya berfungsi satu speed di 1/60s. Semoga membantu.

Unknown said...

Hallo bang bekti, saya ada kamera canon eos 500. Ini cara makenya ribet gak si bang? Tengkyu bang....

Unknown said...

Om, klo focussing di rangefinder kan hrs nyatuin bayangan patch kuning sm objek asli. Nah, ricoh 500gx saya gk gerak bayangan patch kuningnya walau udh diputer2. Bs di servis gk ya ? Klo main di wide open fokusnya normal, udh saya test. Tp pas mau nyoba bokeh rada susah. Thx before

Bekti Supriadi said...

Trims mas Robertus Sanjaya sudah mampir. Biasanya bila focusingnya rusak atau tidak normal, dia tidak akan berpengaruh baik di wide open juga. Rangefinder memang agak sulit untuk mencari bokeh karena kita harus tahu jarak kita dengan objeknya. Tapi bila memang focusingnya tidak normal bisa diservis dikalibrasi. Semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mba Rizky Anatariona. Canon EOS 500 cukup mudah penggunaannya karena sudah auto focus. Silahkan tinggalkan alamat email bila ingin buku manualnya. Semoga bermanfaat.

Anonymous said...

Kalo lightmeter Canonet off bisa di service gak ya?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mba/mas anonymous. Semua metering kamera analog yang off masih ada kemungkinan bisa diperbaiki tergantung tukang servisnya dan ketersediaan kanibalan. Semoga membantu.

cika said...

mas, saya kan baru beli kamera analog fujifilm mdl55 dan saya masi dr 0 banget pemulanya. mau tanya dong, ada gak kamera analog yg flash nya baru nya ketika udh ada filmnya? krn saya udh isi batre tp flash gak nyala jgg. terimakasih:))

Bekti Supriadi said...

Trims mba Cika Aay sudah mampir. Kamera pada flash tidak dipengaruhi oleh film. Daya flash berasal dari baterai. Bila flash tidak berfungsi walau sudah pakai baterai baru, bisa karena memang flashnya sudah rusak atau lama tidak dipakai dan perlu dipanasi terlebih dahulu. Semoga membantu

Andiwan said...

halo mas kenalkan saya fachri, sayaa baru mau mulai main analog kebetulan ada peninggalan punya orang tua saya ricoh f10, saya mau tanya mas, saya bingung cara focusingnya seperti apaa secara patch kuning di view findernya sudah hampir tidak terlihat, nah bagaimana cara focusingnya mas, terus apa bisa patch kuning itu di service atai di replace? terimakasih mas sebelumnya

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas fachri. Bila patch kuningnya sudah tidak terlihat, satu-satunya cara untuk focusing yaitu dengan mengetahui jarak antara kamera ke objek yang akan difoto. Patokannya bisa dilihat pada ring lensa. Di sana ada angka-angka dengan satuan meter dan feet. Misal diperkirakan jaraknya 1 meter, tinggal diputar ke angka 1m. Patch kuning bisa diganti asalkan kita punya kanibalannya. Semoga membantu.

Andiwan said...

Sore om, mau tanya apakah light meter mati masih bisa diselamatkan? Kalau bisa tempat rekomendasi untuk benerinnya dimana yaa, sama estimasi biayanya berapa hehe terimakasih om

Bekti Supriadi said...

Trims mas Andiwan sudah mampir. Tergantung kerusakan meteringnya mas. Coba ke pasar baru, masih ada beberapa tukang servis yang recommended disana. Semoga membantu.

Andiwan said...

Satu lagi mas, kalo shoot di indoor dengan pencahayaan cukup, kira kira set aperture sama shutter speednya diberapa ya mas, terima kasih banyak mas

Bekti Supriadi said...

Trims mas Andiwan sudah mampir kembali. Untuk indoor bila pencahayaan memadai bisa pakai speed antara 1/4s-1/8s dan aperture f2.8 atau f4 tergantung lensa ukuran lensa yang digunakan. Semoga membantu

Unknown said...

Thanks mas, sangat membantu buat saya yang lagi belajar pakai analog. Mas kalau ada manual canonet ql17 giii mau dong dikirimin, thanks yak.
tuguran226@gmail.com

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Muhamad Zizu. Buku manualnya sudah diemail. Semoga membantu

Anonymous said...

Boleh minta manual booknya gan?
aridanusaputro@gmail.com

Cikiwir said...

Mas bekti mohon infonya
Seperti gambar di atas,terdapat matering lightmeter di viewvender untuk mendapatkan cahaya yang pass jarum harus berada di tengah angka atau seperti apa mohon pencerahannya saya penggguna canon av-1

Bekti Supriadi said...

Sudah diemail buku manualnya mas. Semoga membantu

Bekti Supriadi said...

Trims mas Cikiwir sudah mampir. Untuk canon AV-1 jarum metering akan menunjukan otomatis ke angka setelah diseting dan tergantung cahaya yang masuk. Umumnya di tengah angka. Tanda merah paling atas berarti overexposure dan paling bawah berarti underexposure. Untuk cek baterai apa masuk bagus atay tidak, ketika tekan tombol check baterai, jarum harus berada di angka 30 atau di atasnya bila jauh di bawahnya mengindikasikan baterai sudah harus diganti. Semoga membantu

Unknown said...

Maaf mas mau nanya, saya punya Fujica st601, untuk lensanya udah jamuran, kirakira lensa apa yg cocok untuk kamera tsb ya mas? Apa semua lensa cocok dan bisa dipakai dijenis kamera tsb?
Dan satu lagi mas, apakah kamera analog bisa memakai flash eksternal yg biasa dipakai pada kamera digital? Trimakasih

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba Unknown. Fujica ST601 lensanya mount ulir m42. Semua merk lensa ulir m42 masuk ke kamera ini. Lensa yang jamuran pun masih bisa dibersihkan bila tidak ingin membeli lensa yang baru. Kamera analog bisa menggunakan flash eksternal digital selama hotsoe. Karena ada juga model kamera analog yang dari tahun-tahun lama menggunakan coldsoe. Semoga membantu

Sal Zulal said...

mas mau tanya, bagaimana cara kerja flash kamera external di toy cam?
saya punya fujica m1, tanpa baterai
lalu bagaimana flash bisa terima sinyal kalau kamera tidak ada komponen elektriknya?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Sal Zulal. Pada ring lensa Kamera analog toycam seperti fujica M1 yang tidak menggunakan baterai sama sekali, terdapat gambar flash untuk menggunakan mode flash. Di mode flash ini, jarak fokus lensa akan otomatis diset menjadi agak lebih dekat untuk memberikan ketajaman yang lebih baik dalam rentang jarak penghitungan flash. Kebanyakan kamera analog di atas tahun 70-an, baik bertipe SLR, medium format atau rangefinder sudah menggunakan hot shoe yang sampai sekarang diaplikasikan juga di kamera digital. Hot shoe ini pun punya berbagai tipe pada rentang shutter speed tertentu yang disebut flash synchronization, yaitu penyingkronan penembakan flash foto dengan pembukaan shutter ketika cahaya masuk untuk fotografi film atau sensor gambar elektronik untuk digital. Pada kamera manual, shutter synchronization dilengkapi dengan kontak listrik/elektrikal di dalam mekanisme shutter yang menutup sirkuit pada saat yang tepat dalam proses pembukaan shutter. Kalau di kamera digital ada yang namanya electronic timing circuit. Tipe hot shoe ada yang X-Sync, M (medium) Sync, S (slow) sync, F (fast) sync dan FP/FPX (flat peak) Sync. Di kamera analog biasanya menggunakan satu tipe hot shoe yaitu X-sync tapi juga ada yang memiliki lebih dari satu seperti Pentax spotmatic yang memiliki M-sync dan FP/FPX-Sync. Fujica M1 memiliki hot shoe X-sync dimana flash baru akan menyala ketika shutter terbuka penuh. Beda dengan F atau M sync yang akan menyala sebelum shutter terbuka penuh. Oleh sebab itu, pada kamera analog tipe SLR selalu ada gamabar mode flash di ring speednya, misal untuk Nikon FM2 mode flash dipakai di speed 1/250s. Dan X-Sync pada kamera analog umumnya di bawah 1/500s, di mulai dari 1/60s. Ini semua akan lebih jelas bila mas mendalami flash photography. Tentunya untuk menyalakan flash menggunakan baterai di flashnya bukan di kameranya. Semoga membantu

Sal Zulal said...

wah mantab sekali jawabannya mas, terimakasih banyak

Unknown said...

Halo mas. Informasinya sungguh bermanfaat bagi pengguna analog newbie seperti saya hehe. Oh ya mas, saya pengguna canon fx produksi tahun 1964 .. ada manual booknya tidak mas? Kalau ada bisa di email kan di azizulridho@gmail.com terima kasih mas. Sukses terus!

imam.abdurrahman said...

hallo mas, saya mau nanya ni, saya kan ada kamaera yashica electro 35 fc, tapi kamera nya tanpa baterai, karna ga ada baetrainya, tapi kalo tanpa baterai apakah itu masih bisa di gunakan? dan atau itu bisa meruba shutter speednya?

terima kasih.

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Imam. Abdurrahman. Yashica electro 35 FC bila tidak menggunakan baterai bisa digunakan tapi hanya main di speed 1/1000. Semoga membantu

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Azizul. Buku manualnya sudah diemail. Semoga membantu

Bagas Wibisono said...

Halo mas Bekti, saya baru saja mencoba Ricoh 500gx, saya pake film asa 400 tetapi kameranya di asa 200 bagaimana cara mengatur eksposure nya ya mas? Sama boleh minta buku manualnya, email saya bagaswibisono63@gmail.com, terimakasih mas

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Bagas. Intinya semakin tinggi ASA yang digunakan, akan semakin sensitif film dalam menangkap cahaya. Atau semakin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk tingkat kecerahan tertentu. ASA 400 adalah 2x lebih cerah/sensitif dibanding ASA 200. Oleh karena setingannya pun mengikuti turun 2x stop. Buku manualnya sudah dikirim. Semoga membantu

Unknown said...

Pak Bekti, saya mau tanya tentang bukaan diafragma
Saya pakai yashica fx 3 super 2000, saya coba main2kan aperture, tapi tampilan di viewfinder sama saja, tidak semakin terang atau semakin gelap ketika saya putar aperturenya. itu kenapa ya pak? apa aperturnya rusak?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas/mba unknown. Coba dicek dari depan lensa sambil diputar ring aperture nya. Apakah blade atau cakram aperture ikut membuka tutup bila diputar. Bila tidak, kemungkinan blade nya macet dan butuh diservis. Semoga membantu

Anonymous said...

Halo mas bekti, saya mau tanya. Saya pakai fujica m1, untuk flashnya kadang bisa nyala kadang tidak, itu kenapa ya? Padahal disaat yang sama, sebelumnya flash bisa menyala.

Unknown said...

Mas Bekti, mau tanya ini. Saya mau beli kamera olympus trip 35 tapi seleniumnya mati. Apakah mempengaruhi hasil jepret? Lalu bagaimana solusinya?

Bekti Supriadi said...

Terima kasih sudah mampir mas/mba unknown. Olympus trip 35 yang seleniumnya mati tidak mempengaruhi hasil karena pada dasarnya kamera ini bekerja secara manual. Selenium berfungsi ketika menggunakan mode auto exposure. Kita juga menjual kamera analog berbagai tipe dan lensa manual. Silahkan melihat ke menu di bagian for sale atau bisa order langsung via WA dengan mengklik tombol hijau di bawah. Semoga membantu

Bekti Supriadi said...

Terima kasih sudah mampir mas atau mba Anonymous. Flash pada kamera fujica M1 bekerja berdasarkan perhitungan GN (guide number) sesuai dengan jumlah cahaya yang masuk, aperture dan speed. Jadi flash tidak selalu menyala disetiap kondisi. Menyala bila kondisi cahaya sesuai dengan GN yang diatur oleh kameranya. Namun untuk memastikannya apakah flash bekerja sebagai mana mestinya, bisa dicek menggunakan baterai baru atau gunakan flash di kamera yang lain. Semoga membantu

Unknown said...

Halo mas bekti saya baru main analog dan saya pengguna yashica fx3.. mau tanya klo bulatan yg ada di viewfinder fungsinya buat apa ya soalnya saya coba2 ganti appeturenya tetep dan apakah bisa minta manual booknya mas... makasih sebelumnya

Bekti Supriadi said...

Terima kasih mas/mba Unknown sudah berkunjung. Bila kita lihat melalui viewfinder di sebelah kanan, terdapat tanda +,0 dan - itu adalah light meter untuk membantu mendapatkan exposure yang tepat. Untuk menyalakannya kita membutuhkan 2 buah baterai LR44. Semoga membantu. Untuk buku manualnya mau dikirim ke email mana?

Unknown said...

Oo begitu gan baik terimakasih.. boleh dikirim ke pwp23.games@gmail.com

Bekti Supriadi said...

Sudah diemail mas buku manualnya. Semoga bermanfaat

lala said...

halo mas bekti, saya pengguna Yashica 35 ME. untuk kondisi sekarang lightmeter kamera mati. saya mau nanya beberapa pertanyaan:
1. bagaimana caranya mengatur segitiga eksposur pada Yashica 35 ME? di kamera tidak ada settingan untuk shutter speed.
2. Apakah fitur Auto pada aperture masih berfungsi jika lightmeter mati?
3. Bagaimana cara menggunakan Sunny 16 pada Yashica 35 ME?
terima kasih.

Bekti Supriadi said...

Terima kasih sudah berkunjung mba Lala. Yashica 35 ME itu mirip dengan Yashica 35 electro. Bedanya shutter speed dan aperture sudah terprogram. Tanpa baterai kita tidak bisa menggunakan kamera ini secara maksimal. Model metering pada kamera ini berupa Cds sensor dari depan lensa.
1. Karena kamera ini bertipe auto exposure yang terprogram, kita set pada ring auto dan mainkan ASA nya saja. Speed dan aperture akan terlihat di viewfinder ketika kita rubah-rubah ASA nya

2. Masih berfungsi
3. Untuk menggunakan 16 rules sunny patokannya berada di penggunaan ASA dan distance/jarak objek yang kita gunakan. Sudah tersedia pada ring kameranya. Misal objek dengan jarak 1 meter pada siang hari outdoor, kita set ASA untuk situasi seperti itu berapa, nanti speed dan aperture akan disesuaikan oleh kameranya. Semoga membantu

Thariq said...

Halo mas Bekti, saya kebetulan baru menbeli kamera Yashica 35-ME. Mas tolong saya minta di jelaskan dong.

1. simbol - simbol apa saja yang ada di ring lensanya. Misal di ring bagian belakan sendiri itu untuk apa ?, kenapa kok ada simbol ft dan M itu apa dan kenapa kok ada angkanya juga seperti FT 130 & M 40 terus FT 90 & M 28 dan seterusnya.
2. Terus di ring bagian depan sendiri itu ada 4/empat simbol gambar seperti kepala orang, orang setengah badan, orang berdua/kelompok & bentuk gunung itu apa ya ?
3. Terus di ring paling depan di bagian yang bawah itu juga ada simbol FT & M juga, seperti ft 3.3 & M 1 terus ft 5 & M 1.5 dan seterusnya itu juga untuk apa ya ?

(Maaf mas pertanyaanku agak panjang dan belibet, karena aku gak pandai ngrangkai kata)

Bekti Supriadi said...

Halo mas Thariq terima kasih sudah berkunjung. Di beberapa artikel sebenarnya sudah sempat disinggung mengenai simbol-simbol pada lensa kamera RF.

1. Ring paling belakang itu untuk kalkulasi ketika kita menggunakan flash/photo flash. Ada tulisan GN (guide number). Kita bisa kalkulasi jarak dan aperture dari ring tersebut. Ft adalah hitungan feet dan M adalah meter.

2. Simbol-simbol tersebut dinamakan zone focusing sebagai tanda focus lensanya. Berbeda dengan kamera RF yang menyatukan 2 bayangan, pada RF seperti Yashica 35 ME menggunakan zone focusing. Bila kita potret close-up bisa pakai gambar kepala satu orang. Potret landscape pakai simbol gunung dst.

3. Untuk ring depan bawah itu adalah hitungan jarak dari zone focusing simbol-simbol tadi. Coba diputar ke gambar kepala satu orang nanti jaraknya akan terlihat 1 meter sama dengan 3,3 feet misalnya. Untuk simbol landscape jaraknya berapa nanti ketahuan. Semoga membantu

Anggit said...

Hallo om, terima kasih untuk ilmunya yg sangat bermanfaat untuk saya yang masih pemula. Oiya om izin tanya, saya pakai kamera yashica tl electro x dan baru aja beli flash external merk mikona, tapi anehnya kenapa flash tidak bisa nyala berbarengan saat shutter button diklik? Jadi kalau flash posisi tidak nempel di hotshoe flash akan nyala, tapi pas flash nempel di hotshoe maka flash tidak nyala. Saya sudah service hotshoenya di ps baru tapi ternyata masih error juga. Apakah flashnya yg tidak cocok dengan kameranya, atau flashnya harus khusus dan disambung dengan cord, atau hotshoenya yg bermasalah? Makasih sebelumnya om 🙏🏻

Bekti Supriadi said...

Halo mba Anggit terima kasih sudah berkunjung. Sebelum memutuskan apakah flashnya yang rusak atau tidak coba dites lagi. Yashica TL Electro X sendiri sebenarnya support dengan flash electronic merk apapun atau dengan flash yang pakai kabel syncro. Pastikan ketika kita ingin pakai flash adalah saat cahaya pemotretan gelap/kurang cahaya. Untuk flash electronic biasa atau X-sync, kita pakai speed x-125 tetapi speed sebenarnya yaitu 1/90s. Beda dengan yang FP-sync, speed support diatas 1/125. Oleh karena itu ada baiknya ikuti guide number untuk flash photography. Biasanya flash akan menyala tidak berbarengan dengan saat tombil shutter ditekan. Jangan lupa juga diatur aperture nya. Bila nanti setelah dites lagi tidak bisa juga, coba pakai flash merk vivitar 238 atau flash yang sama merk dengan kameranya. Atau bisa juga pakai flash yang ada kebel x-sync. Semoga membantu

Anggit said...

Baik om, akan saya coba lagi nanti. Terima kasih untuk balasan dan sarannya hehe sudah saya catat. sehat selalu om 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Bekti Supriadi said...

Sama-sama mba Anggit. Semoga bermanfaat

Contact Us

Phone/WhatsApp :

+62 87888349677

Address :

15th Kukusan Beji, Depok,
West Java

Email :

bekti.supriadi@gmail.com






Testimonial

testi1

Eternal Light Digital Marketing Service sangat membantu saya memperluas jangkauan customer. Brand kami lebih dikenal banyak orang. Sukses terus Eternal Light

Winda Ayu

Owner ON Trip



Our Video



Ketik->Enter->Let's Go