-->
12 Langkah Cara Menggunakan Kamera Analog Film 35mm Secara Umum
Cara menggunakan kamera analog

Di kesempatan ini admin akan coba membahas 12 Langkah Cara Menggunakan Kamera Analog Film 35mm Secara Umum. Admin membahas hal ini dikarenakan masih banyak yang bertanya bagaimana cara menggunakan kamera analog ini atau itu, terutama yang bertipe SLR.

Saran dan komentar sobat-sobat admin harapkan agar kita bisa belajar dan diskusi bersama-sama. Sekali lagi admin tekankan bahwa media ini bukan hanya untuk jualan, tapi terbuka bagi sobat-sobat pecinta dan pengguna kamera analog, pemula maupun yag sudah expert untuk saling berbagi ilmu. Di kesempatan yang lain, admin telah membahas cara memilih kamera analog idaman sobat: Klik Di sini

Setelah sobat memiliki kamera analog yang pas dengan sobat, biasanya untuk yang pemula atau yang baru pertama kali pegang kamera analog akan bingung dan berkata "Ini kamera gimana cara pakainya ya?" atau "Ini kamera sama umur gue tuaan ini kamera, pakainya gimana ya?" Apalagi kalau kameranya pemberian seseorang atau kebetulan nemu di gudang bekas peninggalan kakek atau ayah. Gak usah bingung sobat. Berikut sedikit admin ulas langkah-langkah menggunakan kamera analog 35mm secara umum:

Persiapan

1. Lihat basic kontrol pada kamera. Setiap kamera analog film 35mm memiliki kontrol dasar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pertama-tama sobat harus benar-benar memperhatikan dan mengerti fungsi dari setiap kantrol dasar tersebut. Bagi yang belum memahami kontrol dasar dari kamera analog, admin telah membahasnya pada artikel dasar-dasar kamera analog.

A. Shutter speed dial. Set shutter speed mengikuti kondisi cahaya. Shutter speed berfungsi untuk mengatur kecepatan film ketika terkena cahaya. Bisanya kamera analog tahun 1960 dan seterusnya akan menunjukkan shutter speed dengan angka yang semakin meningkat, seperti B, 1/125, 1/250, 1/500 dan seterusnya.

Shutter Speed kamera analog yang usianya lebih tua lagi, biasanya menggunakan angka-angka yang lebih aneh dan sewenang-wenang letaknya. Sedangkan letak shutter speed sendiri berbeda-beda setiap kamera analog. Secara umum letaknya ada di sebelah kanan atas. Tapi ada juga yang menyatu dengan mounting lensanya, seperti Olympus OM.

shutter speed pada Fujica ST801
Shutter speed dial pada Fujca ST 801

B. Aperture Ring. Kontrol Aperture di setiap kondisi cahaya yang berbeda-beda. Aperture sendiri biasanya disebut diafragma atau bukaan, yakni bilah-bilah plat besi seperti kipas yag ada di lensa berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk melalui lensa. Untuk mengontrol aperture ini, ada ring (cincin) yang letaknya di lensa itu sendiri. 

Tetapi tidak selalu di lensa, aperture beberapa kamera analog SLR tahun 1980an dan seterusnya sudah bisa dikontrol dari kamera itu sendiri. Contohya sistem seperti Canon EOS tidak memiliki aperture ring sama sekali. Umumnya aperture ring yang ada di lensa, terletak di bagian belakang lensa atau di depan seperti lensa Industar dari Uni Soviet dan lensa OM-sistem. Aperture ditunjukkan dengan angka-angka seperti f/8, f/11 dan seterusnya. Semakin kecil angkanya, semakin besar bukaannya dan sebaliknya.

C. ASA Dial. Set ASA untuk untuk mendapatkan exposure yang berbeda. Pada kamera analog di tandai dengan tulisan ASA, yaitu sensitivitas film terhadap cahaya. Semakin tinggi ASA yang sobat gunakan, semakin sensitif filmnya terhadap cahaya. Hal ini akan berpengaruh kepada kecerahan hasil gambar yag sobat ambil. ASA sangat berguna pada kamera analog jenis automatic exposure. Letak ASA umumnya berdekatan dengan shutter speed dial, tapi ada juga yang terpisah di lensanya. 

Pada kamera SLR 35mm, set ASA dengan mengangkat ke atas shutter speed dial kemudian putar kanan-kiri. ASA sangat dipegaruhi oleh jenis film. Film yang berbebeda, membutuhkan exposure yang berbeda pula, misalnya film ASA 50 membutuhkan 2x exposure lebih lama dari film ASA 100. Beberapa kamera analog tidak membutuhkan ASA sama sekali, terutama kamera yang memiliki kontak elektrik.

Contoh ASA dial Nikon FM2 black
ASA Dial di Nikon FM2 Black


D. Mode Dial. Mode dial ini berhubungan dengan jenis kamera analog yang sobat miliki. Apakah full manual, semi-automatic atau full automatic exposure atau automatic exposure program. Jika kamera analog sobat full manual, maka tidak ada mode yang perlu di set. Sobat hanya memainkan shutter speed, ASA dan aperture. Bila semi-automatic, maka kamera analog sobat bisa digunakan secara manual dan auto dengan ditandai huruf 'A', seperti Nikon F3. Full automatic exposure, set mode ke automatic exposure dengan cara yang sama ke huruf 'A'. Maka kamera analog sobat akan secara otomatis mencari exposure yang memungkinkan, seperti Canon AE-1. 

Kemudian ada juga kamera analog dengan mode automatic exposure program ditandai dengan tulisan 'Program' atau 'P' pada meteringnya, yakni exposure telah ditentukan secara otomatis oleh kamera, akan tetapi sobat masih dapat memainkan shutter speed dan aperture ring. Hal ini memberikan keuntungan pada sobat utuk hanya lebih berkonsentrasi penuh kepada objek, seperti Canon AE-1 Program dan Nikon FA.

Mode Dial Nikon F3
Mode Dial Nikon F3

mode dial Canon AE-1
Mode Dial Canon AE-1

mode dial Canon AE-1 Program
Mode Dial Canon AE-1 Program

mode dial nikon FA
Mode Dial Nikon FA

E. Focusing Ring. Fokuskan lensa kamera sobat dengan melihat jarak ke objek. Pada umumnya, distance (jarak) lensa kamera analog terdiri dari feet (kaki) dan meter. Serta ada pula tanda infinity, yakni untuk memfokuskan jarak yang tak terbatas jauhnya. Beberapa kamera analog 35mm memiliki sistem fokus yang berbeda-beda, seperti kamera analog half frame dan compact (Olympus Pen EE dan Olympus Trip 35) menggunakan sistem zona yang sudah memiliki simbol. 

Ada pula jenis rangefinder (Zorki dan Fed) yang memiliki focusing ring berupa tuas di dekat viewfinder-nya. Sistem fokusing kamera analog ini nantinya juga akan berpengaruh kepada reflective metering untuk mendapatkan eksposur yang berbeda-beda

Tanda infinity pada lensa kamera analog
Simbol Infinity
Tuas fokus ragefinder Fed-2
Tuas Fokus pada Fed-2

Fokus zone Olympus trip 35
Sistem fokus Olympus trip 35 berupa zona dengan simbol

F. Tombol Rewind. Tombol ini berfungsi untuk memungkinkan film/klise tidak terkunci atau terjepit (ngelos) pada batang kokangan yang berada di bagian dalam. Apabila film yang sobat pakai sudah habis (36 eksposur) dan sobat ingin mencabut atau melepas roll film dari kamera, sebelumnya sobat harus menekan tombol ini. Bila tidak ditekan, film tidak akan bisa digulung. 

Bila sobat paksa film/klise akan robek. Selain itu, tombol ini bisanya juga berfungsi untuk membuat multiply exposure/double exposure. Dengan menekan tombol ini saat pemotretan, sobat dapat memundurkan film ke frame sebelumnya. Normalnya tombol ini berukuran kecil dan terletak di bagian bawah kamera sejajar dengan kokangan.

tombol rewind Canon A-1
Contoh Tombol Rewind pada Canon A-1

G. Tuas Rewind. Pada umumnya tuas rewind ini berada di bagian sisi kiri tangan. Berfungsi untuk memutar film/klise masuk ke dalam tempatnya kembali (kalengnya) jika sudah habis. Dapat juga digunakan untuk membuat multiply exposure/double exposure dengan memutarnya sehingga kembali ke frame sebelumnya. Tapi inget sobat sekali lagi jangan lupa pencet terlebih dahulu tombol rewind-nya baru putar. 

Kemudian tarik tuasnya ke atas dan cabut kaleng filmnya. Pada kamera analog bentuk tuas rewind ini bermacam-macam. Di kamera analog SLR 35mm dan Half frame bentuknya berupa tuas. Tapi pada kamera jenis rangefinder bentuknya seperti tongkat bulat/knob. Beberapa kamera analog yang sudah memiliki motor seperti EOS (tahun 1995-ke atas), tidaak memiliki tuas rewind sama sekali. Untuk menggulung filmnya, ada yang berupa tombol dan ada yang sudah otomatis menggulung sendiri jika sudah habis. 

Tuas rewind Canon T50
Tuas Rewind Canon T50

tuas rewind Leica M
Tuas Rewind Leica M

Tuas rewind rangefinder zorki 4K
Knob Rewind Zorki 4K

2. Ganti Batre Jika Kamera Analog Kamu Menggunakannya. Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah mengenai batre untuk kamera analog sobat. Banyak sekali dari sobat mungkin ragu untuk membeli kamera analog karena batrenya sudah tidak diproduksi lagi dan sulit untuk mendapatkannya sekarang ini. Batre pada kamera analog sangat diperlukan terutama untuk jenis full automatic

Pada jenis full manual hanya digunakan untuk menggerakkan lightmeter (optional jika feeling sobat sudah mantap).
Memang benar beberapa kamera analog batrenya sudah tidak diproduksi lagi, terutama yang menggunakan batre Merkuri Px-625 1.35V seperti Practika dari Jerman Timur dan kamera-kamera analog dari tahun 1960an. Batre tersebut sudah dihentikan produksinya pada tahun 1980an karena masalah lingkungan. Kalau pun ada yang jual mungkin harganya lumayan mahal. Tapi jangan takut sobat, para fotografer yang menggunakan kamera analog sangat lihai untuk mengatasi masalah ini. 

Umumnya kamera analog yang menggunakan batre dapat diganti dengan batre universal LR44 1.5V yang masih dapat diperoleh di tukang jam. Sobat pun harus menyesuaikan voltage batre ini agar sesuai dengan kamera analog sobat. Akan tetapi tidak semua kamera analog dapat langsung menyala ketika menggunakan LR44 1.5V. Ada yang harus menggunakan lebih dari 2 buah LR44 seperti Canaon AE-1 (5buah), Yashica MG-1 dan Electro 35 GSN (7buah). Dapat pula 1 buah CR2 (masih ada dipasaran) diganjal dengan 2 buah LR44 Selain itu ada juga yang menggunakan 1 buah tetapi harus diganjal dengan kertas atau plat besi kecil. Pokoknya sobat harus bereksperimen agar voltagenya cocok. 

Batre kamera analog dapat bertahan 1-2 tahun. Namun dianjurkan untuk melepasnya jika kamera tidak digunakan, karena dapat merusak rumah batrenya. Di samping itu, bila sobat ingin memasukkan batre ke dalam rumah batrenya, dianjurkan kembali jangan dipegang menggunakan tangang/jari. Hal tersebut dapat mengganggu voltage dari batre tersebut karena tubuh kita dapat mengalirkan listrik. Gunakanlah kain atau tissue halus.

Baterai CR2
CR2

Baterai LR44
LR44 

Baterai PX-625
Contoh Batre PX-625

3. Periksa Apakah Film/klise Sudah Loading (termuat) dengan Benar. Hal ini merupakan kesalahan yang sering terjadi terutama pada pemula yang baru menggunakan kamera analog. Terkadang kita merasa bahwa film/klise yang baru kita masukkan telah siap untuk dijepret. Namun setelah jepret sana jepret sini dan tiba waktunya untuk diambil ternyata ketika kita buka tutup belakang kamera, film/klise tidak tergulung sama sekali di take-up spool. Lalu bagaimana admin memastikan film/klise yang kita pakai sudah masuk ke lubang take-up spool

Pastikan bahwa film/klise benar-benar sudah masuk/terjepit ke dalam lubang take-up spool ketika memasangnya. Kemudian coba sobat kokang dan perhatikan apakah tuas rewind ikut berputar. Apabila tuas rewind tidak ikut berputar, berarti film yang sobat masukkan belum loading/termuat dengan benar. Jangan memasang film ataupun membuka tutup belakang kamera ketika sedang terisi film di bawah terik matahari. Karena hal tersebut dapat merusak kualitas dari film/klisenya. Usahakan melakukannya di ruangan yang redup cahaya.

Bagian-bagian dalam Nikon FM2
Detail Bagian dalam Nikon FM2

4. Meloading/Memuat Film. Walaupun katrid film 35mm dibuat untuk menangkap cahaya, namun bukan berarti saat memasang film sobat dapat melakukannya di bawah terik sinar matahari. Seperti yang admin katakan di atas, usahakan sobat melakukan loading/memasang film indoor (dalam ruangan) atau di tempat yang teduh. Berikut cara-cara memasang film 35mm ke dalam kamera analog berdasarkan jenis loading kameranya:

lubang klise pas dengan take-up spool
Lubang klise masuk ke sprocket dan take-up spool
    cara memasang film ke kamera
    Cara Memasang Film/klise




A. Rear-loading Camera. Jenis loading kamera ini adalah yang paling umum sobat jumpai dan biasanya terdapat di kamera analog jenis SLR. Rear-loading memiliki engsel yang terbuka untuk mengekspos ruang film (film cassette chamber) dengan menarik ke atas tuas rewind. Fungsi rear-loading adalah untuk membuka bagian belakang kamera. 

Ada kamera analog yang langsung terbuka bagian belakangnya ketika tuas rewind ditarik ke atas, namun ada pula yang harus menggeser sebuah tuas kemudian menarik tuas rewind ke atas baru terbuka, seperti Nikon seri F dan FM. Setelah tutup belakang terbuka, masukkan roll film ke dalam ruang film (biasanya di sisi kiri) dan turunkan tuas rewind agar menjepit roll film. Kemudian tarik ujung klise sambil menahan roll film dan masukkan ke dalam lubang take-up spool

Perhatikan juga bahwa lubang-lubang pada klise harus masuk ke dalam sprockets spool agar ikut tergulung ketika dikokang. Setelah itu, kokang sekali dan perhatikan apakah klise tergulung pada take-up spool dan tuas rewind ikut berputar. Biasanya berikan 2 jepretan/frame kosong untuk memastikan klise benar-benar tergulung. Terakhir putar sedikit tuas rewind ke belakang agar klise tidak kendur dan tutup kembali bagian belakang kamera. Kamera sobat siap unttuk mengabadikan momen-momen terindah dalam hidup sobat.

Rear-loading nikon fe
Rear-Loading Nikon FE

B. Bottom-Loading Camera. Loading film pada jenis kamera ini biasanya terdapat di bagian bawah kamera, seperti produksi awal Leica, FED, Zorki, Agfa, Zenit dan lain sebagainya. Umumnya bottom-loading camera berupa kunci yang harus diputar sehingga tutup bawah untuk mengekspos tempat film terlihat. Jumlah kunci ini berbeda-beda pada setiap kamera. Ada yang hanya memiliki satu buah di tengah-tengah dan ada yang memiliki 2 buah di kiri-kanan bagian bawah kamera. 

Untuk memasukkan film ke kamera jenis loading ini memang agak susah, terutama bila menggunakan film 120mm. Sobat harus memotong ujung klise beberapa inchi sehingga menjadi lebih panjang dan tipis agar masuk ke dalam take-up spool dan pas dengan jumlah frame.



memasang film argus
Bottom-loading Argus C44 maade in Amerika

klise 120 dipotong agar masuk
Memotong klise 120mm

5. Set ASA/Film Speed. Atur ASA yang ingin sobat gunakan. Biasanya ASA yang digunakan sama dengan ASA pada info film yaang sobat beli. Misalnya, sobat beli film ASA 200 atur ASA 200 pula pada kamera sobat. Tarik ring pada pengaturan speed dan putar ke kiri-kanan untuk pilihan ASA. Ingat sobat! semakin besar ASA yang dipakai, semakin cerah hasil yang dihasilkan. Oleh karena itu, coba sobat bereksperimen pengaturan ASA di kondisi cahaya yang berbeda-beda dengan melihat Over- atau Under exposure pada lightmeter. 

peengaturan asa kamera analog
ASA K1000





pengaturan ASA K1000
Pengaturan ASA Pentax K1000

Shooting

Akhirnya sobat semua kita sampai pada bagian shooting/mengambil gambar. Intinya teori tanpa praktek tidaklah ada gunanya. Sobat harus berani menghabiskan ber-roll-roll film dalam tahap pembelajaran dan selanjutnya gunakan insting sobat untuk bagaimana mengirit film kedepannya. 

Bila kamera sobat sudah siap semua dan sobat sudah paham betul tombol-tombolnya, saatnya untuk mengambil gambar dan kembangkan kemampuan fotografi sobat. Bagaimanapun kamera tua kadang-kadang mengharuskan sobat untuk mengatur segala sesuatunya sendiri, apalagi kamera analog full manual yang mana kamera film modern atau digital akan mengaturnya untuk sobat secara otomatis.

1. Fokuskan bidikan Sobat. Pertama-tama admin akan menguraikan sedikit beberapa kamera analog berdasarkan sistem fokusnya sambil melihat bagaimana cara memfokuskannya. Hal ini nantinya cukup berpengaruh agar sobat dapat memfokuskan bidikan sobat dengan benar karena beberapa kamera anaalog SLR yang sudah tua, aperture-nya tersambung ke metering. Kadangkala sobat harus menurunkan aperture-nya untuk menyesuaikan metering dan akibatnya viewfinder menjadi agak gelap dan menyulitkan sobat untuk melihat apakah sudah fokus atau belum. 

A. Auto-focus camera. Kamera analog dengan sistem fokus ini mulai muncul sekitar pertengahan tahun 1980-an dan seterusnya. Biasanya kamera ini tidak memiliki ring fokus atau switch manual/auto focus baik pada lensa maupun di bodi kamera. Bagaimana cara fokusin ini kamera min? Cukup sobat tekan tombol shutter setengah dengan lembut. Ketika fokus diperoleh (biasanya ada indikasi di viewfinder atau dengan suara bip) maka kamera sobat siap untuk mengambil gambar. Keuntungan kamera analog dengan sistem fokus ini adalah ia memiliki eksposur otomatis juga, sehingga sobat tidak usah sibuk-sibuk untuk menyeting eksposur.

canon eos 650
Canon Eos 650 Auto Focus Analog Camera

B. Manual focus SLR camera. Mudahnya untuk membedakan kamera analog SLR (single lens reflex) atau bukan adalah dengan melihat ukuran viewfinder dan prisma. Analog SLR biasanya memiliki viewfinder yang lebih besar dan pentaprisma yang menonjol (di atasnya umumnya untuk hot shoe flash). Untuk memfokuskan kamera analog jenis ini, sobat cukup memutar ring fokus pada lensa hingga gambar menjadi jernih. 

Kebanyakan kamera analog manual fokus memilliki dua fokus bantu berupa split image dan microprism ring agar memudahkan sobat mengetahui apakah sudah dalam keadaan fokus. Split image berada tepat di tengah yang membagi gambar menjadi dua bagian bila tidak fokus dan sebaliknya. Sedangkan microprism ring berada di bagian luar split image dan akan blur bila tidak fokus dan sebaliknya. 


informasi fokus kamera analog
Bagian-bagian focusing Nikon FM





Split image dan microprism kamera analog tidak fokus
split image dan microprism tidak fokus


C. Viewfinder Camera. Kamera jenis ini sangat mirip dengan rangefinder. Tapi sobat tidak akan menyatukan dua bayangan seperti kamera rangefinder pada umumnya. Namun demikian, kamera ini dibekali dengan bantuan gambar ikon untuk menentukan jarak seperti jarak untuk memotret orang (single person), orang dalam jumlah banyak/grup dan landscape. Bidik objek sobat semaksimal mungkin. Setelah itu sobat tinggal set asa dan speed, itulah fokus pada kamera ini. Lebih mudah dan banyak menebaknya dengan feeling.

contoh kamera viewfinder voigtlander vito cD
Voigtlander contoh terbaik kamera analog viewfinder

2. Atur Eksposur. Seperti yang sudah admin bahas pada artikel sebelumnya Di sini, bahwa kamera-kamera analog pun memiliki pembacaan metering yang berbeda-beda terhadap cahaya. Ada matrix, spot, center weighted dan parsial. Setiap pembacaan metering ini pun memiliki kelebihannya masing-masing. Namun demikian, pembacaan metering ini terkadang membuat kesulitan kepada sobat untuk mendapatkan eksposur yang tepat. Karena mereka pada umumnya hanya membaca area kecil di tengah frame. Apalagi bila sobat memakai kamera analog yang memiliki spot metering, pembacaannya paling banyak tepat di tengah frame. 

Lalu bagaimana kalau objek yang sobat ingin foto tidak berada tepat di tengah frame (off-center)? Yang sobat harus lakukan adalah arahkan kembali kamera sobat ke objek yang ingin sobat jadikan pusatnya, tunggu hingga metering melakukan pembacaan, dan kemudian bingkai kembali (reframe) bidikan sobat. Berikut ini adalah ulasan admin agar sobat mendapatkan eksposur yang tepat dari setiap tipe kamera analog yang berbeda-beda:

A. Fully Automatic Exposure Camera. Kamera analog yang memiliki eksposur benar-benar otomatis adalah yang paling mudah untuk digunakan. Ciri-ciri kamera jenis ini yaitu sobat tidak memiliki kontol sendiri untuk mengganti shutter speed dan aperture, seperti halnya kamera analog compact Olympus Trip 35. Bisa juga bila kamera sobat memiliki mode 'Program' atau 'Automatic' seperti Canon AE-1 Program atau Pentax K2. Enaknya pakai analog yang memiliki jenis eksposur seperti ini adalah sobat tidak usah susah-susah atur shutter speed atau aperture lagi. Semuanya sudah dilakukan secara otomatis. Lebih enak lagi bila kamera sobat sudah memiliki mode untuk mengatur pembacaan metering, seperti matrix, evaluatif dan lain sebagainya.

Canon A-1 tampak depan
Canon A-1 salah satu kamera analog pertama dengan mode fully automatic program

B. Kamera analog dengan aperture-priority automatic exposure. Kamera analog jenis ini masih memungkinkan sobat untuk mengatur aperture/bukaan sendiri tetapi kemudian ia akan memberikan bacaan shutter speed secara otomatis yang harus digunakan oleh sobat. Intinya sobat masih harus mengetahui berapa aperture/bukaan yang sobat pakai di kondisi cahaya yang berbeda-beda dan sisanya akan diberitahu oleh kamera sobat. Tetapi tentunya sobat jangan memilih aperture yang memaksa kamera analog sobat untuk menggunakan shutter speed yang lebih cepat atau lebih lambat dari yang tersedia, cukup sesuaikan aperture yang lensa sobat miliki.

Canon AV-1 tampak depan
Canon AV-1 Analog Aperture-priority automatic exposure

C. Kamera analog dengan shutter-priority automatic exposure. Kamera analog jenis yang satu ini merupakan kebalikan dari aperture-priority automatic exposure. Pada kamera analog ini shutter speed sobat sendiri yang atur tetapi bacaan aperture/bukaan akan diberikan secara otomatis. Namun kembali lagi yang perlu sobat perhatikan adalah ketersediaan aperture/bukaan yang lensa sobat miliki. Pilih shutter speed yang sesuai dengan kondisi cahaya ketika sobat mengambil gambar. Nantinya apakah sobat akan membuatnya jadi freeze atau blur.

D. Kamera Analog Full Manual. Untuk jenis kamera analog full manual, pencarian eksposur yang tepat dilakukan dengan sangat sederhana dan menuntut kepekaan feeling sobat. Aperture/bukaan, shutter speed dan ASA, sobat sendirilah yang menentukannya. Pada kamera analog full manual tidak terdapat alat bantu khusus seperti pada jenis-jenis kamera analog lainnya. Satu-satunya alat bantu adalah lightmeter yang berupa jarum atau lampu indikator yang dapat kita lihat melalui viewfinder. Lightmeter ini digerakkan oleh sensor cahaya yang terhubung dengan shutter speed, aperture dan ASA. 

Umumnya, untuk menghidupkan lightmeter pada kamera analog full manual dibutuhkan 1-2 buah baterai LR44. Namun ada pula lightmeter berupa selenium cell yang tidak memerlukan baterai sama sekali. Jarum akan bergerak otomatis ketika sensor terkena cahaya. Untuk menentukan eksposur, jarum akan bergerak ke atas (biasanya terdapat tanda '+') bila cahaya yang masuk berlebih. Hal tersebut menandakan over-exposure.

 Bila cahayanya kurang, jarum akan mengarah ke bawah/tanda minus yang berarti under-exposure. Agar eksposur tepat, sobat harus berusaha mencari sendiri dengan mengubah-ubah shutter speed, aperture dan ASA di setiap kondisi cahaya yang berbeda-beda agar jarum mengarah ke tengah-tengah yang menandakan correct exposure

Pada Nikon, jarum/lampu indikator akan mengarah ke tanda 'O' bila eksposur berada di posisi yang tepat. Untuk sobat yang sedang atau ingin belajar menggunakan kamera analog full manual agar 'benar-benar full manual', sobat bisa mencobanya dengan tidak menggunakan lightmeter. 

Cabut saja baterainya dan gunakan feeling sobat. Namun sobat sudah harus hafal betul mengenai segitiga eksposur. Bila feeling sobat belum terlalu peka, sobat bisa membuat sendiri sunny 16 rules sebagai acuan. Terakhir bila benar-benar sudah terasah, gunakanlah kamera analog rangefinder atau viewfinder dengan atau tanpa selenium cell (terutama buatan Jerman) dan rasakanlah sensasinya. 

Nikon fm10
Nikon FM10 Contoh Kamera Analog Full Manual

3. Bingkai Bidikan dan Jepret. Setelah mendapatkan eksposur yang tepat, selanjutnya yang sobat harus lakukan adalah framing (membingkai) bidikan sobat. Mengenai framing ini, admin tidak akan terlalu detail dalam mengulasnya di sini karena admin akan membahasnya di postingan lain. Intinya ketika membingkai objek bidikan sobat, usahakan membuatnya seartistik mungkin. Hal tersebut berhubungan dengan angle (enggel). Sobat pun harus belajar mengenai hal ini. 

Umumnya pemula akan menempatkan objek bidikannya di tengah-tengah (pusat) frame. Cobalah sesuatu yang berbeda, misal menggunakan wide-angle, membuatnya menjadi simetris, objek berada di sebelah kanan frame dan background agak melebar ke sebelah kiri frame dan lain-lain. Bila telah mendapatkan angle yang dirasa sudah bagus untuk framing selanjutnya jepret.

4. Jepret sampai Frame terakhir. Pada kamera analog 35mm frame berjumlah 36 eksposur dimulai dari tanda S-36. Jangan lupa untuk melihat counter number di dekat kokangan untuk kamera analog jadul. Untuk kamera analog semi DSLR bisa dicek pada viewfindernya, akan muncul informasi berapa jumlah frame yang tersisa dan sudah terpakai. Bila film sudah habis biasanya kokangan akan stuck

Dalam keadaan demikian kokangan jangan sobat paksa, cek kembali jumlah frame yang sudah terpakai. Namun bila film belum habis dan kokangan macet, itu berarti ada masalah dan harus diservis. Bila film sudah habis, tekan tombol rewind di bagian bawah kamera dan putar rewind crank-nya. Setelah sudah terasa enteng, baru bagian belakamg kamera dibuka dan roll film diambil. Jangan lupa untuk melakukannya di tempat yang teduh.

5. Proses Film Sobat (cuci). Roll film setelah digunakan, alangkah baiknya segera diproses (cuci). Karena bila terlalu lama disimpan akan menimbulkam jamur di klisenya. Namun jika memang ingin diproses untuk jangka waktu yang lama, simpan di tempat yang tidak lembab. Biasanya pengguna kamera analog akan menyimpannya di freezer lemari es. 

Mengenai cuci film ini, admin juga nanti akan membahasnya di artikel lain. Datang ke tempat cuci-cetak film yang masih  menerimanya. Di Jabodetabek masih banyak tempat  yang menerima jasa cuci film negatif. Untuk film BW (black and white) dan slide memang agak sulit menemukan yang masih memprosesnya secara tradisional, terutama untuk mendapatkan kontras yang bagus pada film BW.

6. Cek Film untuk Kesalahan Eksposur. Hal yang sobat harus perhatikan ketika dalam tahap belajar kamera analog adalah selalu cek hasil foto sobat setelah dicuci. Ada baiknya sobat cetak atau dijadikan file JPG, tapi jangan diedit loh. Ini dilakukan untuk mengecek kesalahan eksposur. Cara mudah untuk mengecek kesalahan eksposur adalah dengan melihat under-and over-exposure. Bila setelah dicuci dan sobat cetak/scan ternyata hasilnya kegelapan berarti underexposure dan sebaliknya bila keterangan berarti overexposure

Oleh sebab itu sobat, biasanya di bagian belakang kamera analog yang bertipe SLR 35mm selalu terdapat tempat note untuk catatan shutter speed, aperture dan ASA yang digunakan per frame. Ingat selalu segitiga eksposur untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Misal, ketika motret sobat catat semua per frame dan setelah cuci-cetak hasilnya agak gelap (underexposure) di ASA 400, shutter speed sekian dan aperture sekian. Lain waktu sobat motret lagi di kondisi cahaya yang sama, kemudian sobat ingat kemarin underexposure di ASA 400. Sekarang sobat turunin jadi ASA 200, setelah dilihat hasilnya ternyata pas.

7. Selalu Sedia Roll Film dan Motret lagi. Demikianlah sobat cara menggunakan kamera analog film 35mm secara umum. Intinya jangan takut menghabiskan ber-roll-roll film ketika sedang belajar dan terus  mencoba motret untuk mendapatkan eksposur yang tepat. Bandingkan hasil yang satu dengan yang lainnya. Minta pendapat kepada teman atau saudara mengenai foto sobat dan lihat ekspresi mereka. Terima kasih, semoga bermanfaat!

Pendiri Eternal Light Camera dan Eternal Light Digital Marketing Services. Seorang professional digital marketing, fotografer kamera analog, penulis, content creator, kolektor, pemopuler kembali kamera film di Indonesia dan distributor kamera analog. Saat ini bertempat tinggal di Depok

333 comments:

«Oldest   ‹Older   1 – 200 of 333   Newer›   Newest»
aan said...

mas saya mau tanya nih, saya pake film isi 36, waktu itu saya gak tau klo filmnya sudah habis jadi waktu ngokang saya paksa, eh ternyata pas mau reloading filmnya itu gak masuk ke tabung film malah ngegulung di tempat gulungan film yang habis motret nah jadinya filmnya saya gulung sendiri tanpa tabungnya kira2 filmnya kalo di cuci bisa gak mas.?

Bekti Supriadi said...

Halo Mas Abdurrahman Ahmad, terima kasih sudah mampir. Wah saking semangat jepretnya ya sampai bablas. Oh kalau kejadian seperti itu tidak apa-apa mas, saya juga dulu pernah. Masih bisa dicuci kok. Klisenya langsung masukkan saja ke dalam tabung filmnya yang warna putih (untuk fujifilm dan kodak). Toh waktu dicuci juga klise dikeluarkan dari tabung kalengnya. Yang penting ketika masukin atau ngambil filmnya dari kamera, klise tidak kena cahaya matahari secara langsung. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan di tempat teduh atau indoor. Semoga mambantu.

aan said...

oke mas sangat membantu banget, mas request artikel tentang lensa dong mas.. masih belum ngerti. oke sebelumnya makasih bnget mas artikelnya bagus2.

Bekti Supriadi said...

OK mas, requestnya ditampung dulu. Nanti akan akan saya bahas tentang lensa. Nanti klo sudah dicuci, kirim-kirim ya fotonya ke sini.

chandra said...

Wow terima kasih mas sudah berbagi ilmu pengetahuan tentang kamera analog..mau tanya mas,ada tempat service ndak ya ya...punyaku ada macet-macet ..kalau boleh saya mau service plus di cleaning..jadi tampak baru mas..

Bekti Supriadi said...

Halo mas Chandra, klo boleh tau macet apanya?kamera analognya apa?langsung saja hubungi saya di nomor yang tertera. Trims

Unknown said...

mas saya mau tanya saya mempunyai olympus trip 35 namun diafgragmanya sudah tak berfungsi ? harus bagaimana ya ? trus saya mempunyau seagull kj 1 itu shutternya gk bisa terbuka harus bagaimana ? terima kasih

Bekti Supriadi said...

Halo mas Iman Firmansyah trims sudah mampir. Diafragma olympus trip 35 yang tidak fungsi ringnya (keras atau sebaliknya ngelos) atau blade (pisau cakram) yang tidak mau terbuka ditiap bukaan?klo krna bladenya bisa jadi bladenya sudah kering. Tapi intinya itu harus di servis mas,krna hrus dibuka. Seagull kj 1 rangefinder/viewfinder buatan shanghai camera factory tahun 1970an. Seperti kbnyakan rangefinder pada tahun segitu, shutter berupa cakram seperti blade diafragma. Adanya di bgian belakang Lensa. Klo mau lihat lewat dalam. Bila ini tidak mau terbuka, bisa krna bladenya juga kering/coba Cek shutter speednya sudah benar di tiap speed?krna shutter itu menyatu dengan ring shutter speed. Ini juga hrus dbawa ke tukang servis mas. Semoga membantu.

Unknown said...

Hallp Mas..
Boleh minta ajarin penggunaan Minolta Hi Matic F gak ?

Bekti Supriadi said...

Trims mas Adroze Milan sudah mampir. Minolta Hi-matic F buatan Minolta tahun 1972, bodinya lebih ringan dan kecil dari pendahulunya Hiatic E. Kamera ini termasuk kamera analog rangefinder 35mm. Fokus didapat dengan menggabungkan dua gambar dengan menggerakan tuas ring fokus di bagian belakang lensa. Lihat dari viewfinder melalui patch kuning berbentuk diamond/tempe akan ada bayangan yang bergerak, itu disatukan baru fokus. Kamera ini masuk rangefinder full automatic electronic dengan EE sistem (electro-eye). Mas tinggal mainkan fokus ring (distance) dan ASA di bagian depan lensa 25-500. Aperture dan speed diatur oleh kameranya secara otomatis tergantung cahaya yang masuk. Lensa rokkor 38mm f2.7 dan speed 4-1/724. Exposure electro dari cds metering akan menunjukkan over/under/butuh flash/tripod di dalam viewfinder sebelah kanan akan muncul lampu parallax. Meteringnya membutuhkan batre 2 buah dan di bagian belakang ada tombol cek batre. Lampu diatas akan nyala bila batre masuk. Silahkan meninggalkan alamat email bila ingin manual booknya. Semoga membantu.

Unknown said...

Wah mas lengkap sekali, makasiay banyak mas..
Oia,untuk ring yg berangka di belakang ring focus untuk apa ya mas ?
Ade.anugrah10@gmail.com
Makasih banyak mas sebelum'a..
Salam kokang..

Bekti Supriadi said...

Sudah di email mas Adroze, coba dicek masuk tidak. Ring belakang itu adalah guide number index ring mas. Jadi Minolta hi-matic f ini punya mode flashmatic otomatis dimana nanti akan muncul simbol petir di viewfinder sebelah kanan. Aperture, Guide number dan distance (jarak) coupled ketika mode ini digunakan.

Unknown said...

Sudah masuk Mas..
Makasiy banyakkkkk yaa Mas,sangat membantu..

Arif Abdurahman said...

Kemarin pas dibuka ternyata roll filmnya belum kegulung semua, itu bakal kebakar semua ga bang?
Waswas nih nungguin scanannya.

Bekti Supriadi said...

Wah mas Arif Abdurahman lagi, semangat mas. selama tidak terkena cahaya langsung atau filmnya rusak (cacat), tidak akan kebakar kok mas. Semoga membantu.

Anonymous said...

apa MicroMF bisa buat cuci film 120..??

Della said...

Halo.. Saya lg tertarik belajar fotografi. Sampai saat ini saya belajar pake dslr tapi tertarik belajar kamera analog sejak ketemu kamera lama punya papa saya. Fujica ST701. Tapi kayaknya banyak yg harus diperbaiki krn kondisinya kurang terawat. Lightmeternya sdh tdk berfungsi. Kyknya pakai batere. Trs ring focus lensanya diputernya agak berat. Apakah memang begitu atau punya saya yg sdh macet? Apakah kamera papa saya kira2 masih bs digunakan? Adakah cara untuk perbaiki sendiri atau hrs dibawa ke tempat servis? Kalo boleh sekalian info tempat servis kamera analog di daerah jkt. Mohon bantuannya. Makasih.

Mebel Jepara said...

makasi gan infonya

Bekti Supriadi said...

Sama2 mebel jepara, semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Halo mba Della, trims udah mampir. Fujica ST701 buatan Fuji tahun 1971, kamera analog full manual. Metering berfungsi bila menggunakan batere mercury 2 buah (batre aslinya). Karena mercury sudah tidak diproduksi dan dilarang penggunaanya, coba diganti dengan batere jam LR44 jumlahnya disesuaikan. Cek juga tempat baterenya apakah karatan atau tidak, terutama tutup batere dan per nya. bila karatan dibersihkn dulu agar arus listriknya mengalir. Bila meteringnya nyala, jarum metering akan bergerak lihat di viewfinder. Untuk ring fokus, bila dilihat kondisinya yang sudah lama tidak terpakai dan kurang terawat, bisa jadi karena plat ring fokus di dalamnya juga karatan atau kurang pelumas. Coba mba Della putar-putar aja terus sampai agak lancaran. Karena ini analog manual, selama kokangan, speed, asa dan aperture pada lensa berjalan, kameranya masih bisa digunakan. Bila metering mati gunakanlah 16 sunny rules. Bila tidak bisa servis sendiri, lebih baik ke tukang servis. Saya sebenarnya bisa, tapi mungkin waktunya agak lama karena sering bentrok. Coba bawa ke pasar baru di gedung Globe. Trims semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Halo mba/mas anonymous. Micro MF bisa digunakan sebagai developer, untuk film BW juga bisa. Tapi mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama. Trims semoga membantu.

Unknown said...

Kamera canon yg setara dengan nikon F2 antara spesifikasi, fitur dan ketangguhan atau yg lebih unggul dari semua segi ,canon seri berapa Kak mohon infonya, terima kasih

Anonymous said...

mas mau nanya nih.. saya baru pertama pake SLR, filmnya gabisa discan hasilnya hitam semua, itu kenapa ya? terima kasih.

Purnama Putra said...

mas, tempat cuci scan paling deket dan bagus di daerah jakarta timur mana ya? mohon infonya.

Bekti Supriadi said...

Halo mas Trizno trz, thanks udah mampir. Canon analog yang setara dgn Nikon F2 kurang lebih canon F-1, msh sama-sama manual dan masuk kategori analog pro. Viewfinder sama-sama bisa dilepas. Tks semoga menjawab.

Bekti Supriadi said...

Halo mas/mba anonymous trims sudah mampir. Saya rasa awalnya harus dipertanyakan kembali dari cara pemasangan film ke kamera sudah benar belum, filmnya terkena cahaya langsung tidak sbelum digunakan dan diingat pula ketika digunakan exposurenya tepat tidak. Bisa jadi exposure nya under jd kegelapan. Yang terakhir dicek alat scananya bermasalah atau tidal dan cek pula setingannya. Semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Halo mas Purnama Putra Jakarta Timurnya sebelah mana? Klo dekat Jatiwaringin di Foto Praga, dekat-dekat Matraman di Fuji yang gedungnya nyatu dengan sevel pas perempatan, sepanjang Otista juga ada, agak keselatan Modern Photo PS.Minggu, daerah Cakung di Pulogebang dkt perumahan permai. Semoga membantu.

Anonymous said...

Salam kenal mas..saya pengguna camera canon A-1..sudah hampir setahun tidak saya gunakan dengan batrai yg tidak dilepas..baru2 ini mau saya gunakan kembali tetapi kenapa petuntuk yg ada di viewfinder tidak menyala padahal saya sudah mengganti dengan batrai yang baru saya buka dari bungkusnya walaupun tulisan beat beforenya januari 2012 sehingga setelah camera di kokang tidak bisa dibuat jepret..mohon bantuannya, terimakasih

Bekti Supriadi said...

Halo mas/mba anonymous tks sdh mampir. Batre yang tidak dilepas selama bertahun-tahun biasanya meninggalkan jejak di rumah batrenya, semacam karat. Oleh sebab itu dianjurkan untuk melepas batre bila kamera tidak sedang digunakan. Coba rumah batre, per dan tutupnya. Bila ada karat dibersihkan dulu. A-1 tanpa batre tidak bisa dijepret mas/mba,sejenis dgn Ae-1. Jgn lupa setingan autonya dicek juga, bawa ke tempat terang agar terlihat. Mas/mba pkai baterai apa?

Unknown said...

Halo mas, artikelnya sangat membantu
Saya mau tanya, saya punya kamera fujica mpf auto-5 peninggalan ayah, saya belum tau apa kameranya masih bisa pake jepret atau gak, soalnya pas di rewind, mesin masih nyala, sedangkan tombol shutter nya gak mau kepencet.
Gimana ya caranya ngecek apa kameranya masih bisa jepret atau gak? Apa harus dipasang film dulu ya??

Bekti Supriadi said...

Trims mas Putra Wira dharma sudh mampir. Fujica mpf auto-5 adalah adalah analog jenis compact camera atau pocket atau point and shot dgn focus zone. Pada lensanya terdapat ring fokus dgn tanda seperti single person, gruop dan landscape untuk mengukur jarak fokus. Selain itu pada bodi kamera sdh terdapat flash yg dpt digunakan secara manual dgn menggeser tuas on/off. Hanya dua itu yg dilakukan secara manual, selebihnya full manual. Autowinder, autoloading, autoreturn, autoexposure dan auto ASA. Lensanya 38mm f2.8 dan shutter speed programmed 1/8-1/500s. Untuk menggerakkannya gunakan batre 2xLR6 atau AA. Coba mas cek dulu batrenya apa masih bagus, karena kamera ini termasuk boros batre, bawa ke tempat terang yang cukup cahaya untuk melihat pembacaan speed dan ASA nya. Baca panduan pengaturan guide number flash dan ASA nya pada bagian belakang bodi. Klo tidak salah kamera ini memiliki sistem lock (kunci) pada ASA tertentu. Semoga membantu.

Zhaf Store said...

mas mau numpang nanya ni, saya dikasih kakek camera yashica mat 124 semua kurasa masih normal, tapi per batre karatan dan rusak krna ditinggalin batre lama, service dimana ya camera jenis ini, terus juga kodak filmnya tuh yg jenis apa?
terima kasih sebelumnya :D

Bekti Supriadi said...

Halo mas Isfahan naufal trims sdh mampir. Yashica Mat-124 ini jenis TLR medium format 6x6 menggunakan film 120mm. Itu per batrenya rusak berarti copot ya?klo hanya karatan masih bisa dibersih-bersin sendiri mas. Klo copot disolder saja sendiri klo bs atau bawa ketempat solder. Mas lokasi dmn utk cek tempat servisnya?

Zhaf Store said...

saya rumahnya di purbalingga, tpi kuliah di semarang, trimakasih sebelumnya atas bantuanya

Bekti Supriadi said...

Halo mas Isfahan Naufal. Klo di Semarang dgn pak Djoni Santoso, tel 024 3517263, Jl. Karangwulansari II/18 dekat SMP 3 Semerang.

Zhaf Store said...

oke makasih mas

Anonymous said...

Wah penjelasannya lengkap sekali mas. Mas, saya mau tanya, kemarin saya beli Canon A1. Bisa sih dipakai dengan baterai 4 x LR44. Tetapi boros sekali. Kira2 kenapa ya? Jadi belum ada 10 menit posisi kamera on, baterai sudah sangat panas. Belum ada 30 menit lampu indikator baterai juga sudah redup. Rumah bateri bersih saya lihat, pernya juga. Tidak ada karat. Kira2 kenapa ya mas?

Kalau misal diservis bisa tidak ya? Posisi saya di Solo, Jogja terkadang.
Terimakasih :)

Bekti Supriadi said...

Halo mas/mba anonymous trims sdh mampir. Canon A-1 itu mirip dgn AE-1 untuk batre dan penggunaan batrenya. Karena kedua kamera ini sama2 auto exposure yg membutuhkan batre untuk menghidupkannya. Batre aslinya sdh tidak diproduksi. 4XLR44 itu hanya sebagai pengganti, sudah tentu voltagenya berbeda. Pada beberapa kamera analog, voltage yang berbeda bisa menyebabkan metering tidak pas dan bahkan rusak. Biasanya untuk A-1 atau AE-1 saya menggunakan LR44 yang kancing 5 buah disatukan dgn selotip. Sdh dihitung voltagenya kurang lebih sama dan lebih tahan lama. Namun dianjurkan bila kamera sdg tidak digunakan, ada baiknya di switch ke off/L untuk mengirit batre. Kalau ketika sdh di switch off/L dan ketika akan digunakan batre tetap lemah (kondisi batre masih baru), berarti kompartmen switch off/L ada yg bermasalah sehingga listriknya tetap mengalir dan harus dicek ketempat servis. Semoga membantu.

Anonymous said...

wah, makasih sekali mas penjelasannya. Sudah saya bawa ke Jogja ternyata memang semacam ICnya yang sudah berumur, dan memang penyakit Canon A/AE-1 mas. Akhirnya nggak bisa diservis karenya ndak ada sparepartnya. Kemarin jadinya saya beli yang 4LR44 saja lebih pas, kalau pakai 5 baterai LR44 penuh banget mas, takutnya malah nanti ada yang rusak. Kalau misal pakai 5 baterai LR44 jadinya kan 7.5 volt kan ya, padahal di rumah baterainya tulisannya hanya 6 volt. Saya takut kalau pakai 5 baterai nanti malah ngerusak komponen di dalamnya hehe.
Sekalilagi terimakasih banyak penjelasannya mas :D

Anonymous said...

keren nih web
mas saya mau tanya. saya masih baru menggunakan kamera analog, setelah selesai melakukan jepret" dan mengeluarkan roll film nya. apakah kita bisa melihat secara langsung hasil di klisenya sebelum kita lanjut ke proses scan/cuci.? dan apakah ada perbedaannya dr roll yg belum digunakan dengan roll yg berhasil digunakan?

Bekti Supriadi said...

Halo mas/mba anonymous trims sudah mampir. Klise yang baru digunakan/dijepret tidak akan terlihat apa-apa namun gambar yang dijepret sudah terekam. Nanti ketika dicuci, zat kimia di klisenya akan luntur baru nnti perlahan-lahan gambar akan muncul sebagai klise negative. Tidak ada perbedaan film baru, baru digunakan atau berhasil digunakan. Sama-sama belum terlihat gambarnya bila blm diproses. Hati-hati dalam pemasangan film jgn ditempat terik matahari. Itu semua salah satu yang membuat serunya pakai analog, kita tidak tahu hasilnya akan seperti apa, ada rasa deg-degan ketika menunggu hasil cucinya. Trims semoga membantu.

Fathur said...

keren om artikelnya
sangat berguna sekali bagi saya yang baru mencicipi bermain kamera analog
kebetulan saya pakainya kamera analog model pocket size Ricoh tipe YF-20
saya ingin tanya om apakah kamera analog model pocket dan profesional hasilnya terlihat berbeda jauh om?ada tips dan triknya tidak om supaya hasil foto kita bagus agar tidak buang-buang film jika salah mengambil gambar

terima kasih om :)

Anonymous said...

om tolong bantu review kamera analog model seagull df-99.
saya udah nyari2 di artikel tp ga ada yang bahas, maklum baru pakai kamera analog jd masih bingung :)

email: argaprata346@gmail.com
terimakasih :)

Ridho anugrah said...

halo mas, saya mau tanya nih, saya baru belajar foto dan punya ae-1 program tapi kemarin ketika saya mencoba menggunakan dan setelah saya cuci hasilnya tidak ada satupun film yang mengambil gambar, kira kira kesalahan saya ada dimana ya mas? terima kasih

Bekti Supriadi said...

Hi mas Father trims sudah mampir. Perlu diingat dalam fotografi apalagi analog yang menentukan hasilnya bagus atau tidak bukanlah kameranya akan tetapi skill dan teknik dari fotografernya. Percuma saja memiliki kamera yang bagus tidak bisa menggunakannya. Pertama mas harus tahu betul mengenai kamera yang mas pakai, Ricoh YF-20 termasuk analog pocket atau point & shoot dimana menggunakannya cukup mudah karena sdh ada flash dan auto exposurenya tinggal jepret saja. Kedua feeling mas terhadap cahaya haruslah sudah terasa kapan baiknya mengambil sebuah gambar dengan kondisi cahaya yang berbeda-beda. Setiga exposure pun harus tetap diasah. Cobalah untuk merubah berbagai angle dalam pengambilan gambar dan fokus. Namun setiap kamerapun memiliki kelebihan masing-masing terutama pada Len Santa. Semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Hi mas ridho anugrah trims sdh mampir. Coba dilihat hasil fotonya setelah dicuci apakah sama sekali tidak ada gambar seperti film yang belum pernah digunakan atau ada gambarnya ngeblur atau cahaya keputuhihan dll. Bila tidak ada gambar sama sekali seperti belum pernah digunakan bisa jadi mas salah ketika memasukkan filmnya atau film belum loading. Saya pernah membahasnya bagaimana cara memasukkan film yang benar. Coba bs dibaca-baca. Bila ada gambar namun keputihan atau kegelapan bs jd itu under atau over exposure. Pelajari kembali soal segita exposure. Semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Halo mas Agra prata, manual book seagull df-99 saya kirimkan ke emailnya nnti bs dipelajari sendiri. Trims

Unknown said...

Mas, mau nanya. Tempat jual rollfim dan cuci-scannya yang recommended di semarang dimana ya mas? oh ya, sama ada manual bookbuat Yashica MG-1gak mas? Terima kasih sebelumnya

Bekti Supriadi said...

Halo mas Lukman trims udh mampir. Berikut tempat cuci, cetak dan scan yang masih aktif di Semarang: Kodak Express Bangkong Jl.
MT. Haryono 625 Semarang
(perempatan Bangkong)
Telp (024) 8317151, Jaya Digital
Jl. Kelud Raya No. 9 Sampangan Semarang
(setelah pom bensin Sampangan 50m, kiri jalan), Sinar Bahagia (spesialis BW kayaknya) Jl. MT. Haryono (sebelah SD karangturi, kiri jalan), Terang Kodak
Jl Kaligarang (deretan ruko di kanan jalan dari arah RS Kariadi. Silahkan tinggalkan alamat email mas untuk tutorialnya. Semoga membantu.

Unknown said...

lukmanpuraga29@gmail.com. Terima kasih mas bantuannya

Anonymous said...

halo mas, mau tolong tanya. kalau hasil film nya tumpuk2 seperti di multiple exposure padahal nggak, itu karena apa ya? tolong bantuan nya, terima kasih.

Anonymous said...

Salam mass, artikel nya sangat membantu, baru" ini sy dpt kamera analog canon FTb mas, tp lightmeternya gk akurat mass kyknya, apa itu gara" penggunaan batre yg volt nya tdk sesuai dgn asli nya yaa ? Minta riview nya dong mass tentang canon ftb, ramayudha76@rocketmail.com

Bekti Supriadi said...

Sdh die mail ya mas Lukman. Trims

Bekti Supriadi said...

Halo mas anonymous trims udah mampir. Itu hasilnya seperti multi exposure sekali jepret atau beberapa jepret? Kadang karna film counternya rusak atau back belakangnya terbuka jd kita lupa sdh frame ke berapa yang kejepret sehingga balik lagi ke frame sebelumnya jd hasilnya tidak sengaja numpuk.

Bekti Supriadi said...

Sdh diemail ya mas. Trims

Anonymous said...

mas saya mau tanya. kalau hasil foto sy dari kamera analog mau saya masukan ke instagram cara yg efektif gimana ya mas? apa saya hrs foto kembali hasil foto dari kamera analog menggunakan hp saya? terimakasih mas..

Bekti Supriadi said...

Yang efektif mungkin di scan mas. Terus filenya masukkan handphone. Klo mau cuci mintanya cuci scan jgn cuci cetak. bila difoto lagi takutnya menggangu hasil warnanya mas. Semoga membantu.

Unknown said...

Wah keren bgt mas blog nya jd tambah ilmu lg ttg kamera analog

Sy punya kamera Zorki 4, itu tuh kata nya buatan rusia ya ? thn brp di buat nya ?
Ini sy nemu di gudang jd udh debuan bgt ga tau bs di pake ato engga, yg jalan cmn timer nya doang.
Kenop2 yg lain nya kaku kaya terlalu tebel debu nya. Yg masih jalan jg aparture ring nya , sy kira itu buat fokus ring ternyata ada angka aparture

Kira2 tmp servis di daerah tangerang ato jakarta di mn ya ?

Email : djakabuana@yahoo.com

Bekti Supriadi said...

Thanks mas jaka putra sdh mampir. Zorki 4 memang buatan Uni Soviet diproduksi tahun 1956-1973. Wah sayang banget kalau kondisinya demikian. Karena tipe analog ini hanya tukang servis yang sudah berumur yang bisa betulin kalau rusak. Mas Jakarta atau Tangerangnya dmn?

Unknown said...

Di bintaro mas, kl tau tmp servis yg seputaran jkt ato tangerang blh tuh, kl ga ada yg rada jauh dikit jg gpp

Bekti Supriadi said...

Coba ke gedung globe pasar baru dengan koh Halim. Dulu dia jagonya servis analog-analog dari rusia. Mudah-mudahan beliau masih mau ngerjain.

Unknown said...

Salam kenal Mas. Admin..... Maaf mau nanya untuk tempat proses film didaerah Cakung di Pulogebang dkt perumahan permai... itu persisnya sebelah mna ya? Soalnya saya deket2 situ. Trims sebelumnya....

Bekti Supriadi said...

Salam kenal pak adhigraha leksana. Klo tidak salah dekat Gg.pos sebrangnya dulu bs cuci cetak film atau samping Gg.pos kan ada ruko-ruko sebrangnya ada matrial, nah sejajaran itu ada cuci cetak. Mudah2n masih beroperasi. Semoga membantu pak.

Alexandra Elma said...

Duuuuh ini blog paling helpful after all. Hehehehe makasih banyak yaaa Mas bagi2 pengetahuannya. Kapan2 share how to use toy camera properly dong massss request hahahaa aku lagi suka banget sm toy camera, so obsessed! Haha. Atau kl udh ada artikel ttg toy camera, im so looking forward to have straight up link to the article. Makasih sebelumnya yaa hahaha.
PS. I'm a begginer.

Bekti Supriadi said...

Tks mas Alexandra Elma sdh mampir. Klo boleh tau toy cameranya jenis apa? Ditampung dulu requestnya, kapan-kapan akan saya bahas.

Alexandra Elma said...

Kok mas ���� kan alexandra, elma kan juga nama cewek ��. Hahaha ini aku pakai aquapix, octopus yellow yg bisa panorama juga itu, sama disderi robot 3 lens ��

Bekti Supriadi said...

Oh maaf mba Alexandra hehe. Kamera yang disebut itu keluaran skrg2 ya klo tidak salah. Masuknya toycam dan biasanya lomography pkai jenis kamera ini. Biasanya kamera ini fixed lens, fixed aperture. Mirip dgn analog pocket camera atau point & shoot. Penggunaannya juga lbh mudah.

Anonymous said...

Mas review sedikit tentang yashica mf-2 super dong thankyou.

Bekti Supriadi said...

Thanks sdh mampir mas/mba anonymous. Yashica mf-2 super itu diproduksi tahun 1986, setelah Yashica merger dengan Kyocera (Kyoto Ceramic) tahun 1983. Pabriknya dipindahkan ke Hongkong. Kamera ini termasuk analog jenis compact camera atau point & shoot. Material bodynya terbuat dari plastik dan sudah terdapat flash di kameranya. Untuk menghidupkan flashnya menggunakan baterai 2xAA dan tinggal geser tuas flashnya nnti keluar sendiri. Kamera sudah autofocus jadi tinggal kokang dan jepret. Lensanya lumayan 38mm f3.8 dan usahakan dijarak 1,5m dari infinity untuk hasil yang tajam. Sebaiknya pakai film jenis DX agar hasilnya pun maksimal. Semoga membantu.

Unknown said...

Mas mau tanya kalau camera analog merk Prima 35 masuk ke jenis camera analog yg seperti apa ya mas? Dan lbh bagus ga mas kalau dibandingkan dengan camera merk Ricoh?
Terimakasih

Bekti Supriadi said...

Halo mas aditya Permana, thanks udh mampir. Prima 35 masuk kamera analog point & shot. Klo bagusnya, tergantung kebutuhan mas, tiap kamera analog punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semoga membantu.

Znr said...

Mas saya mau tanya, saya pake kamera Yashica mf-2 super, sudah saya pasang roll film dan juga sudah saya pakai roll filmnya sampai mentok gbs dikokang, setelah saya gulung kembali filmnya, terus saya bawa ke toko praga foto, dan hasilnya setelah dicuci kosong.. saya sudah tanya ke orang toko katanya filmnya mungkin sudah expired. apakah pengaruh ya mas film yg sudah expired? apa mungkin kameranya yg rusak atau gmn? makasi

Bekti Supriadi said...

Halo mas Januar Windra. Trims sdh mampir. Kmrin saya baru update mengenai film expired. Coba cek-cek judulnya cara memilih film untuk kamera analog. Sepengalaman saya bukan karna filmnya yang expired. Biasanya klo klise kosong pas dicuci, itu karna kita ada kesalahan ketika memasukkan filmnya, yaitu klise tidak pas masuk ke sprocket dan take up spool sehingga klise tidak mutar di dalamnya. Saya juga sdh membahasnya, bisa dicek lg tulisan saya. Selain itu, hal trsebut bisa dikarenakan kesalahan exposure yang fatal sehingga gambar tidak kerekam. Mas pkai film tahun berapa? Bila masih tahun 2000 dan pas beli kondisinya masih bagus, itu tdk masalah. Dan usahakan jgn beli film expired dengan ASA di atas 400. Semoga membantu.

Znr said...

Iya sih mas saya juga sudah baca soal film expired masih ada juga yg bagus. Saya baru tanya orang yang ngerti, katanya kamera saya shutternya kecepetan, normalnya 1/115. Nah ini kamera saya 90an. Itu bisa di setel ga mas? Kata dia juga harus pake flash, padahal flashnya sering saya pake buat foto.

Bekti Supriadi said...

Yashica mf-2 super itu kan auto shutter speed mas dan sensor autonya itu me many agak kurang bagus. Setau saya shutter speednya itu stuck di 1/50-1/100. Klo flash dipakai jika pas motret cahayanya kurang. Itu kameranya yang ada tulisan DX kah? DX itu salah satu jenis film. Coba mas pkai film DX jg. Umumnya klo kosong pas dicuci, salah pas masang filmnya. Mas udah benar pasang filmnya?coba tes serol lagi.

Znr said...

Wah kayak nya bener salah pasang film mas.. Makasi ya mas infonya :D

Bekti Supriadi said...

Sama-sama mas, semoga membantu.

Anonymous said...

Halo mas saya baru pengen belajar kamera analog ayah saya merk Fuji mdl 9, saya sudah coba2 foto tapi kenapa pas dicuci hasilnya kayak ada light leak nya gitu ya mas? Itu kenapa ya? Makasih :)

Bekti Supriadi said...

Halo mba/mas anonymous, trims udah mampir. Saya dulu jg prnh mengalaminya dengan kamera analog yang sejenis. Penyebabnya adalah karena mas/mba tidak menutup kaca plastik dibagian belakang sehingga cahaya tembus ke film. Tutup saja terlebih dahulu dengan selotip hitam sebelum dipakai. Tapi justru light leak sperti itu mnjadi efek artistik, terutama yang pakai toycam atau holga sangat menyukai efek seperti itu. Semoga membantu.

Triaji said...

wah keren ni... salam kenal sy jg lagi belajar pake analog nih dengan merek pentax, bisa minta reviewnya nih. Klo toko praga itu patokannya sebealh mana ya? dulu sring cetak di Foto raya tapi sekarang dah gak bisa, yg sekarang lagi kesulitan sy belum nemu tempat yg bisa cetak BW

Bekti Supriadi said...

Foto Praga Jl. Jatiwaringin Jakarta Timur dekat Soerabi Bandung ENHAii, Sedia Surabi aneka rasa  khas kota bandung di Jakarta Timur.

Sundan Motor, Jual Beli Mobil Baru dan bekas, di Jatiwaringin Jakarta Timur.

Panorama World Tours & Travel, Melayani Paket Perjalanan Wisata Dalam Negeri dan Internasional di Jatiwaringin Jakarta Timur.

Martabak Erwin, Sedia Martabak Berbagai Rasa di Jatiwaringin Jakarta Timur

Kharisma Car Audio, Sedia Sound System dan Car Acessories di Jatiwaringin Jakarta Timur

khoirul said...

Artikelnya sangat membantu
Mas bisa recommend kamera analog rangefinder untuk pemula yang harga terjangkau?

Terima kasih

Bekti Supriadi said...

Terima kasih mas/mba khoirul. Mungkin belajar dari Yashica 35 electro GSN, Yashica MG-1 atau sejenisnya. Tapi semuanya kembali lagi ke mas/mba yang mau menggunakannya karna tiap orang punya selera masing-masing.

Unknown said...

Selamat Malam Mas Bakti

Saya ingin meminta manual dan tips2 menggunakan Yashica MG-1. Saat ini saya masih baru menggunakan kamera analog ini. Mohon bantuannya. Terima kasih sebelumnya

Unknown said...

Alamat email saya di febio.ekak@gmail.com

Bekti Supriadi said...

Sudah di email mas Febio. Trims sudah mampir.

Unknown said...

Terima kasih banyak Mas. Sudah saya terima dengan baik. Kalau ada kendala lagi, nnti saya tnya2 lgi y mas

Unknown said...

Malam mas, sebelumnya saya masih awam soal kamera analog. Semenjak saya menemukan kamera analog bokap saya (Olympus 35 UC) saya ingin mencobanya mempelajarinya. Yg saya ketahui jika kita udah motret 36 kali tanda yg di deket pencetan untuk motretnya akan balik lagi dari awal kan ?? Yg ingin saya tanyakan, kenapa ya tanda di kamera bokap saya itu tidak balik lagi ? Mohon bantuannya mas, makasih

Unknown said...

Terima kasih mas atas infonya, sangat membantu banget👍

Anonymous said...

Mas mau tanya nih, saya punya kamera lomo holga 135bc. Nah roll filmnya kan sudah habis lalu saya ingin me-rewindnya, tapi rewind cranknya ga mau muter pas saya putar. Saya juga udh mencet rewind buttonnya tuh yg di bawah sebelum muter rewind cranknya. Kira2 itu knp ya mas? Hihi mohon bantuannya ya mas maklum masih baru pertama make. Makasih mas

Bekti Supriadi said...

Trims udah mampir mas/mba anonymous. Holga 135BC secara umum sama untuk unloading filmnya. Pertama Perhatikan dahulu apakah arah puteran rewind cranknya sudah benar. Bila sudah benar dan tetap keras atau macet biasanya ada kesalahan ketika pemasangan film. Bawa ketempat redup atau gelap kemudian buka back belakangnya dan perhatikan gulungan filmnya. Apakah lubang-lubang klisenya sudah masuk ke sprocketnya atau malah salah memasukkan arah film ke take up spoolnya, misal harusnya dari arah bawah dalam lalu malah masukkan dari atas dalam sehingga menjadi ketat ketika rewind crank diputar. Semoga membantu.

Anonymous said...

Mas bisa kirim ke email saya ga azzwinnnn@gmail.com review tentang Canon AE-1 dan user guidenya, Thankyou :)

Bekti Supriadi said...

Udah saya coba email mas Azzwin user guide canon AE-1 tapi ternyata tidak bisa karena size nya terlalu besar. Tks

Anonymous said...

mas mau nanya, saya kan pengen beli analog rencananya... tapi saya bener bener gak tau tentang analog yg kualitas bagus dan enggaknya.. yg saya tanyakan itu.. kira kira analg yg kualitas bagus dan gak ribet pemakaian nya itu apa yaa??
temen temen sih udah ngasih saran , ada yg bilang nikon fm2, canon ae -1 atau av-1.. kira kira yg paling yahud dari ke 3 itu yg mana nih mas..? dan coba jelaskan satu per satu kelebihan dan kekurangan dari ke 3 kamera tsb.. mohon infonya yah mas.. terimakasih

Bekti Supriadi said...

Tks mba/mas anonymous udah mampir. Klo fm2 itu full manual speed sampai 1/4000, lensa juga support ke body DSLR nya. Bodynya kuat tahan banting dan suhu ekstrim. Canon ae-1 auto exposure hrus pkai batre agar bisa dikokang, sama dengan canon av-1. Speed keduanya sampai 1/2000. Enaknya klo sudah berfungsi metering akan member I tahu berapa speed dan aperture yang tepat untuk exposure nya pada kondisi cahaya yang berbeda. Kembali lagi ke mas/mba mau pkai yang mana. Semoga membantu.

Unknown said...

Akhirnya terjawab disini....mas bekti terimakasih emailnya...tapi tetap mesti banyak gak pahamnya...tapi lagi tahap pembelajaran..cuma yang saya takutkan kenapa roll film saya gak mau rewind yah mas???dan saya tadi coba ubah ASA dia tidak mau diputar mas balik lagi ke titik 4...

September 30, 2015 at 8:19 AM

gagah gumelar said...

Mas saya baru pemula pake kamera analog. Baru dapet kado ricoh kr-5. Buta banget sama ini kamera. Mohon bimbingannya

Bekti Supriadi said...

Trims udah mampir mas gagah gumelar. Silahkan tinggalkan alamat email, nanti saya kirim buku manualnya. Tks

gagah gumelar said...

gumelargagah@yahoo.com

Terimah kasih sevelumnya mas

Bekti Supriadi said...

Sudah diemail mas Gagah Gumelar. Trims

Farah Haifa Nabilah said...

mas saya mau tanya, saya kebetulan baru dapet ricoh gx-1 terus patch nya kurang jelas, kira kira solusi nya gimana ya mas supaya lebih mudah menentukan fokus dsb?

Unknown said...

Mas bekti terimakasih buku manualnya...setelah saya baca2 dan mencoba menangkap gambar sudah 4 roll tapi hasilnya kosong melompong padahal pemasangan sudah bener kamera juga sudah terbuka dgn baik untuk pengambilan gambar...tapi setelah discan hasilnya tidak ada..kata yang tukang cuci untuk penomoran terekam tapi gambarnya tidak ada sama sx..kalau boleh tahu kenapa yah mas bekti???

Bekti Supriadi said...

Halo mas Farah Haifa Nabilah trims sudah berkunjung. Untuk kamera RF yang fokusnya menyatukan dua bayangan namun patch nya kurang jelas atau mungkin tidak jelas sama sekali, solusinya yaitu dengan menggunakan zone focus biasanya berupa simbol gambar satu orang, group dan landscape yang berada di ring lensa. Namun apabila tidak ada, kita harus menggunakan feeling dan menghafal jarak antara objek dan kamera, oleh sebab itu biasanya di lensa ada ukuran meter dan feet. Hal tersebut juga sebenarnya tujuan dari kamera RF dan viewfinder dsb. Semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Halo mba asri ariestyawati. Biasanya apabila penomoran terekam namun gambarnya tidak muncul itu bisa disebabkan oleh kondisi filmnya. Bila film yang digunakan sudah expired terlalu lama bisa menyebabkan hal tersebut. Di samping itu, kondisi film yang sudah terpapar sinar matahari langsung sebelum digunakan juga mempengaruhi kualitas film karena film negatif sangat sensitif terhadap cahaya. Yang terakhir disebabkan oleh kesalahan exposure ketika pemotretan. Semoga membantu.

Farah Haifa Nabilah said...

terimakasih mas, mas punya manual book untuk ricoh gx-1 tidak?

Unknown said...

Mas bekti memang yang saya guna filmnya expired bulan 9 tahun 2014...mungkin yang terakhir karena yang pamannya juga bilang seperti itu kesalahan exposure...mas bekti bisa tolong bantu kesalahan exposure itu apa yah???

Bekti Supriadi said...

Ada mas Farah Haifa, silahkan tinggalkan alamat email. Trims

Bekti Supriadi said...

Film expired tahun segitu harusnya masih bisa digunakan mba Asri, bila waktu belinya masih dalam keadaan baik. Tentang exposure dan kesalahan exposure sudah pernah saya bahas di postingan. Intinya mba harus bisa menyeimbangkan segitiga exposure yaitu speed, ASA dan aperture pada kondisi cahaya yang berbeda-beda ketika pemotretan. Kesalahan ini bisa mengakibatlan under atau over exposure dan gambar bisa gelap juga tidak muncul sama sekali. Semoga membantu.

Unknown said...

Sangat terbantu mas...mohon maaf banyak bertanya...terimakasih banyak yah mas bekti...:)

Farah Haifa Nabilah said...

farahhaifa2@gmail.com

terimakasih mas atas bantuannya

Bekti Supriadi said...

Sudah die mail mas Farah. Trims

Kynandian said...

Mas kenapa camera saya yg yashica fx3 super 2000 light meternya tidak menyala padahal pas awal² nyala thank gan

Bekti Supriadi said...

Halo mas Risky Nandian Putra. Trims udah mampir. Coba terlebih dahulu Cek batrenya, sudah habiskah. Bila sudah ganti dengan yang baru. Light meter mati tiba-tiba juga bisa disebabkan karena ada komponen didalamnya yang rusak misal kabelnya putus. Bila berupa jarum meteringnya bisa karna tertahan oleh debu. Semoga membantu.

Kynandian said...

Tetapi jika light meternya tidak menyala apakah berpengaruh pencahayaannya atau bagaimana bisa dijelaskan masih baru pakai mas butuh bimbingan trims

Bekti Supriadi said...

Sebenarnya saya sudah tulis soal light meter. Light meter itu hanya alat bantu tidak berpengaruh sama sekali ke pencahayan. Karna pada nantinya kita justru akan meninggalkan lighmeter dan lebih mengandalkan feeling kita untuk menentukan exposure. Bila metering rusak bisa menggunakan 16 rules sunny. Kecuali kamera analog yang memang meteringnya nyatu dengan mekanis mau tidak mau harus hidup. Kalau fx-3 super 2000 full manual. Semoga membantu.

Unknown said...

Halo Mas, aku punya FM 10. Sudah berkali kali digunakan dan tidak ada masalah sama sekali sampai kemarin ketika dicuci, hasilnya kosong semua. Dua roll film fuji dan kodak (lupa jenisnya) yg belum expired hilang begt aja, film aku pastikan sudah berputar, karena selalu aku cek. Settingan kamera juga ga ada perubahan berarti, diafragmapun bekerja normal. Kira kira ada masalah apa ya mas?

Bekti Supriadi said...

Halo mas Wisnu Utomo. Trims sudah mampir. Bila memang sudah dipastikan film dimasukkan dengan posisi yang benar dan film pun masih fresh tapi ketika film dicuci tidak muncul gambarnya sama sekali, masih ada beberapa penyebabnya. Kemungkinan kesalahan exposure ketika pengambilan gambar, terlalu overexposure atau sebaliknya. Selain itu cek juga hordeng kameranya apakah ada yang bolong/berlubang. Kemudian cek pula posisi lensa, apakah sudah masuk ke mounting bodynya dengan benar. Bila itu semua tidak ada masalah, kesalahan bisa terjadi ketika proses mendevelop dalam pencucian film. Semoga membantu.

Unknown said...

Terima kasih mas, ternyata diafragma lensa tidak berjalan saat lensa dipasang ke bodi. Namun ketika tidak dipasang, diafragma lensa bekerja normal.

Bekti Supriadi said...

Sama-sama mas Wisnu, semoga bermanfaat.

Anonymous said...

Halo mas,

Mau tanya tentang kamera konica iii cara kerja fokus nya bagaimana ya.

Trims
Iwan

Bekti Supriadi said...

Halo mas Iwan trims udah mampir. Konica iii tahun 1950an. Dari body mirip Kiev dan Kodak retina. Uniknya kita harus kokang dua kali dulu kameranya baru jepret. Biasanya lensa bawaannya Hexanon 48mm f/2 yang sudah ada Seikosha MXL leaf shutter. Karna lensanya compur-rapid jadi secara otomatis memperlihatkan hitungan exposure nya bila ring speed atau aperture digerakkan. Untuk fokusnya sendiri sudah ada tuas dibawah lensanya. Kamera termasuk jenis rangefinder yang menyatukan dua bayangan. Semoga membantu.

PO. BUS PRABUNATA JAYA said...

Hallo mas, saya mau tanya, kalo pake kodak film gitu hasil foto nya bisa di save di komputer gak, hehehe maklum masih awam, Terima kasih

Bekti Supriadi said...

Halo mba Puspa Indah Wisata, trims sudah mampir. Bila mba nanti mau cuci filmnya di tukang cuci film, mintanya cuci-scan jangan cuci cetak. Bisa langsung di convert ke JPEG. Saat ini juga sudah tersedia printer yang bisa scan film negatif ke bentuk digital. Semoga membantu.

Unknown said...

hallo mas, saya mau tanya untuk kamera analog itu semuanya harus pake batre ya?
kebetulan ada yashica fx-3 super untuk belajar motret pake kamera analog

mohon pencerahannya mas, terimakasih

Bekti Supriadi said...

Halo mas Denny Arsena, trims udah mampir. Tidak semua kamera analog harus pakai baterai, ada juga yang tanpa baterai sama sekali. Untuk model SLR full manual seperti yashica fx-3 super 2000, baterai digunakan hanya untuk menyalakan metering. Jika metering tidak dipakai, kamera masih bisa berfungsi karena mekanis full manual. Semoga membantu.

bang badia said...

hallo, mas,

saya punya kamera analog Canon Prima Zoom Mini, cuma pas dipasang batere, moncong lensa tak mau keluar, dan digital led tak menyala yang untuk penanda ambilan foto .. itu kenapa ya kira-kira

Bekti Supriadi said...

Halo Bang Badia, trims udah mampir. Kalau boleh tau baterai yang dipakai apa?

Unknown said...

halo mas, saya baru dapat minolta hi matic gf nah yang saya bingungkan ini kamera termasuk full auto apa masih bisa diatur asa aperture dan sebagainya mas? terima kasih

Bekti Supriadi said...

Trims mas Dipta Irsyad udah mampir. Untuk seri Minolta Hi-matic terakhir ini yaitu Minolta Hi-Matic GF termasuk ke dalam analog full manual. Pengaturannya simple hanya ada tiga pilihan exposure dan aperture, speed pun hanya ada satu di 1/100. Semoga membantu.

Unknown said...

mas saya udah pencet shutter tapi kenapa di film masih mulus mulus saja ya saya liat. apakah harus dicuci dulu baru di scan ke digital apa gimana? terimakasih

Bekti Supriadi said...

Halo mas Dipta Irsyad. Film yang sudah dipakai memotret harus dicuci terlebih dahulu agar gambarnya muncul. Setelah itu terserah mas mau dicetak atau discan. Semoga membantu.

prabas said...

Hallo Mas..
Boleh minta ajarin penggunaan Asahi Pentax Spotmatic F ?

Bekti Supriadi said...

Halo mas Prabas, tinggalkan alamat email nanti saya kirim buku manualnya. Trims

prabas said...

ini alamat email saya mas bekti prabascaesar@yahoo.co.id
terimakasih 😊

prabas said...

oh iya mas saya mau menanyakan kalo tempat servis kamera analog yang rekomen di bandung daerah mana yahh ?

sama beli roll film yang harga ny terjangkau dimana daerah bandung ?

Unknown said...

Mas, saya udah baca artikel ini. Tapi masih blom terlalu paham cara menggunakan kamera film. Kebetulan saya pake kamera canonet ql 17. Saya sudah cari-cari di google cara makenya gimana, tapi gak ada. Klo pun ada, tp pake bahasa inggris, ga ngerti hahaha. Apa boleh minta ajarin mas cara menggunakannya? Saya baru pemula banget nih. Pengen belajar. Terima kasih ya mas bekti

Bekti Supriadi said...

Sudah diemail mas Prabas buku manualnya sekaligus tempat cuci dan beli roll film di Bandung. Semoga membantu

Bekti Supriadi said...

Trims mas Muhammad Fadillah sudah mampir. Buku manualnya memang memakai bahasa Inggris namun mudah dipahami karena ada gambarnya. Canon Cannonet QL17 itu masuk ke dalam analog rangefinder untuk memfokuskannya bisa dilihat di viewfinder nanti ada dua bayangan ketika tuas fokus digerakkan. Dua bayangan tersebut harus dipertemukan. QL17 digunakan manual tanpa menggunakan baterai. Tinggal mainkan speed, aperture, dan ASA. Bila menggunakan autonya harus pakai baterai, set aperture di A dan tinggal lihat jarum metering di viewfinder. Semoga membantu.

Unknown said...

Oohh gitu ya, udah saya coba sih nih foto foto, tapi gatau hasilnya gimana haha
Tapi ngomong2 jarum lightmeternya sebelah mana ya? Kok di kamera saya ada indikatornya (ada angka 1.7, 2.8 ... 16) di viewfinder tapi jarumnya gak ada ya? Jarum lightmeternya sebelah mana ya mas?

Bekti Supriadi said...

Jarumnya ada diangka-angka tersebut. Coba diperhatikan lebih seksama.

Unknown said...

Punya buku manualnya gak mas Bekti? Kalo ada, saya mau dong mas... Mau belajar lebih dalam lagi nih tentang kamera film, khususnya canonet ini.

Bekti Supriadi said...

Buku manualnya mungkin sama dengan yang mas Muhammad Fadillah sudah baca dalam bahasa Inggris. Silahkan tinggalkan alamat email. Trims

Unknown said...

Boleh minta ke mas Bekti saja. Saya rasa yg saya baca kurang lengkap.
Email saya mfadhlillah@gmail.com

Bekti Supriadi said...

Sudah diemail mas. Semoga membantu

Unknown said...

Terima kasih banyak mas Bekti...

Anonymous said...

Thankyou kak, buat infonya nih buat SLR lengkap bgt. Oya, mau minta ajar dong buat Canon af35m II. Aku biasa pake dslr, jadi masih bingung bgt mau make yg lawas, sama kok liat modelnya beda sm foto camera analog yg di atas hehehe. Makasih banyak ya kak sebelumnyaaa

Bekti Supriadi said...

Halo mba/mas anonymous trims sudah mampir. Silahkan tinggalkan alamat email untuk buku manual canon af35 II

Unknown said...

Saya mau tanya mas, sekarang saya pakai kamera rollei xf 35, hasil foto jika pake auto bagus namun jarum lightmeternya mati (perlukah saya servis?), saya masih bingung mas menggunakan pengaturan guide number, apa pengaruh guide number terhadap shutter speed dan bukaan mas? Apa pengaturan guide number tetap berfungsi jika tanpa flash?

Bekti Supriadi said...

Halo mba/mas unknown trims sudah mampir. Rollei XF35 salah satu kamera analog rangefinder yang recommended. Lensanya Carl Zeiss Sonnar 40mm f2.3. Meteringnya berupa jarum Cds di viewfinder. Bila memang mba/mas sudah bisa mendapatkan hasil yang bagus tanpa bantuan metering, saya rasa tidak perlu diservis pun tidak apa-apa. Namun bila ingin meteringnya digunakan berarti harus diservis. Meteringnya itu hanya menunjukan exposure yang tepat dari penggabungan aperture dan shutter speed programmed. Guide number memang seringnya terdapat pada kamera rangefinder buatan German, beberapa buatan Jepang dan USA. Guide number ini digunakan untuk flash photography. Guide number tidak berpengaruh sama sekali ke shutter speed ataupun aperture bila kita tidak menggunakan flash dan tidak berfungsi apapun tanpa flash. Jadi guide number itu untuk mencari exposure ketika kita menggunakan flash dimana yang berpengaruh adalah ASA, Jarak dan aperture. Misal guide number 80 ASA 100 berarti target objek di 20 feet dengan aperture f4 (80=20x4) sensitif di ASA 100. Semoga membantu.

Unknown said...

Saya mw nanya nih mas, tentang kamera yashica Mg-2, mohon penjelasan nya mas, terima kasih

Bekti Supriadi said...

Trims mas Erfan Muhardian sudah mampir. Yashica MG-2 diproduksi sekitar tahun 80-an dimana produsennya bukan lagi Yashica, tetapi sudah dibeli oleh Kyocera. Kamera ini bukan lagi masuk tipe rangefinder seperti pendahulunya Yashica MG-1. Kamera ini masuk ke point and shoot. Materialnya sudah berbahan plastik dengan lensa 34mm. Selain itu sudah dilengkapi dengan autoflash. Cara pakainya mudah seperti kebanyakan kamera analog point and shoot lainnya. Tinggal masukkan film (sudah DX-code) dan kamera akan mengatur sendiri sisa mekanisnya. Jangan lupa penutup lensa dibuka dahulu. Semoga membantu.

Anonymous said...

Terimakasih mas artikelnya sangat berguna..
mas saya masi pemula dan kebetulan sekarang saya pakai canonet QL17 GIII. apakah mas punya panduan menggunakan kamera ini mas? jika ada, apakah boleh di email ke email saya mas? ini emailnya: rizalyourgood@gmail.com terimakasih sebelumnya :)
sama mau nanya mas fungsi auto buat diafragma itu untuk apa ya?
karena saya beli kamera ini dengan keadaan auto buat diafragmanya tidak berfungsi mas.

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mba/mas anonymous. Manual book canonet QL17 GIII sudah diemail. Nanti disana juga ada mengenai penggunaan mode auto di ring aperture nya. Auto itu kita pakai bila ingin menggunakan meteringnya. Nanti metering akan menunjukan berapa bukaan yang harus dipakai disesuaikan dengan cahaya yang masuk. Semoga membantu.

Unknown said...

Halo mas bekti, kira-kira ada ga tips untuk benerin dent di top body bahan logam punya pentax K1000. Kalo dibawa ke tukang servis belum tentu mereka mau service body semacam ini. Terima kasih. Salam kokang!

Unknown said...

Oya sekalian bagi manual FED-4 dong mas kalo ada. Sya googling blum dapet hehe. mferris92@gmail.com

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Ferri Setiawan. Buku panduan FED-4 sudah diemail. Klo dent pada kamera analog sepertinya tidak ada tukang servis yang bisa membetulkankannya. Mungkin ke tukang ketok magic. Tapi hal tersebut tidak berpengaruh apapun ke hasil mas.

Anonymous said...

Kemarin saat saya menggulung film saya lupa menekan tombol rewind, apakah film masih bisa dicuci?
Terima kasih

Bekti Supriadi said...

Trims Sudah mampir mas/mba Anonymous. Fungsi tombol rewind adalah untuk melepas klise dari take up spool agar bisa digulung. Biasanya bila kita tidak menekan tombol rewind, saat menggulung film akan terasa keras/berat. Bila dipaksa bisa mengakibatkan klise putus dan rusak. Tapi bila memang berhasil mengeluarkan klisenya tanpa menekan tombol rewind dan klise dalam keadaan baik-baik saja (tidak ada cacat), coba dicuci untuk melihat hasilnya. Semoga membantu.

Unknown said...

Sangat membatu mas artikelnya bagi orang awam seperti saya yang baru belajar mengenai kamera slr.

Unknown said...

Mohon sarannya mas untuk lebih memahami unsur2 dalam kamera full manual.

Unknown said...

Sangat membatu mas artikelnya bagi orang awam seperti saya yang baru belajar mengenai kamera slr.

der said...

mas saya punya kamera flash fujica, tpi belom sempat dicobain, apakah masih berfungsi atau tidak, masalahnya tutup batterenya sudah hilang. kira-kira kalau kamera itu tidak pakai battere apa masih berfungsi ya?

sebelumnya saya belum pernah nyobain kamera analog

Bekti Supriadi said...

Halo mas Deri Moelz trims sudah mampir. Flash Fujica yang diproduksi sekitar tahun 1979 termasuk ke dalam kamera analog point and shoot. Untuk fokus, kamera ini menggunakan zone focusing manual yang ada tandanya di ring lensa. Asa pun bisa di set secara manual. Tapi karena kamera sudah menggunakan sistem AF, speed manual hanya 1/125. Aperture dan speed lainnya harus menggunakan baterai, termasuk ketika low light harus memakai flash. Namun kamera ini masih bisa digunakan tanpa baterai. Semoga membantu.

Anonymous said...

Mas boleh minta buku panduan untuk kamera nikon fm10? Email saya pratapraudy@icloud.com
Dan mau tanya bisa ga kapan kapan sy mampir sekalian belajar? Kalo boleh alamat nya dimana? Bisa send via email ya mas bro

Bekti Supriadi said...

Sudah diemail buku manualnya mas/mba anonymous dan sudah dijawab juga. Trims sudah mampir. Semoga membantu.

Anonymous said...

Mas film saya masuk ke dalam rumah filmnya, gimana ngeluarinnya?

Bekti Supriadi said...

Halo mas/mba anonymous trims sudah mampir. Bila kondisi filmnya sudah habis terpakai tidak jadi masalah masuk ke rumah filmnya karena nanti ketika dicuci akan dikeluarkan sendiri oleh tukang cucinya. Bila ingin mengelurkan sendiri agak keras, atas bawah dari rumah filmnya harus dicabut. Semoga membantu.

Anonymous said...

Oke makasih bnyak mas bekti. Oh ya film setelah di potret emang kosong ya? Ga bisa dilihat hasilnya? Roll pertama nih soalnya mas hehe

Bekti Supriadi said...

Iya mas/mba anonymous, film harus dicuci dahulu baru terlihat. Semoga membantu.

Anonymous said...

Halo mas bekti. Mau tanya nih jadi begini, saya baru aja nyoba main analog (minolta riva zoom 70w), nah, waktu saya pake (setelah saya isi roll film) beberapa kali,gak sengaja bagian belakang cameranya kebuka, padahal di dalamnya masih ada filmnya, dan masih bisa di pake beberapa jepret lagi. Terus saya tutup lagi, lalu keterangan sudah berapa-kali-jepret-nya mulai dari 1 lagi. Nah, kejadiannya pada malam hari. Nah kira-kira filmnya kebakar atau engga ya?

Terima kasih.

Bekti Supriadi said...

Halo mba/mas anonymous trims sudah mampir. Bila kejadiannya pada malam hari dan tidak ada cahaya langsung yang masuk mengenai klise, kemungkinan besar tidak kebakar. Bila kejadiannya siang hari biasanya kejadian demikian bisa menyebabkan light leaks. Tapi untuk memastikannya harus dicuci dahulu. Semoga membantu.

Anonymous said...

Jadi meskipun masih sisa beberapa jepretan lagi, harus dicuci dulu? Bagaimana jika dibiarkan hingga filmnya abis lalu di cuci? Tidak masalahkah?

Bekti Supriadi said...

Bila counter filmnya menunjukan angka 1 lagi berarti jepretan selanjutnya hasilnya akan menumpuk. Ini bisa dipakai untuk membuat double exposure tapi akan kurang bagus hasilnya bila situasi pemotretan berbeda dengan yang pertama. Kembali lagi ke mba/mas ingin dihabiskan terlebih dahulu boleh atau langsung dicuci dulu tidak apa-apa. Anggap saja tahap pembelajaran.

fadilee said...

Hallo mas, mau tanya saya dapet warisan olympus s electro set tahun 62' aperture nya loss gitu kalo di puter, emg kaya gitu atau engga ya? Kalo mau servis/bersihin dalemanya toko di daerah jaksel dimana ya mas? Makasih

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Ahmad Syahif Fadhlillah. Olympus S Electro Set itu hampir mirip dengan Olympus 35 SP tapi beda generasi. Dia generasi Olympus S. Tapi secara mekanis sama hanya beda ukuran body dan lensa. Untuk aperture seharusnya tidak ngelos, tapi coba dites aperturenya main tidak ditiap bukaan. Biasnya ada murnya yang lepas, bisa diservis. Di Jakarta selatan ada beberapa tempat seperti JPC kemang, di daerah Fatmawati dan Kebayoran Baru. Coba cek di internet untuk lebih detailnya. Semoga membantu.

Unknown said...

Halo mas mau tanya. Saya newbie nih br dapet olympus trip 35. Boleh sharing cara penggunaan kamera ini? Terimakasih mas sebelumnya :)

Bekti Supriadi said...

Halo mas All Ghif trims sudah mampir. Silahkan tinggalkan alamat email untuk buku manualnya.

Unknown said...

Ini mas alamat emailnya mr.cikmay@gmail.com terimakasih banyak ya mas sudah membantu :) :)

Bekti Supriadi said...

Sudah diemail mas Al Ghif buku manualnya. Semoga membantu.

Fathan said...

Halo mas mau tanya, saya pemula nih hehe pake pentax mx, kalo film blank itu kenapa ya? apakah karena underexposure saja atau bisa jadi kerusakan di bagian kameranya? soalnya lightmeternya sepertinya tidak berfungsi dengan baik jadi saya coba pake sunny 16 dan ternyata waktu di scan hampir 90% gagal. Terimakasih.

Bekti Supriadi said...

Halo mas Fathan trims sudah mampir. Ada beberapa faktor mengapa setelah dicuci, film blank atau kosong. Sebenarnya sudah saya tulis di postingan lain, coba dibaca-baca. Hal tersebut bisa karena film sebelumnya sudah terpapar cahaya atau salah ketika memasukkan film, bisa juga karna bagian kamera ada yang kurang rapat sehingga cahaya masuk, bisa karna kesalahan ketika proses pencucian film. Semoga membantu.

Unknown said...

Mas saya baru, pake fujica ger, pas dicuci filmnya blank kosong semua gaada gambarnya, kamera saya full automatic jadi kan gak mungkin underexposure ya? Jadi masalahnya di kamera atau film? Filmnya memang sudah lama sepertinya dan bau kecut.
Kamera saya kan rangefindef, sistem fokusnya gimana ya mas? Kalo saya mau fokusnya di sebelah kiri atau kanan gimana? Ring fokus kamera saya juga hanya 0.9m sampai 5m dan dan lambang angka 8 tapi horizontal, bagaimana kalau jarak objek kurang dari 0.9m, atau bagaimana kalau jarak objek lebih dari 5m, dan apakah simbol 8 horizontal itu untuk jarak tak terhingga?
Kalau tahu banyak soal fujica ger share ke saya mas, asdfhjkl130@gmail.com.
Saya pusing mas. Tapi kayanya saya cinta sm kamera ini, belum mau coba kamera lain kalo yg ini belum saya kuasai.
Tolong ya mas. di google sedikit bgt artikel ttg fujica ger.
Terimakasih banyak mas. Tolong yaaaaaa, pleaseee

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mas Randi. Fujica Ger itu masuk kamera analog rangefinder full automatic programmed shutter, dimana kita harus menggunakan baterai agar berfungsi. Umumnya fokus pada kamera analog rangefinder berupa dua bayangan, kita harus menyatukannya agar fokus. Ada juga zone focusing berupa simbol gambar dan ada juga yang hanya angka distance atau jarak. Yang terakhir ini kita harus memiliki feeling yang kuat untuk menentukan jarak antara kamera dan objek agar fokus. Misal jarak terdekat kira-kira jaraknya 0.9m, kita harus mengatur jaraknya sendiri. Pada kamera ini bila kita tekan setengah dan lampu orange nyala berarti semua sudah benar dan siap jepret. Bila tidak nyala berarti kondisi low light, hrus pkai tripod atay flash. Cahaya masuk melalui pembacaan metering CDs di depan lensa. Tekan setengah shutter pun bs berfungsi ngeframe ulang objek, mau dikiri atau kanan dsb. Untuk ngejepret, harus tahan shutter full jangan setengah sampai blade aperture membuka dan menutup. Bila tidak ada gambar setelah dicuci bisa karena kualitas film, saat proses pencucian, masalah pada kamera sehingga cahaya ada yang masuk atau salah ketika memasukkan film. Penggunaan flash pada kamera ini harus mengkalkulasikan GN dimana speed hanya 1/30s. GN didapat dari jarak unit flash ke objek x aperture sehingga ketahuan sensitifitasnya di ASA berapa. Semoga membantu

Unknown said...

Masih kurang sih mas, banyak yg masih mau saya tanyakan lagi. Tapi gaenak deh ngerepotin. Nanti saya eksperimen aja sendiri . Haha makasih banyak ya mas. Blog ini membantu sekali. Mas nya juga baik pula . sukses mas. Makasih ya mas

Bekti Supriadi said...

Silahkan mas Randi bila masih ada yang ingin ditanyakan. Pelan-pelan saja, kita sharing bersama.

Unknown said...

Halo mas mau nanya, film kamera yg belum habis terpakai digulung dan di keluar kan. Bstu di ganti dengan film yg lain. Film yg tdi di keluarkan, sisanya bisa di pakai lagi tidak?

Anonymous said...

Wah lengkap sekali mas. Bisa tolong ajarkan canonet 28? Kalo d manual book nya, sebelum kokang, setting ke Huruf "A" dulu. Tp setelah settinganny sudah "A", malah nggak mau nyekrek. Kenapa ya?

Bekti Supriadi said...

Halo mas Musa Mustada, trims sudah mampir. Sebenarnya bisa saja demikian, tapi film tersebut harus dipastikan tidak terpapar cahaya sebelumnya. Semoga membantu.

Bekti Supriadi said...

Halo mba/mas anonymous trims sudah mampir. Bila kita set A pada canonet QL28 menjadi auto exposure. Kita hanya memainkan speed, ASA dan aperture. Auto exposure menyesuaika dengan cahaya yang masuk. Bila cahaya tidak pas, shutter tidak mau ngejepret. Disamping itu pastikan juga batre masih bagus karna auto exposure harus menggunakan batre. Semoga membantu.

Unknown said...

Saat mau memakai kembali, bagaimana caranya bisa memakai yg blm terpakai? Apa di potong saja yg sudah di pakai? Atau bisa dengan di kokang saja sampai ke film yg kosong?

Bekti Supriadi said...

Halo mas musa trims sudah mampir kembali. Seharusnya pas mengeluarkan film yang belum habis, langsung saja dikeluarkan jangan digulung semuanya jadi ketahuan mulai dari mana. Bila dikokang sampai ke frame yang belum terpakai, ada kemungkinan frame yang sudah terekspos jadi ketiban gambarnya. Bila memang mas ingat bisa dipotong tapi dilakukan ditempat yang tidak ada cahaya masuk. Semoga membantu.

Serunya Belajar Informatika said...

halo mas bekti.. sya mau tnya diafragma olympus trip35 stuck di f/22. tdak bisa pkai diafragma f/2.8-f/16 walau ring diafragma sdah di set di bukaan tersebut.. sma fitur auto mati..
kira2 mslahnya ad di ring diafragma atw bladenya yy.. sma klo tmpat service yg rekomen buat btulin di jkarta timur..
trima ksih sbelumnya...

Bekti Supriadi said...

Halo mas Topan Jaelani trims sudah mampir. Kemungkinan besar stuck di ring diafragmanya. Coba dikasih pelumas mungkin ada debu atau karat yang nahan. Kalau auto mati tidak masalah selama manualnya masih berfungsi. Sepertinya sudah jarang-jarang ada tempat servis di Jakarta Timur. Coba cek di internet, sekarang banyak yang buka jasa servis online. Semoga membantu.

Unknown said...

Jdi film yang sudah terpakai di potong,dan disimpan di tabung film saja tidak masalah? Si Pencetak foto tdk perlu semua roll film kan utk mencetak?

Bekti Supriadi said...

Tidak masalah mas musa, selama filmnya tidak terpapar cahaya langsung dan tidak cacat

Anggita Tamara said...

mas mau tanya saya pake olympustrip 35 tapi pada saat cuci film hasil di filmnya kosong. itu kenapa ya mas? salah di settingannya apa gimana ya mas?

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mba Anggita Tamara. Untuk hal tersebut sudah sempat saya bahas di postingan ini:
http://kameraanalogantik.blogspot.co.id/2016/07/filmklise-kosong-setelah-dicuci-kok-bisa.html?m=1

Nafila Suri said...

Saya mau tanya, ricoh f50s itu pakai baterai yg kaya gimana ya? Trimakasi sebelumnya

Bekti Supriadi said...

Trims sudah mampir mba Nafila Suri. Baterai untuk Ricoh f50s flashnya baterai 2xAA. Autonya LR44, semoga membantu.

Unknown said...

mas mau tanya, adik saya salah masukin roll film ke kameranya, waktu nyadar tuas rewind gam uter waktu motret dia gulung foll filmya, tp bablas sampai ga ada sisa film di luar kaleng, apa bisa di betulin atau harus beli roll baru saja ya?

«Oldest ‹Older   1 – 200 of 333   Newer› Newest»

Contact Us

Phone/WhatsApp :

+62 87888349677

Address :

15th Kukusan Beji, Depok,
West Java

Email :

bekti.supriadi@gmail.com






Testimonial

testi1

Eternal Light Digital Marketing Service sangat membantu saya memperluas jangkauan customer. Brand kami lebih dikenal banyak orang. Sukses terus Eternal Light

Winda Ayu

Owner ON Trip



Our Video



Ketik->Enter->Let's Go